WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Ospek Jurusan bagi Mahasiswa Baru, Apa Relevansinya?

Oleh: Andini Mahera Primawestri dan Rashid Abinaya Rahman/EQ
Editor: Ana Anselma Anggi Ciptaning Kasih
Ilustrasi oleh: Haikal Azra Wisnu/EQ

“Semangat pagi para Gamada, ayo bersiap dan bersemangat” merupakan potongan lagu yang biasa dinyanyikan di dalam acara orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) di Universitas Gadjah Mada. Ospek adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi mahasiswa baru agar mereka dapat mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan barunya, yaitu dunia perkuliahan. Selain itu, ospek juga merupakan wadah pembentukan karakter mahasiswa agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu. Lebih lanjut, ospek juga dapat menjadi ajang mahasiswa baru untuk dapat mempererat hubungan dengan senior dan teman seangkatan.

Tujuan dari ospek memanglah positif, tetapi apakah eksekusinya sudah sesuai? Sudah menjadi rahasia umum bahwa di Indonesia sering dijumpai kegiatan ospek yang berujung pada tindakan perpeloncoan, kekerasan, pelecehan, bahkan hingga merenggut nyawa. Padahal Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan sendiri sudah secara tegas melarang tindakan-tindakan tersebut. Dalam Pasal 335 KUHP Bab XVIII tentang Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang disebutkan bahwa aksi dan ancaman kekerasan dapat dikenai hukum pidana. Maksimal hukuman yang bisa dijeratkan berupa pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Kendati demikian, hingga kini masih terdapat beberapa oknum yang memanfaatkan ospek sebagai sarana praktik senioritas. Misalnya kasus mahasiswa baru yang dipaksa meminum air ludah di ospek Universitas Khairun pada tahun 2019. Selain itu, pada tahun 2022 juga terdapat kasus ospek Universitas Jember yang diwarnai dengan adanya kekerasan verbal. 

Dikutip dari artikel Merdeka.com, Sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmin  menyatakan pendapatnya tentang ospek. “Enggak jelas nilai apa yang ingin ditanamkan oleh para senior kepada juniornya, kan harusnya ospek bukan ajang balas dendam atau penindasan,” ujar Daisy. Dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa ospek sering dilihat sebagai ajang balas dendam oleh senior ke junior. “Ospek seharusnya mengajarkan nilai-nilai di kampus. Hal ini dilakukan untuk mengurangi budaya dominasi, kekerasan, dan tidak menghormati.” Menurutnya, kasus itu dapat menimbulkan rasa diremehkan pada korban yang pada akhirnya memunculkan keinginan untuk balas dendam kepada mahasiswa baru di tahun berikutnya. 

Pengamat Pendidikan dari UGM, Darmaningtyas juga mengungkapkan bahwa kegiatan ospek mahasiswa baru bukan ajang balas dendam antara senior dan junior. Menurutnya, kegiatan ini merupakan masa perkenalan mahasiswa terhadap kampus barunya. Namun, bagaimana fakta lapangan di UGM?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mewawancarai Azizah, salah satu mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota yang mengikuti kegiatan ospek Fakultas Teknik UGM tahun 2021 lalu. Azizah menyampaikan bahwa ospek jurusan (osjur) yang ia ikuti cukup bermanfaat bagi perkuliahannya. Dalam kegiatan tersebut, ia diajari keterampilan dasar yang nantinya akan terpakai saat di perkuliahan. Selain itu, penulis juga mewawancarai partisipan ospek dari jurusan lain. Dhika, peserta rangkaian osjur Teknik Elektro, merasa tidak ada senioritas yang terjadi dalam jurusannya. Aspek kedisiplinan yang diterapkan pun dirasa masih wajar, seperti adanya evaluasi jika terdapat mahasiswa baru yang tidak beratribut lengkap. 

Berpindah ke jurusan di rumpun sosial dan humaniora, Rofiqul (Manajemen ‘22) merasa bahwa osjur masih memiliki relevansi untuk mahasiswa baru. Menurutnya, senioritas bukanlah masalah yang relevan dalam lingkup Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). “Nggak sih, selama aku ikut rangkaian acara osjur kemarin, nggak ada senioritas sama sekali. Aku malah ngerasa kalo kakak tingkat di FEB bener-bener ngebimbing dan ngerangkul banget,” ucapnya. Ditambah lagi, alih-alih berdampak buruk kepada akademik, ia malah merasa bahwa osjur membantunya dalam merencanakan empat tahun kedepan yang akan dilalui di jurusan. Dengan informasi yang diperoleh, ia dapat mengetahui keempat konsentrasi manajemen dan menjadikannya salah satu pertimbangan dalam perencanaan studinya.

Rofiqul juga berkata bahwa partisipasi dalam osjur juga membuka peluang menuju kegiatan jurusan. Melalui kegiatan osjur, ia dapat mengenal kakak tingkat yang menjadi pengurus dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Sebenarnya hal ini juga berguna bagi pengurus event dan organisasi jurusan, mereka dapat lebih mengenal kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan komunikasi yang dimiliki oleh mahasiswa baru tersebut. Pada akhirnya, hal ini juga akan membantu menciptakan sumber daya manusia berkualitas pada pengurus periode selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa ospek jurusan di Universitas Gadjah Mada masih merupakan kegiatan yang penting dan diperlukan bagi mahasiswa baru. Dengan catatan, tanpa mengandung unsur kekerasan ataupun senioritas yang tidak relevan dengan tujuan utama ospek itu sendiri. Sebab, dengan implementasi yang baik, ospek bukan hanya sekadar acara seremonial pengenalan kampus, tetapi akan membangun keakraban mahasiswa dan proses kaderisasi organisasi kampus.

Daftar Pustaka

Han’guk Yŏsŏng Kaebarwŏn; Unesco; Asia and Pacific Regional Bureau for Education (2015). A complex formula: girls and women in science, technology, engineering and mathematics in Asia (PDF). Paris. ISBN 978-92-9223-503-1. OCLC 954009486.

Haniyfa, R. S., Rizki, M. N., dan Maulana, M. R. (2019). Analisis Pragmatis Urgensi OSPEK: Drama Sosial yang Wajib Dilestarikan. Jurnal KSM Eka Prasetya UI, April 2019, hal. 1-7. https://ksm.ui.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/Analisis-Pragmatis-Urgensi-OSPEK-Drama-Sosial-yang.pdf

Hill, Catherine (2010). Why so few?: women in science, technology, engineering, and mathematics. AAUW. ISBN 978-1-879922-40-2. LCCN 2010901076. OCLC 607105042. OL 24417287M.

Kirana, A. (2019, September 1). Sosiolog sebut Ospek Bukan Ajang Balas Dendam Dan Penindasan. merdeka.com. https://www.merdeka.com/peristiwa/sosiolog-sebut-ospek-bukan-ajang-balas-dendam-dan-penindasan.html 

NNP/ANT. (2017, January 25). Pasal-Pasal Penjerat Pelaku Perpeloncoan di Lingkungan pendidikan. hukumonline.com. https://www.hukumonline.com/berita/a/pasal-pasal-penjerat-pelaku-perpeloncoan-di-lingkungan-pendidikan-lt588888bfdd518 

Tim Naskah.id. (2022, September 21). Geger Aturan Plonco Ospek Maba Unej 2022, Ospek Sampai Subuh, Hingga Dipaksa Boncengan Beda Kelamin. Naskah.id. https://www.naskah.id/daerah/pr-4324837032/geger-aturan-plonco-ospek-maba-unej-2022-ospek-sampai-subuh-hingga-dipaksa-boncengan-beda-kelamin?page=2 

Trifena, R. D. (2019, December 3). Perpeloncoan Dalam Kegiatan Ospek Ditinjau Dari Sudut Pandang Etika dan Krisis Nilai. https://doi.org/10.31227/osf.io/2bj7e

Yamin, F. (2019, August 31). Fakta Viral Ospek Universitas Khairun, Minum Air Ludah hingga 4 Mahasiswa Diskors. KOMPAS.com. https://regional.kompas.com/read/2019/08/31/13580041/fakta-viral-ospek-universitas-khairun-minum-air-ludah-hingga-4-mahasiswa?page=all 

Zuhri, D. (2015, July 28). Ospek Bukan ajang balas dendam. Republika Online. https://www.republika.co.id/berita/ns6zp0301/ospek-bukan-ajang-balas-dendaml

Pengunjung :
378

Solverwp- WordPress Theme and Plugin