Oleh: Butuh Duit
Pendidikan tinggi di Indonesia menawarkan beragam program studi dan jalur masuk, termasuk Program International Undergraduate Program (IUP) dan Program Reguler. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia yang menawarkan kedua program tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji fenomena pengklusteran kelas sosial di antara mahasiswa program IUP dan Reguler di FEB UGM.
Konteks Sosial di Indonesia
Penting untuk memahami bahwa masyarakat cenderung membentuk kelompok-kelompok sosial berdasarkan kesamaan faktor-faktor seperti status ekonomi, pendidikan, dan latar belakang budaya. Teori sosiologi memberikan wawasan tentang bagaimana hal ini dapat menciptakan pembagian kelas sosial yang jelas.
Pengklusteran Kelas Sosial di FEB UGM
1. Perbedaan Latar Belakang Ekonomi
Program IUP di FEB UGM dikenal sebagai program studi yang menarik mahasiswa dari luar negeri serta mahasiswa lokal yang memiliki latar belakang ekonomi yang lebih mapan. Di sisi lain, Program Reguler menerima mahasiswa dengan beragam latar belakang ekonomi, termasuk mereka yang mungkin membutuhkan bantuan keuangan untuk menyelesaikan studi (Bourdieu, 1984).
2. Dampak terhadap Jaringan Sosial
Dampak dari pengklusteran kelas sosial juga dapat terlihat dalam jaringan sosial mahasiswa. Mahasiswa IUP cenderung membentuk jaringan dengan sesama mahasiswa IUP atau dengan mahasiswa asing lainnya, sementara mahasiswa Reguler cenderung membentuk jaringan dengan sesama mahasiswa lokal (Granovetter, 1973).
3. Persepsi terhadap Prestasi Akademik
Studi menunjukkan bahwa mahasiswa IUP mungkin memiliki persepsi yang berbeda terhadap pentingnya prestasi akademik dibandingkan dengan mahasiswa Reguler. Hal ini dapat mempengaruhi pendekatan mereka terhadap belajar dan mencapai tujuan akademik (Becker, 1963).
Implikasi dan Tantangan
Pengklusteran kelas sosial di FEB UGM antara mahasiswa program IUP dan Reguler memiliki implikasi yang signifikan terhadap dinamika sosial dan akademik di kampus. Hal ini menimbulkan tantangan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan merangsang pertukaran budaya dan pengalaman antara mahasiswa dari berbagai latar belakang. Selain perbedaan latar belakang ekonomi, pengklusteran kelas sosial juga dapat membawa implikasi terhadap kesusahan bersosial. Mahasiswa IUP mungkin menghadapi tantangan dalam berinteraksi dengan mahasiswa Reguler dan sebaliknya. Perbedaan budaya, bahasa, dan pengalaman hidup dapat menjadi hambatan dalam membentuk hubungan sosial yang kuat dan saling memahami di antara kedua kelompok (Putnam, 2000).
Disparitas fasilitas kelas antara program IUP dan Reguler juga menjadi faktor yang dapat memperkuat pengklusteran kelas sosial di FEB UGM. Fasilitas kelas yang lebih modern dan nyaman, seperti kursi nonkayu, yang seringkali tersedia bagi mahasiswa IUP, dapat menciptakan persepsi bahwa mereka memiliki akses ke sumber daya yang lebih baik daripada mahasiswa Reguler. Hal ini dapat memperkuat perbedaan status sosial di antara kedua kelompok (DiMaggio dan Ostrower, 1990). Penting bagi Fakultas Ekonomika dan Bisnis untuk mengadopsi strategi yang inklusif dan berorientasi pada kesetaraan untuk mengatasi disparitas ini. Memastikan akses yang setara terhadap fasilitas kelas dan mempromosikan inisiatif untuk memperkuat jaringan sosial antara mahasiswa IUP dan Reguler dapat menjadi langkah awal yang penting.
Referensi
Becker, H. S. (1963). Outsiders: Studies in the Sociology of Deviance. Free Press.
Bourdieu, P. (1984). Distinction: A Social Critique of the Judgment of Taste. Routledge.
DiMaggio, P., & Ostrower, F. (1990). The Nonprofit Organizational Revolution. University of Chicago Press.
Granovetter, M. (1973). The Strength of Weak Ties. American Journal of Sociology, 78(6), 1360-1380.
Putnam, R. D. (2000). Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. Simon & Schuster
Karya ini merupakan pemenang dari perlombaan esai Surat Cinta untuk FEB. Segala opini yang terkandung dalam artikel merupakan opini pribadi dari penulis dan tidak terafiliasi dengan Redaktur BPPM Equilibrium.