WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20: Momentum Aji Mumpung, Jangan Sampai Buntung!

Oleh: Achmad Zidan Muzaki/EQ
Foto Oleh: Alya Aqilah/EQ

FIFA Council Meeting yang diselenggarakan di Shanghai, China pada Kamis, 24 Oktober 2019 adalah momen bersejarah bagi Indonesia. Tepat pada hari tersebut, Federation Internationale de Football Association (FIFA) mengumumkan bahwa Indonesia resmi ditunjuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola level dunia, yaitu Piala Dunia U-20 tahun 2021. Setelah tertunda hampir dua tahun, turnamen tersebut akhirnya akan segera digelar pada 2023 mendatang. Sebagai acara besar yang akan disaksikan oleh banyak negara di dunia, Piala Dunia U-20 haruslah dipersiapkan dengan matang. Persiapan yang maksimal tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, timbul pertanyaan: apakah acara tersebut akan memberi dampak positif yang cukup besar atau hanya akan menguras dompet negara saja?

Piala Dunia merupakan sebuah turnamen resmi sepak bola antarnegara tertinggi dan terbesar di dunia yang diselenggarakan oleh FIFA. Sebagai bentuk pemberdayaan kualitas generasi muda pada cabang olahraga ini, FIFA juga menyelenggarakan turnamen tersebut pada level kelompok usia, salah satunya Piala Dunia U-20. Meskipun minim pengalaman pada acara sepak bola tingkat internasional, nyatanya Indonesia berhasil menjadi tuan rumah mengalahkan Peru dan Brazil yang merupakan dua kandidat kuat lainnya. FIFA dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai penyelenggara bersama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus bekerja sama demi suksesnya perhelatan akbar ini. PSSI bahkan sudah terlebih dahulu menyelesaikan aspek administrasi di 2020 lalu. Oleh sebab itu, aspek yang tersisa kini hanyalah pemenuhan dan pematangan infrastruktur, seperti penggunaan stadion, lapangan latihan, dan kota tuan rumah.

Sebagai salah satu acara internasional, sudah pasti wajah Indonesia akan tercermin dari kualitas penyelenggaraan turnamen ini. Setidaknya ada 23 negara peserta selain Indonesia yang akan menilai hal tersebut. Jika berhasil menggunakan kesempatan ini dengan baik, maka ada banyak dampak positif yang dapat ditimbulkan. Dampak secara langsung tentunya berkaitan dengan sepak bola itu sendiri. Disebabkan oleh keuntungan menjadi tuan rumah, Indonesia berhak ikut menjadi peserta turnamen tanpa melalui proses seleksi atau kualifikasi. Hal tersebut tentunya merupakan momen yang langka karena jangankan level dunia, Indonesia bahkan selalu kesulitan untuk menembus kualifikasi setingkat Asia. Selain itu, pemberian amanah tuan rumah juga memaksa pemerintah Indonesia membenahi sarana olahraga. Hingga saat ini, tercatat sebanyak enam stadion yang diajukan sebagai venue pertandingan sedang diperbaiki. 

Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 juga dapat  memengaruhi sektor ekonomi dan sosial-budaya. Dari sisi ekonomi, sebagai sebuah negara yang fanatik terhadap sepak bola, turnamen ini juga dapat mempercepat perputaran uang melalui adanya pedagang kaki lima di sekitar stadion dan animo warga negara asing terhadap objek wisata kota tuan rumah. Selain itu, penjualan merchandise turnamen juga dapat memberdayakan UMKM. Dari sisi sosial-budaya, penyelenggaraan acara tersebut dapat dijadikan sebagai ajang publikasi dari keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia. Implementasinya bisa menggunakan bentuk penampilan tari atau lagu tradisional di opening ceremony hingga penyematan unsur budaya pada elemen-elemen acara seperti maskot, logo, atau merchandise.

Namun, ada biaya mahal yang harus Indonesia keluarkan dalam rangka menyukseskan Piala Dunia U-20. Pada tahun 2020, Kemenpora mengajukan anggaran sebesar 500 miliar rupiah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai dana untuk menyelenggarakan turnamen tersebut. Besaran ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu 400 miliar rupiah untuk pelaksanaan turnamen secara umum dan 100 miliar rupiah untuk persiapan Timnas U-20 sebagai wakil Indonesia. Tidak cukup sampai di situ, pada Juni 2022 Zainudin Amali, Menteri Pemuda dan Olahraga, kembali meminta tambahan anggaran sebesar 500 miliar rupiah. Dari angka yang besar tersebut, Kemenpora terlihat sangat jorjoran dalam menghadapi turnamen ini. Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah ajang olahraga lain, yaitu Piala Dunia Bola Basket 2023. Meskipun levelnya lebih tinggi karena bukan merupakan kelompok usia, turnamen ini hanya mendapat tambahan anggaran sebesar 250 miliar rupiah. Selain itu, angka persiapan Timnas U-20 juga lebih besar lima kali lipat jika dibandingkan dengan bulutangkis yang hanya mendapatkan 18,6 miliar rupiah saat akan bertanding di olimpiade tahun 2020. Kesenjangan anggaran ini wajib diawasi dan dievaluasi mengingat minimnya prestasi yang diperoleh oleh atlet-atlet Indonesia pada cabang olahraga sepak bola jika dibandingkan dengan kedua olahraga tersebut. 

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah kepentingan-kepentingan politik yang bisa saja menyusup ke dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 ini. Besarnya anggaran yang diajukan membuat pengawasan sedikit lebih sulit dilakukan. Ancaman yang paling mungkin dihadapi adalah tindakan korupsi. Selain itu, pemilihan presiden yang hanya berselang satu tahun dari pelaksanaan membuat turnamen ini bisa saja memiliki agenda tertentu, misalnya kampanye. Dengan publikasi yang masif, tentu akan banyak pihak yang berusaha memanfaatkan acara ini sebagai salah satu ajang yang efektif untuk mendulang suara rakyat dalam kontestasi politik. 

Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bukan hanya membawa manfaat yang sangat luas, tetapi juga mempunyai risiko yang cukup besar. Selain itu, adanya target lolos delapan besar hingga semifinal juga menambah berat beban yang dipikul Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap penyelenggaraan turnamen ini, mulai dari masa persiapan hingga pembubaran. Sebagai bentuk respons, Kemenpora telah membentuk kepanitiaan tersendiri, yaitu Indonesia FIFA U-20 World Cup 2023 Organizing Committee (INAFOC). Meskipun merupakan sebuah langkah yang baik, independensi tetap harus dijaga dalam kepanitiaan tersebut. Lebih dari itu, masyarakat Indonesia juga diharapkan senantiasa memperhatikan dan melaporkan apabila terjadi tindakan yang mencurigakan selama pelaksanaan turnamen ini. Kesatuan dan kesepakatan tujuan di antara seluruh lapisan masyarakat Indonesia adalah faktor terpenting dari kesuksesan penyelenggaraan turnamen ini. 

Referensi

Ayudiana, S. (2020, July 21). Kemenpora masih kaji anggaran timnas Piala Dunia U-20 2021. Antara News; ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/1624954/kemenpora-masih-kaji-anggaran-timnas-piala-dunia-u-20-2021

CNN Indonesia. (2020, February 11). Badminton Dapat Anggaran Paling Besar Jelang Olimpiade 2020. Olahraga; cnnindonesia.com. https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20200211173849-178-473675/badminton-dapat-anggaran-paling-besar-jelang-olimpiade-2020

Utami, N. R. (2022, June 10). Menpora Usul Tambah Anggaran Rp 3 T, Ada untuk Piala Dunia U-20 2023. Detiknews; detikcom. https://news.detik.com/berita/d-6119997/menpora-usul-tambah-anggaran-rp-3-t-ada-untuk-piala-dunia-u-20-2023

Pengunjung :
223

Solverwp- WordPress Theme and Plugin