WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

ASEAN+ Youth Summit 2023: Sinergi Peran Pemuda dalam Wujudkan Epicentrum of Growth

Penulis:  Ratis Maharanidewi Cesarina dan Hayfaza Nayottama Auliarachim/EQ
Editor: Andini Mahera Primawestri/EQ
Dokumentasi Oleh: ASEAN Youth Agenda (AYA)

Young generation, take vacation,” pungkas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dalam panel pembuka ASEAN+ Youth Summit 2023 (A+YS 2023). Acara ini merupakan rangkaian resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 yang diketuai Indonesia. Sandiaga Uno, sebagai salah satu pemimpin yang menghadiri KTT ASEAN menegaskan bahwa suara dari pemuda juga berperan signifikan dalam perubahan dunia sehingga menyempatkan waktu untuk turut hadir dalam acara ini. ASEAN+ Youth Summit 2023 melibatkan 1000 pemuda dan 80 delegasi dari 18 negara ASEAN dan negara sahabat dari benua Asia, Amerika, dan Eropa. A+YS 2023 diselenggarakan pada tanggal 7-8 September 2023 di menara iNews Tower sejak pukul 09.30 hingga 19.00 WIB selama dua hari berturut-turut. A+YS diawali dengan pembukaan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo serta remarks dari Indonesia Youth Diplomacy selaku host A+YS. Lantas, A+YS berlanjut dengan talkshow dalam enam panel di hari pertama.

Pembukaan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo (©AYA)

Panel diskusi pada hari pertama terdiri dari 5 subtema prioritas, yaitu ekonomi hijau, kesehatan, literasi dan inklusi digital, pendidikan dan pekerjaan masa depan, serta food security. Kelima subtema diskusi dibahas secara berurutan oleh para pembicara terpilih yang berasal dari gabungan unsur praktisi, akademisi, regulator, figur publik, dan pebisnis profesional dari seluruh negara anggota ASEAN. Terdapat berbagai peluang, tantangan, dan usaha nyata dalam proses pengembangan perusahaan atau organisasi yang berwawasan keberlanjutan sosial di ASEAN. Keadaan ini menekankan bahwa peran generasi muda sangat diperlukan untuk memulai dan menginisiasi adanya kolaborasi kreatif dalam merancang solusi. 

Berikut ini adalah daftar tema beserta panelis pada kegiatan ASEAN+ Youth Summit 2023.

DAY 1
Panel 1: “Elevating ASEAN Opportunities: Prospects, Hurdles, and Crafting a Resilient Future”
Keseruan sesi diskusi panel 1 (©AYA)

Panelis: 
1. Sandiaga Uno (Indonesia), Minister of Tourism and Creative Economy of the Republic of Indonesia
2. Raline Shah (Indonesia), ASEAN+ Youth Summit 2023 Ambassador
3. Nathan Cooper (United Kingdom), Director of Policy and Engagement Department for the Climate Champions
4. Bam Mejia (Philippines), Chief Commercial Officer of SariSuki Philippines

Insight
Pemuda memegang peran yang krusial dalam menyelesaikan permasalahan di ASEAN. Pemuda bisa saling berkolaborasi untuk menjawab tantangan yang muncul dewasa ini, khususnya berkaitan dengan isu keberlanjutan dan perubahan paradigma ekonomi menuju economic prosperity. Prinsip economic prosperity mengutamakan adanya keseimbangan antara pertumbuhan, keamanan, dan daya saing perekonomian sebuah negara dengan didukung oleh seluruh potensi ekonomi yang dimiliki (manusia, alam, pembiayaan, teknologi, dan infrastruktur). Walaupun terdiri dari anggota yang bervariasi, mulai negara maju, berkembang, hingga negara kurang berkembang, negara-negara di ASEAN menghadapi isu yang hampir mirip satu sama lain. 

Sinergi yang terjalin melalui hubungan internasional ini diharapkan dapat mewujudkan cita-cita regional ASEAN yaitu “no one left behind”. Diperlukan adanya kerja sama yang integratif secara vertikal dan horizontal untuk mendukung tercapainya cita-cita luhur ASEAN. Sandiaga Uno menambahkan bahwa ASEAN memiliki potensi untuk membangkitkan perekonomian pascapandemi dengan menerapkan prinsip ecotourism. Para panelis juga berpesan kepada generasi muda agar menjadi individu yang passionate supaya mampu menyebarkan lebih banyak manfaat yang akan berdampak luas, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan sosial dan alam.

Panel 2: “Global Wellbeing Accord: Advancing the Pursuits of Innovation through Foreign Policy”
Potret sesi diskusi panel 2 (©AYA)

Panelis:
1. Irwan A. Dinata (Indonesia), Chief Executive Officer PT. Moya Indonesia
2. Danu Wicaksana (Indonesia), Chief Executive Officer Good Doctor
3. Gupta Sitorus (Indonesia), Group Chief Sales and Marketing Officer WIR Group
4. Bima Arya Sugiarto (Indonesia), Mayor of Bogor

Insight
Akses terhadap layanan kesehatan seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat secara merata di semua wilayah. Namun, masih ada beberapa wilayah di negara ASEAN yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan akses yang memadai. Faktor penyebab yang paling banyak ditemui di wilayah tersebut adalah kurangnya kuantitas tenaga medis yang tersertifikasi, minimnya akses transportasi, dan adanya ketidakmampuan secara ekonomi untuk memperoleh layanan kesehatan universal (universal health coverage). Di sisi lain, aspek birokrasi lokal juga menjadi tantangan pemerataan layanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena belum semua pemerintah daerah menyadari peran penting aspek kesehatan dalam menciptakan perkembangan, khususnya di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). 

Panel 3: “Unlocking Youth Power through Digital Literacy and Inclusion Advancement”
Suasana sesi diskusi panel 3 (©AYA)

Panelis:
1. Marsheilla Pandji (Indonesia), Public Policy & Government Relations–TikTok Indonesia
2. Ignatius Denny Wicaksono (Indonesia), Head of Business Development 2 Division Indonesia Stock Exchange
3. Rizky Ameliah (Indonesia), Vice Chairman General of Programs and Human Resources–Siberkasi
4. Abigail Limuria (Indonesia), Co-Founder–What is Up Indonesia & Bijak Memilih

Insight
Saat ini, lebih dari 50 persen investor adalah generasi muda. Salah satu saluran untuk memperkuat tingkat literasi dan inklusi keuangan berasal dari kemampuan pemahaman dan pemanfaatan literasi digital. Sayangnya, saat ini generasi muda lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengakses konten sosial media yang kurang edukatif. Kurangnya akses terhadap konten edukatif di saluran digital disebabkan karena cara penyampaian pesan edukasi dinilai kurang menarik dan sulit dipahami oleh generasi muda. Abigail berpendapat bahwa kecerdasan seorang individu dicerminkan oleh kemampuannya dalam menyampaikan ilmu yang kompleks melalui kalimat sederhana yang mudah dimengerti. Menurutnya, terdapat tiga kriteria konten yang menarik bagi anak muda saat ini; insightful, relate, dan lucu. Ignatius menambahkan bahwa tren pendidikan bagi anak muda saat ini mulai mengalami pergeseran. Akses pendidikan tinggi yang lebih mudah tidak serta merta dapat mengubah masa depan pemuda. Kesuksesan tidak bisa diperoleh hanya karena kita memiliki suatu gelar secara akademik. Namun, kesuksesan adalah hasil akumulasi dari pengetahuan, niat, passion, dan kerja keras yang dilakukan secara berkelanjutan.

Panel 4: “Empowering Youth for the Future of Education and Work”
Cuplikan sesi diskusi panel 4 (©AYA)

Panelis:
1. Hisyaamuddin bin Abu Bakar (Singapore), Country Head Indonesia at Singapore Business Federation
2. Astrid Nadya Rizqita (Indonesia), Board Member ASEAN Region at Asian African Youth Government
3. Hanna Vanya (Indonesia), Academy Lead of Think Policy
4. Ron Baetiong (Philippines), Founder & CEO of Podcast Network Asia

Insight

Kehadiran AI (Artificial Intelligence) tidak serta merta mampu menggantikan peran pendidikan untuk membangun pola pikir manusia. Karya yang dibuat AI sangat mudah dikenali oleh para tenaga pengajar saat ini sehingga tidak tepat jika diandalkan sebagai “jalan ninja” untuk memperoleh hasil akademik yang baik. Teknologi akan menjadi pesaing berat untuk manusia dari segi kemampuan bekerja apabila manusia tidak berusaha untuk mengembangkan dan memperbarui diri. Saat ini, IQ (Intelligence Quotient) bukanlah prioritas bagi rekruter dalam dunia kerja. EQ (Emotional Quotient) dan AQ (Adversity Quotient)-lah yang menjadi pusat indikator untuk melihat seberapa jauh daya tahan individu untuk menyelesaikan masalah dan bangkit dari kegagalan. SQ (Social Quotient) juga menjadi pertimbangan yang penting untuk melihat kemampuan individu dalam membangun relasi dan kerja sama dengan orang lain. Panel ini juga mengungkap bahwa banyak perusahaan telah mengadopsi sistem untuk mengukur empat kecerdasan manusia dalam proses rekrutmen. Teknisnya, proses rektrutmen menggunakan perantara survival games dengan hasil yang ditranslasikan menjadi data kuantitatif. Pada akhir proses, data kuantitatif ini akan diolah menjadi data HRIS (Human Resource Information System). Era digital tidak hanya mendorong kita untuk memiliki hard skill (sisi statis) yang kuat, tetapi juga memiliki soft skill (sisi dinamis) yang baik, sebab dua kemampuan tersebut saling berkorelasi dan dapat menghasilkan efek amplifikasi (mengacu pada V Model).

Panel 5: “Feeding the Youth: Food as the Future of ASEAN”
Kemeriahan sesi diskusi panel 5 (©AYA)

Panelis: 
1. Dr. Risti Permani (Indonesia), Senior Lecturer in Agribusiness at the School of Agriculture and Food Sciences at the University of Queensland
2. Dr. Donna Gultom (Indonesia), Board Member of Centre for Indonesian Policy Studies (CIPS)
3. Tubagus Syailendra (Indonesia), CEO Chickin Indonesia

Insight
Risti memaparkan empat pilar dalam keamanan pangan: availability, accessibility, utilization, dan stability. Namun, dalam mewujudkan keempat pilar keamanan pangan, agrikultur menghadapi tantangan, diantaranya efisiensi produksi, climate pressure, water security, kontribusi terhadap greenhouse gas (GHG) sebesar 9%, dan penggunaan lahan, lanjut Risti. Selanjutnya, Donna berpendapat bahwa agar food system optimal, semua aktor harus terlibat aktif untuk melakukan perbaikan, mulai dari konsumen, policy maker, dan petani. Ia juga menekankan pentingnya comprehensive agreement, yaitu kerja sama yang tak hanya melibatkan aktivitas ekonomi (produksi-konsumsi), tetapi juga mengenai skill transfers, pemanfaatan teknologi, dan pendidikan. Lantas, Tubagus memaparkan bahwa, berangkat dari pengamatannya terhadap peternakan ayam di Malang yang masih memiliki bottleneck dalam produksi. Berdasarkan pengamatannya, ia mendirikan perusahaan rintisan bernama Chickin Indonesia. Chickin menyediakan teknologi peternakan ayam berbasis Internet of Things (IoT) dan aplikasi manajemen kandang. Chickin telah dan akan terus berkontribusi terhadap demokratisasi pangan, melalui efisiensi peternakan dan strategi harga yang optimal untuk menyejahterakan peternak ayam. 

Panel 6: “Leadership in Action: Science, Dialogue, and Informed Decisions”
Ryosuke Takashima memaparkan materi secara dalam jaringan (©AYA)

Pembicara: Ryosuke Takashima (Japan), Mayor of Ashiya, Japan.

Insight
Dalam tujuan untuk memajukan ASEAN, ada berbagai macam tantangan untuk diselesaikan. Generasi muda, dalam hal ini, berperan penting untuk memunculkan ide-ide solutif dan melakukan aksi nyata, baik secara advokatif maupun secara langsung dalam rangka menghadapi tantangan tersebut. Dalam perjalanan untuk menyelesaikan tantangan-tantangan ini, seringkali generasi muda dihadapkan dengan berbagai situasi pengambilan keputusan yang sulit karena dampaknya yang akan berpengaruh secara luas terhadap dunia. Ryosuke Takashima, sebagai wali kota termuda di Jepang menekankan dua prinsip fundamental untuk menjadi bekal dan landasan pemikiran generasi muda dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin masa depan. 

Prinsip pertama adalah dengan menerapkan metode evaluasi ilmiah sebagai dasar pengambilan keputusan. Hal ini menjadi penting karena kita pasti akan terpapar berbagai klaim informasi dari sudut pandang yang beragam. Ryosuke menekankan bahwa seorang pemimpin perlu melakukan validasi dan meneliti informasi dari dari sumber pertama (first hand) melalui visitasi dan wawancara secara langsung dengan pendekatan ilmiah. Keputusan yang kita ambil dengan berdasarkan informasi ini akan menjadi lebih akurat untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi karena minimnya bias dari sudut pandang dan kepentingan yang mengganggu. 

Prinsip kedua adalah dengan mengkomunikasikan hasil pengambilan keputusan dengan dialog terbuka. Keputusan tidak hanya perlu dilandaskan pada data yang valid, reliabel, dan pemikiran logis, tetapi juga perlu dikomunikasikan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Sebagai pemimpin, kita juga perlu secara terbuka mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat-pendapat yang diberikan dari berbagai sudut pandang terhadap keputusan kita. Hal ini diperlukan untuk membuka kemungkinan hasil yang optimal. Dengan kedua prinsip ini, Ryosuke yakin bahwa generasi muda akan mampu menjadi pionir perubahan di negara masing-masing, serta menjadi penyokong perubahan ASEAN melalui kolaborasi dalam keberagaman.

Sesi Diseminasi dan Penutupan Day 1

ASEAN+ Youth Summit hari pertama diakhiri dengan sesi diseminasi oleh delegasi mengenai lima subtema prioritas. Diseminasi dilakukan dalam rangka menganalisis problem utama dalam kelima subtema, lantas merumuskan solusi dan rekomendasi kebijakan. Para attendee menyimak dan bertanya dengan antusias. Sesi diseminasi dan tanya-jawab sekaligus mengakhiri rangkaian ASEAN+ Youth Summit hari pertama. ASEAN+ Youth Summit berlanjut pada hari kedua, dengan panel ke-7 hingga ke-12 serta penandatanganan inisiasi kolaborasi yang dipimpin pemuda. Simak kelanjutan ASEAN+ Youth Summit pada liputan kami berikutnya!

Pengunjung :
526

Solverwp- WordPress Theme and Plugin