WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Di Balik Pilihan Rakyat: Kemiskinan Absolut dan Janji 02

Penulis: Maria Cira Fedora Nahuway/EQ
Editor: Keffa Auna Rasyidina/EQ
Layouter: Mahira Nurul Muthia/EQ

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden Indonesia mencapai titik terang pada Maret 2024. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2024), pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, mendapatkan rata-rata perolehan suara tertinggi sebesar 58,59%. Berdasarkan hasil tersebut, keduanya lalu dilantik pada 20 Oktober 2024. 

Akan tetapi, kemenangan tersebut tidak luput dari kritik masyarakat. Banyak pihak yang menuding bahwa terdapat kecurangan dalam penghitungan suara. Alhasil, terdapat perbedaan perolehan suara yang cukup jauh antarkandidat. Selain itu, banyak yang mempertanyakan efektivitas kebijakan dan program yang diusung kandidat 02. Meskipun demikian, justru kebijakan tersebut yang menjadi alasan kuat bagi masyarakat untuk memberikan dukungan kepada mereka. Salah satunya adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang menjadi solusi untuk menumpas kemiskinan absolut. Lantas bagaimana rencana program yang mereka sampaikan saat kampanye dapat menarik simpati masyarakat Indonesia? 

Mengapa Kandidat 02 Dapat Menarik Perhatian Masyarakat?

Kemenangan Prabowo-Gibran tidak lepas dari kampanye mereka. Contohnya, pada kampanye di Sidoarjo, Jawa Timur, Prabowo Subianto berpidato mengenai visi-misi mereka. Dilansir dari pidato kampanye Prabowo di Sidoarjo yang disiarkan KompasTV (2024) melalui kanal YouTube, beliau menyampaikan bahwa rakyat Indonesia akan menjadi lebih independen. Upaya ini dilakukan secara mandiri guna mewujudkan masa depan Indonesia yang gemilang. Beliau juga menjanjikan pengelolaan kekayaan alam Indonesia secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Alhasil, pidato Prabowo pun mendapatkan respon positif dari para pendukungnya. 

Antusiasme masyarakat terhadap pasangan ini tidak lepas dari strategi yang mereka terapkan pada masa kampanye. Salah satunya adalah strategi mereka dalam menargetkan segmentasi rakyat, contohnya di Sidoarjo. Dilansir dari berita Kompas (2024) mengenai Pemilu 2024 yang dilakukan di Sidoarjo, Jawa Timur, kandidat 02 dan timsesnya banyak menargetkan ibu rumah tangga, pedagang pasar, hingga guru PAUD. Dengan kata lain, dukungan dari “rakyat kecil” sangat diprioritaskan dalam kampanye kandidat 02. Alasannya karena kelompok-kelompok ini mengalami penderitaan yang sama, yaitu tingkat perekonomian yang rendah. Ibu rumah tangga bergantung pada gaji suami yang sering kali tidak menjamin. Nasib pedagang pasar dan guru PAUD pun tidak kalah menderitanya. Contohnya pada studi kasus yang dilakukan Louhenapessy et al (2024) di Ambon, para pedagang pasar harus menghadapi harga cabai yang cukup tinggi sehingga berdampak pada berkurangnya permintaan terhadap cabai. Pada saat yang sama, dilansir dari liputan Radar Jember (2023), para guru PAUD di Jember, Jawa Timur tidak mampu membayar kebutuhan sehari-harinya karena upah yang minim dan proses sertifikasi yang memberatkan. Oleh karena itu, kandidat 02 memilih mengambil simpati masyarakat yang sedang dilanda kesusahan, yaitu dengan janji-janji tentang kesejahteraan rakyat. 

Hal ini dapat dirasakan dalam pidato yang sama, Prabowo Subianto banyak menyinggung mengenai isu sosial, seperti upah pekerja yang tidak berkecukupan, sumber daya yang tidak dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, hingga rakyat Indonesia yang belum makmur. 

Sumber: youtube.com/kompastv

“…kita tidak mau rakyat kita hanya bekerja dengan upah murah dengan UMR, tidak mau, kita bukan bangsa UMR…. Kami akan menjaga kekayaan Indonesia dan kami akan mengatur kekayaan itu, kami akan mengurus kekayaan itu, [dan] kami akan mengelola kekayaan itu supaya seluruh rakyat Indonesia menikmati kekayaan itu. Tidak boleh kekayaan itu dinikmati segelintir orang saja….  Kita akan bekerja keras untuk menghilangkan kemiskinan dari Bumi Indonesia. Yang pertama langkah kita, yang pertama langkah kita, kita akan memberi makan siang bergizi gratis untuk semua anak-anak Indonesia….” ujar Prabowo.

Pada pidato tersebut, Prabowo Subianto menyebutkan salah satu program penyelesaian kemiskinan yang akan dilaksanakan, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG). Program inilah yang menjadi salah satu alasan masyarakat untuk memilih kandidat 02. Mereka merasa bahwa program ini menjadi solusi konkret untuk menyelesaikan kemiskinan. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah mengapa masyarakat yakin program penyaluran makanan gratis mampu menyelesaikan permasalahan kemiskinan? Demi mengetahui jawaban atas pertanyaan ini, kita harus lebih dulu mengenal isu kemiskinan. 

Apakah Sebenarnya Kita Sudah Mengenal Isu Kemiskinan?

Kemiskinan bukanlah topik yang baru bagi masyarakat. Kita sudah sering mendengar mengenai isu kesenjangan sosial dan ekonomi yang sering meliputi diskusi kemiskinan. Topik kemiskinan menjadi permasalahan yang sulit ditumpas. Meski telah melalui perbincangan alot, penyelesaian yang ditawarkan kerap kali tidak sesuai dengan kapasitas masyarakat. Terdapat dua klasifikasi kemiskinan; absolut dan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada ketidakmampuan masyarakat untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan pokok yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat perekonomian, sedangkan kemiskinan relatif mengacu pada tingkat konsumsi di masyarakat luas (Danziger, S. & Haveman, 2001). 

Kemiskinan absolut menjadi kekhawatiran utama karena dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Kondisi ini terjadi ketika masyarakat tidak dapat mengakses kebutuhan dasarnya sehari-hari. Blakely et al. (2005) menegaskan bahwa kemiskinan absolut mempengaruhi sumber daya air dan udara bersih, pangan, serta fasilitas kesehatan yang dapat diakses masyarakat. Di sisi lain, permasalahan mengenai akses sumber daya tersebut menyebabkan kemiskinan sulit ditumpas. Pada beberapa kasus, seseorang yang mengalami kemiskinan absolut sulit memperbaiki tingkat perekonomiannya karena tidak mampu bersaing dengan masyarakat yang memiliki akses yang lebih luas terhadap sumber daya. Akibatnya, seseorang akan terus berada dalam siklus kemiskinan yang tak berakhir.

Program MBG Sebagai Upaya Menyelesaikan Kemiskinan

Presiden terpilih, Prabowo Subianto melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak 6 Januari 2025. Berdasarkan pidato kampanye Prabowo di Sidoarjo yang disiarkan KompasTV (2024) melalui kanal YouTube, program ini bertujuan untuk memperbaiki gizi anak-anak Indonesia sekaligus menggerakkan roda perekonomian ke berbagai desa melalui penyaluran makanan bergizi secara gratis. Pada perencanaan awalnya, program ini akan menyalurkan makanan pada anak-anak mulai dari yang bersekolah, tidak bersekolah, di pesantren, hingga yang masih ada dalam kandungan ibunya. 

Program ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Ada yang menganggap bahwa program ini sangat membantu dalam mengurangi pengeluaran rumah tangga. Di sisi lain, ada yang menganggap bahwa program ini hanya menghabiskan anggaran negara karena tidak berjalan dengan maksimal. Dilansir dari RRI (2025), masyarakat memberikan tanggapan yang positif terhadap program MBG karena dapat menyediakan makanan bergizi yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh anak-anak. Hal ini menjadikan makanan menjadi lebih inklusif terhadap beberapa pihak yang membutuhkan sekaligus memudahkan ibu rumah tangga karena tidak harus menyiapkan bekal sekolah anak-anaknya. 

Di samping itu, terdapat permasalahan vital pada pelaksanaan program ini, yaitu kasus keracunan makanan. Contohnya di NTT dan Sumatera Selatan, berdasarkan liputan Tempo (2025), terdapat beberapa murid SD yang sakit perut dan perlu dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi MBG. Selain membahayakan keselamatan korban, permasalahan ini juga menyebabkan pengeluaran baru bagi pemerintah karena harus memberikan penanganan kesehatan. Di sisi lain, banyak pihak yang mengkritisi program ini karena dirasa memiliki perencanaan yang tidak konsisten, seperti penganggaran makanan perporsi senilai Rp15.000 yang dipangkas menjadi Rp10.000 (Aji, 2025).

Di luar pendapat pro dan kontra masyarakat, Media Keuangan Kementerian Keuangan (2025) menyatakan bahwa program MBG memberikan makanan gratis kepada lebih dari 17 juta sasaran penerima yang terdiri atas peserta didik, anak usia di bawah lima tahun, ibu hamil dan ibu menyusui yang ditaksir pada akhir tahun 2025. Dengan begitu, program ini dapat langsung memberikan makanan kepada beberapa pihak yang membutuhkan dan menyelesaikan permasalahan sulitnya akses makanan. 

Sumber: dok. Media Keuangan Kementerian Keuangan (2025)
Hubungan Kemiskinan dan Program MBG

Kesulitan mengakses kebutuhan dasar membuat masyarakat miskin mengabaikan kebutuhan lain yang juga penting, seperti pendidikan. Banyak keluarga miskin yang memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan dibandingkan investasi dalam pendidikan. Ironisnya, pendidikan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk keluar dari kemiskinan. Pada saat yang sama, program MBG hadir sebagai penyelesaian jangka pendek permasalahan kelaparan yang ditimbulkan dari kemiskinan. Oleh sebab itu, masyarakat mendukung program ini dengan antusias tanpa mempertimbangkan program lain yang dapat mengusut tuntas kemiskinan secara progresif. 

Kondisi ini dapat terjadi karena masyarakat yang terjerat kemiskinan absolut juga kerap terjebak dalam ketidaksejahteraan. Situasi inilah yang membuat mereka tidak mempertimbangkan keputusan jangka panjang untuk memperbaiki nasib. Lagi-lagi, hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap sumber daya yang mengharuskan mereka untuk mengambil segala keputusan untuk bertahan hidup. Pada akhirnya, masyarakat mengambil jalan pintas yang tidak rasional, seperti menggantungkan hidup pada bantuan pangan dari pemerintah dan program-program yang mampu menyelesaikan masalah secara instan. Perilaku ini dianggap tidak rasional karena baik bantuan sosial maupun program-program tersebut tidak menyelesaikan permasalahan secara total, melainkan hanya menunda penyelesaian permasalahan.

Kesimpulan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu alasan masyarakat memilih kandidat 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, karena memberikan harapan dalam penyelesaian masalah kemiskinan. Program ini menargetkan solusi cepat melalui penyaluran makanan gratis kepada anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui. Akan tetapi, keefektivitasannya dalam mengatasi kemiskinan secara tuntas masih memerlukan kajian yang lebih mendalam. Apakah program MBG dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia? Ataukah justru berpotensi menjadi beban anggaran negara tanpa hasil yang signifikan?

Referensi

Aji, W. T. (2025). Makan Bergizi Gratis di Era Prabowo-Gibran: Solusi untuk Rakyat atau Beban Baru? NAAFI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2(2). https://doi.org/10.62387/naafijurnalilmiahmahasiswa.v2i2.134

Astuti, S. N. (2024). Suara Prabowo-Gibran di Jatim Tertinggi, Efek Khofifah Menentukan. Kompas. https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/13/suara-prabowo-gibran-di-jatim-tertinggi-efek-khofifah-menentukan

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2025). Hasil Perhitungan Suara Sah Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Menurut Provinsi Tahun 2004 , 2009 , 2014, 2019, 2024. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/MTU3NCMx/hasil-perhitungan-suara-sah-pemilu-presiden-dan-wakil-presiden-menurut-provinsi-tahun-2004-2009-2014-2019.html 

Blakely, T., Hales, S., Kieft, C., Wilson, N., & Woodward, A. (2005). The global distribution of risk factors by poverty level. Bulletin of the World Health Organization, 83(2), 118–126. https://doi.org/10.1590/S0042-96862005000200012

Danziger, S., & Haveman, R. H. (Eds.). (2001). Understanding Poverty. Harvard University Press. https://doi.org/10.4159/9780674030176

Di Saptati, R. (2025). Pemerintah Salurkan Makan Bergizi Gratis (MBG), Ini Sasaran Utama Penerimanya. Media Keuangan Kemenkeu. https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/pemerintah-salurkan-makan-bergizi-gratis-mbg-ini-sasaran-utama-penerimanya

KompasTV. (2024). [FULL] Pidato Prabowo Kampanye di Sidoarjo, Sempat Izin ke Kiai untuk Joget [Video]. YouTube. https://youtu.be/eocsAdmpe3s?feature=shared

Louhenapessy, D., Duwila, U., Sapthu, A., Tuasuun, S., J., Louhenapessy, F., & Saptenno, F. (2024). Determinants of curly chili demand in Ambon City. ARRUS Journal of Social Sciences and Humanities. https://doi.org/10.35877/soshum2687

Radar Digital. (2023). Gaji di Bawah Rp 700 Ribu, Banyak Guru PAUD di Jember Tak Mampu Penuhi Kebutuhan Sehari-hari. Radar Jember. https://radarjember.jawapos.com/pendidikan/793600920/gaji-di-bawah-rp-700-ribu-banyak-guru-paud-di-jember-tak-mampu-penuhi-kebutuhan-sehari-hari.

Safitri, E. (2025, 6). Masyarakat Berikan Tanggapan Positif untuk Program Makan Bergizi Gratis. RRI. https://rri.co.id/makan-bergizi-gratis/1237944/masyarakat-berikan-tanggapan-positif-untuk-program-makan-bergizi-gratis Tempo. (2025). Evaluasi Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis, Terbaru di Sumatera Selatan dan NTT. Tempo.co. https://www.tempo.co/ekonomi/evaluasi-kasus-keracunan-makan-bergizi-gratis-terbaru-di-sumatera-selatan-dan-ntt-1210334

Solverwp- WordPress Theme and Plugin