WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Resesi: Prediksi atau Intimidasi?

Oleh: Muhammad Faza Naufal dan Theodora Puty Andini/EQ
Editor: Ratis Maharanidewi Cesarina/EQ
Ilustrasi oleh: Rega Sandinata dan Alya Aqilah/EQ

Tahun 2023 diproyeksikan sebagai tahun momok bagi perekonomian dunia. Presiden World Bank Group mengungkapkan bahwa bank sentral di seluruh dunia telah meningkatkan suku bunganya sehingga memicu terjadinya perlambatan ekonomi global. Direktur Pelaksana IMF (International Monetary Fund), Kristalina Georgieva, juga mengatakan, “Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi. Meskipun ada banyak negara yang tidak mengalami resesi, ini tetap akan terasa resesi untuk ratusan juta orang,” ia juga menambahkan, “Kenapa? Karena tiga besar negara penggerak ekonomi, yaitu US, EU, dan Tiongkok perekonomiannya sedang dan akan turun serentak,” tegasnya saat diwawancarai oleh CBS. Dengan pernyataan tokoh berpengaruh dari organisasi besar tersebut, tentunya membuat panik seluruh dunia dan kebanyakan orang tentunya akan cenderung untuk menjaga aset dan para pebisnis akan mengambil sikap wait and see. Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Berkaca pada Tahun 1998

Indonesia bukanlah tidak berpengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi ataupun resesi. Pada masa pemerintahan H. M. Soeharto, Indonesia pernah mengalami resesi hebat disertai adanya gejolak politik yang menambah kepanikan rakyat Indonesia.

Bagan 1. Chart Flow pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 1961
          Sumber: lokadata.beritagar.id, 2021

Krisis ini dimulai pada Juli 1997 dan berlangsung sekitar dua tahun dan telah berubah menjadi krisis ekonomi nasional. Pada masa itu, banyak PHK massal, bangkrutnya perusahaan, dan anjloknya pasar modal serta persentase pertumbuhan ekonomi turun drastis hingga -13.1% (World Bank, 2022). Krisis 1998 disebabkan oleh kurang adanya controlling pelaksanaan peraturan pemerintah terkait pertukaran devisa sehingga pihak swasta bisa sebebas mungkin untuk membuka rekening di bank luar negeri, begitu juga sebaliknya. Hal ini menjadikan pihak swasta banyak berhutang dalam valuta asing. Sebanyak 1.800 perusahaan berhutang berkisar antara US$63-64 miliar–dimana angka ini justru malah melebihi utang pemerintah senilai US$53,5 miliar. Pihak swasta ini kurang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan liabilitas sehingga debitur banyak yang bermewah-mewah dengan hasil hutang tersebut. Penyebab lainnya adalah kurangnya kreativitas perekonomian Indonesia dalam menciptakan produk, sehingga pada masa itu, terjadi defisit neraca perdagangan atau lebih banyak penggunaan produk impor daripada produk lokal. Krisis ini bahkan berdampak pada lengsernya Presiden Soeharto dan naiknya wakil presiden saat itu, B. J. Habibie. Krisis ini akhirnya berhasil diatasi pemerintah dengan cara meminta bantuan keuangan pada IMF dan negara sahabat sebesar US$37 Miliar (Hartcher dan Ryan, 1998) dan diambil alihnya perbankan sejumlah Rp670 triliun yang disebut dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Pemerintah juga melakukan restrukturisasi pada sistem perbankan, membubarkan bank yang menyalahi aturan, dan membuat penjadwalan ulang mengenai pembayaran utang. Selain itu, adanya kebijakan dalam pembatalan proyek besar jangka panjang mengakibatkan nilai Rupiah naik dari sekitar Rp17.000,00 menjadi sekitar Rp8.000,00 per US dollar. 

Secara Historis, Kita Sudah Berhasil. Selanjutnya, Bagaimana Tahun 2023 Ini?

Pemerintah Indonesia sendiri sudah mempersiapkan strategi-strategi bagaimana Indonesia menghadapi resesi ke depannya. Persentase pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 secara kumulatif dibukukan sebesar 5,31% yang ditopang oleh konsumsi domestik dengan persentase 50,38% pada Triwulan-III 2022 sebagai penopang utamanya. Dengan nilai konsumsi domestik yang besar, maka besar kesempatan Indonesia untuk lolos dari resesi global ini karena minimnya hubungan perdagangan eksternal yang dipengaruhi adanya Perang Rusia-Ukraina. Pemerintah terus mendukung konsumsi domestik ini dengan menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi dengan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi yang efektif) dan memperkuat pasar domestik dengan mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri dan mendukung pengembangan UMKM. Selain langkah menjaga konsumsi domestik, pemerintah juga merencanakan langkah untuk menguatkan fundamental ekonomi Indonesia dengan transformasi ekonomi yang terus ditingkatkan untuk meningkatkan investasi, mendorong produktivitas SDM, menyerap tenaga kerja melalui implementasi UU Cipta Kerja, membangun hilirisasi industri secara berkala agar dapat menambah nilai jual komoditas, dan juga mendorong penguatan sektor pariwisata sebagai mesin penggerak ekonomi, diantaranya melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Menko Airlangga juga menyatakan, “Dengan catatan tersebut di atas dan melalui koordinasi dan sinergi dengan seluruh stakeholder dalam menerapkan strategi dan kebijakan yang ada, maka target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% (yoy) di tahun 2023 optimis dapat dicapai.” Berbagai lembaga internasional pun memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5% pada tahun 2023. Lembaga internasional terkemuka seperti Bloomberg menyebutkan persentase 4.5% hingga 5.3% dan ADB (Asian Development Bank) menyebut angka 5,0% untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bagaimana Kabar Indonesia Selama Hampir Satu Kuartal Ini?

Dalam forum CNBC Indonesia Economic Outlook 2023, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa Indonesia mendapat sedikit keuntungan karena main trading partner Indonesia adalah India dan China, bukan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi volatil dari US sangat riskan dan cenderung mengkhawatirkan. Selanjutnya, beliau mengatakan sudah mencanangkan kebijakan baru yang dirumuskan bersama menteri keuangan, ketua DK LPS, dan ketua DK OJK. Kebijakan tersebut berupa term deposit valas, dimana para eksportir yang menaruh DHE (Devisa Hasil Ekspor) di bank tertentu nantinya akan mendapat suku bunga yang lebih tinggi setiap bulannya. Dengan demikian, uang akan lebih lama berada di dalam negeri. Bank juga akan diberikan insentif fee agent apabila bank tersebut bisa menahan dana deposito dalam waktu minimal tiga bulan. Selanjutnya, BI merencanakan akan menerapkan kebijakan makroprudensial agar kredit dan pembiayaan dapat meningkat. BI sudah memberi stimulus baru dalam hal perkreditan dengan memberi uang muka 0% dan menurunkan giro wajib minimum di setiap bank. Dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan adanya pertumbuhan kredit sebesar 10–12% yang diprediksi akan berpengaruh juga terhadap pertambahan konsumsi domestik. Bank Indonesia juga mencatatkan nilai Indeks Keyakinan Konsumen sebesar 119,9 pada Desember 2022 naik menjadi 123,0 pada Januari 2023 yang artinya rakyat Indonesia yakin perekonomian Indonesia akan tumbuh secara positif selama setahun mendatang.

UMKM sebagai Penyelamat Perekonomian di Indonesia

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat dikatakan sebagai alasan terkuat kenapa Indonesia akan tetap bisa bertahan selama resesi 2023. Jumlah UMKM di Indonesia yang tergolong cukup besar memberi kontribusi sebesar 61,07 persen terhadap PDB (Kamsidah, 2022). Berdasarkan data, tercatat bahwa terdapat peningkatan jumlah pelaku UMKM sebesar 64,2 juta di tahun 2018 dan 65,5 juta di tahun 2019 (Ahdiat, 2022). Harapannya, angka ini akan terus meningkat setiap tahunnya sehingga nantinya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian di Indonesia. 

Nilai plus dari kegiatan UMKM ini adalah tidak terlalu terikat dengan perekonomian global seperti ekspor dan impor sehingga UMKM pun tidak akan terkena dampak terlalu besar dan diperkirakan UMKM akan terus bertambah dan terus menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran berkurang. Namun, dalam hal ini diperlukan juga kesadaran dari beberapa pihak pemangku kebijakan dan pembuat regulasi kepemerintahan supaya dapat mengelola dan meningkatkan peran UMKM agar dapat terus tumbuh dan berkembang. Dalam konteks ini, pemerintah perlu menggandeng pihak perbankan, swasta, serta BUMN agar semua pihak dapat membuat skema-skema permodalan yang mudah diakses oleh para pelaku usaha UMKM.

Kesimpulan

Tercapainya fundamental perekonomian yang kuat hasil dari sinergi publik dan pemerintah mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu cemas dan khawatir terhadap ancaman resesi 2023. Namun, sikap hati-hati dan waspada tetap diperlukan agar kita dapat memitigasi risiko ketidakpastian ekonomi global di tahun 2023 ini. Perencanaan finansial yang tepat dan terjadwal dapat diterapkan untuk mengantisipasi volatilitas yang terjadi di luar kendali.

Referensi

Ahdiat, Adi. 2022. “Indonesia Punya UMKM Terbanyak di ASEAN, Bagaimana Daya Saingnya?” Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/11/indonesia-punya-umkm-terbanyak-di-asean-bagaimana-daya-saingnya.

Asian Development Bank. (2022, September 8). Indonesia: Economy. https://www.adb.org/countries/indonesia/econom

Hatcher, P., and Ryan C. n.d. “The IMF Turns Off the Tap.” Australian Financial Review.

Kamsidah. 2022. “Optimalkan Potensi UMKM terhadap PDB Indonesia melalui Lelang UMKM.” DJKN. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-semarang/baca-artikel/15395/Optimalkan-Potensi-UMKM-terhadap-PDB-Indonesia-melalui-Lelang-UMKM.html.

Lutfhiani, Annisa, and Dwitya Putra. 2023. “Prospek Ekonomi Indonesia “Baik-Baik Saja.”” Infobanknews. https://infobanknews.com/prospek-ekonomi-indonesia-tetap-baik-baik-saja/.

Moegiarso, Susiwijono. 2023. “Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2022 Capai 5,31%, Tertinggi Sejak 2014.” Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4904/pertumbuhan-ekonomi-tahun-2022-capai-531-tertinggi-sejak-2014.

Rachman, Arrijal. 2023. “Street Smart ala Perry Warjiyo di Tengah Kacaunya Dunia!” CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20230301110806-17-417895/street-smart-ala-perry-warjiyo-di-tengah-kacaunya-dunia.

Sasongko, Dedy. 2020. “UMKM Bangkit, Ekonomi Indonesia Terungkit.” DJKN. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13317/UMKM-Bangkit-Ekonomi-Indonesia-Terungkit.html.

Sihombing, Grace, and Claire Jiao. 2023. “Indonesia Economic Growth Moderates in Final Quarter of 2022.” Bloomberg.com. https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-02-06/indonesia-economic-growth-moderates-in-final-quarter-of-2022.

The Guardian. 2023. “Third of world economy to hit recession in 2023, IMF head warns.” The Guardian. https://www.theguardian.com/business/2023/jan/02/third-of-world-economy-to-hit-recession-in-2023-imf-head-warns.

World Bank. 2022. “2022 Annual Meetings Opening Press Conference | World Bank Group President David Malpass.” YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=PL6gtGwQow0.

Pengunjung :
242

Solverwp- WordPress Theme and Plugin