Penulis: Auliatus Soliha & Dwi Zhafirah Meiliani/EQ
Editor: Orie Priscylla Mapeda Lumalan/EQ
Deretan booth berjejer rapi memenuhi Student Center GIK UGM pada Minggu (7/9/2025). Pengunjung tampak antusias berpindah dari satu booth ke booth lainnya untuk menyimak penjelasan inovasi produk yang dipamerkan. Suasana pameran inilah yang menandai suksesnya penyelenggaraan kompetisi Challenge on Product Design and Ergonomics (CHRONICS) 2025 oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) UGM.
CHRONICS merupakan kompetisi mahasiswa/i tingkat Asia Tenggara yang ditujukan untuk merancang produk inovatif dengan aspek ergonomi, yaitu ilmu tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan sistem, seperti lingkungan kerja, peralatan, atau produk agar sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan fisik dan psikologis manusia. Puncak kompetisi ini digelar dalam bentuk pameran yang menjadi ajang bagi para finalis menampilkan karya mereka kepada publik. Pada tahun ini, CHRONICS kembali hadir dengan tema “Elevating Construction Experience through Human-Centered Innovations in Safety and Productivity.” Tema tersebut menekankan inovasi yang berpusat pada manusia untuk meningkatkan keselamatan dan produktivitas pekerja konstruksi. Pembuatan peralatan dan teknologi dengan pendekatan desain produk yang berfokus pada pengguna, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih optimal dan kompetitif.
Para peserta harus berhasil melalui tiga tahap seleksi, yaitu Abstract, Mini Proposal, dan Full Proposal yang seluruhnya diunggah secara online sejak April lalu agar dapat memenangkan perlombaan ini. Usai melalui proses seleksi yang ketat, sepuluh tim terbaik lolos sebagai finalis dan hadir di Yogyakarta untuk menjalani rangkaian final days pada 4-7 September. Berdasarkan keterangan salah satu panitia, Fia, para finalis terdiri atas delapan tim dari perguruan tinggi nasional dan sisanya berasal dari Filipina. Ia juga menjelaskan bahwa rangkaian acara dimulai pada Kamis (4/9) dengan gala dinner sebagai ajang penyambutan para finalis dan dewan juri. Selanjutnya, hari kedua diisi dengan final presentation proposal yang telah disusun dan dilanjutkan dengan mini challenge. Agenda tersebut berlanjut hingga hari ketiga (6/9) bersamaan dengan fun session di Taman Pintar dan Lava Tour.
Seluruh rangkaian kegiatan ditutup pada Minggu (7/9) dengan acara puncak, yaitu pameran produk inovasi dan talkshow. Dimulai pada 10.30 WIB, para finalis memamerkan prototipe produk inovasi mereka pada beberapa booth yang tertata di Joglo GIK. Beragam produk dipamerkan, mulai dari alat keselamatan berbasis sensor hingga rancangan multifungsi ramah lingkungan yang dirancang untuk mengurangi kelelahan saat bekerja. Antusiasme pengunjung terlihat ketika dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum berdialog dengan peserta mengenai konsep produk yang diusung.

(©BPPM EQULIBRIUM)
Salah satu finalis yang menarik perhatian adalah Tim GoDev dengan produk inovasinya, yaitu SekUp. Alat ini merupakan sekop ergonomis yang dilengkapi pegangan ganda fleksibel sehingga bisa disesuaikan dengan tinggi badan penggunanya. Desain tersebut membuat aktivitas menggali tanah menjadi lebih mudah tanpa membutuhkan banyak tenaga. Dengan SekUp, pekerja tidak perlu khawatir mengenai sakit punggung serta dapat bekerja dengan nyaman, aman, dan cepat.
Tidak hanya memperkenalkan inovasi produknya, Tim GeoDev juga berbagi cerita mengenai tantangan terbesar selama mengikuti kompetisi. Menurut mereka, bagian yang paling menantang adalah mini challenge, di mana setiap tim diminta merancang produk selama kurang lebih delapan jam. Tak hanya harus membuat prototipe, mereka juga harus menyiapkan presentasi lengkap dengan analisis keuangannya. “Lumayan chaos, sih. Soalnya capek bikin produknya harus cepat-cepat, terus dapat idenya lumayan susah,” ungkap salah satu anggota tim.

(©Dwi Zhafirah Meiliani/EQ)
Di tengah riuhnya pameran produk inovasi, acara semakin meriah dengan hadirnya sesi talkshow bersama Prof. Dr.Eng. Ir. Herianto, S.T., M.Eng., IPU., ASEAN Eng. yang membahas pengembangan produk, ergonomi, dan manufaktur. Suasana semakin interaktif ketika CHRONICS Talk dimulai, di mana para finalis berkesempatan untuk menjelaskan gagasan mereka secara lebih mendalam di hadapan publik. Sesi ini tidak hanya memperlihatkan detail di balik rancangan produk, tetapi juga membuka ruang diskusi inspiratif bagi pengunjung.

(©Dwi Zhafirah Meiliani/EQ)
Di sela-sela sesi talkshow, pengunjung juga dihibur dengan penampilan tari tradisional Nawasena. Kehadiran tarian ini menjadi jeda yang segar di tengah rangkaian diskusi serius, sekaligus memperkenalkan budaya lokal kepada peserta dan tamu yang berasal dari luar negeri. Momen ini sekaligus menunjukkan bahwa CHRONICS tidak selalu tentang teknologi dan inovasi, tetapi juga menjadi wadah yang mengangkat identitas budaya Indonesia. Perpaduan antara pameran produk inovasi dengan nuansa tradisional inilah yang membuat suasana acara semakin hangat dan jauh dari kesan monoton.

(©Auliatus Soliha/EQ)
Pada akhir perjalanan yang panjang ini, peserta tidak hanya membawa pulang pengalaman berharga, tetapi juga menyimpan harapan agar CHRONICS senantiasa menjadi ruang tumbuh untuk melahirkan gagasan kreatif. Mereka pun memberikan apresiasi kepada panitia yang dinilai responsif dan informatif dalam mendampingi dan menyiapkan segala kebutuhan sepanjang kompetisi, sehingga rangkaian acara berjalan dengan lancar. Bagi peserta, setiap tahap kompetisi meninggalkan jejak perjuangan dan pembelajaran yang mendalam. Rangkaian gagasan dan inovasi yang telah tercipta menumbuhkan semangat yang diyakini akan terus menyala dan melahirkan ruang-ruang kreatif di masa depan.
