WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Krisis Daya Kritis Mahasiswa, ChatGPT kah Akarnya?

Oleh: Risma Nur Aftina dan Virginia Monic/EQ
Editor: Kefas Prajna Christiawan
Ilustrasi oleh: Naelufara dan Najwa Zahra/EQ

“Buatkan pembuka artikel tentang pro dan kontra ChatGPT.” 

“ChatGPT, sebagai salah satu produk AI terbaru, menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Di satu sisi, ChatGPT dapat memberikan kemudahan dalam berbagai hal, seperti membantu dalam mencari informasi, memecahkan masalah, atau bahkan memfasilitasi percakapan yang lebih manusiawi. Namun, di sisi lain, penggunaan ChatGPT yang tidak terkontrol dapat membawa dampak negatif, seperti dehumanisasi dan manipulasi,” jawab si chatbot berbasis artificial intelligence (AI) tersebut.

Memang benar, keberadaan ChatGPT telah membawa banyak benefit seperti penulis yang dengan mudahnya menorehkan satu paragraf di atas setelah menanyakannya kepada chatbot itu. Pertanyaannya, apakah benefit tersebut benar mendukung manusia atau justru memanjakan penggunanya?

Keberadaan ChatGPT di Kampus: Antara Kemudahan dan Risiko

ChatGPT adalah singkatan dari Chat Generative Pre-trained Transformer. Chatbot tersebut merupakan teknologi pengolahan bahasa alami yang diciptakan oleh OpenAI, sebuah perusahaan riset kecerdasan buatan yang didirikan oleh beberapa tokoh terkemuka di bidang teknologi. Sebagai AI language model, Chat GPT dapat membantu pengguna dalam berbagai macam hal yang melibatkan pengolahan bahasa alami, seperti menjawab pertanyaan, menerjemahkan teks, menghasilkan teks, serta melakukan analisis bahasa alami.

Pada era digital yang semakin maju seperti saat ini, keberadaan ChatGPT di kampus menjadi sebuah hal yang tak terhindarkan. Dengan kemampuan ChatGPT dalam memproses bahasa manusia dan mencari informasi secara cepat, mahasiswa dapat memanfaatkannya sebagai virtual assistant yang dapat membantu mahasiswa dalam mencari informasi dan memecahkan masalah di dalam dan di luar kampus.

Berdasarkan survei yang penulis lakukan terhadap 54 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), sebesar 84,9% responden merupakan pengguna ChatGPT. Mereka memakai ChatGPT untuk berbagai hal. ChatGPT dipakai oleh 48% responden untuk mengerjakan tugas, 32% untuk memperjelas materi, kemudian 10% untuk merangkum materi. Sisanya, ChatGPT digunakan untuk menanyakan sesuatu, menjadi teman mengobrol, dan masih banyak lagi.

ChatGPT Bisa Menjadi Search Engine yang Menggantikan Google?

Menurut Dr. Hargo Utomo, dosen praktisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) di bidang pengembangan bisnis dan inovasi, ChatGPT sendiri dapat membantu kita menggabungkan berbagai sumber dan framework untuk memaknai suatu isu dengan cepat. “Bahkan, ChatGPT bisa saja menggantikan Google sebagai pilihan search engine, karena dia bisa mengumpulkan data dari berbagai sumber empiris dan merangkumnya seakan manusia,ucap Dr. Hargo. 

Tidak kalah setuju, sebanyak 73.17% responden survei penulis yang menggunakan ChatGPT merasa AI tersebut merupakan alat bantu yang efisien. Kebanyakan mahasiswa pun memaknai ChatGPT secara positif. Pertanyaan apapun yang diberikan oleh dosen pun mampu dijawab dalam sepersekian detik. Terlebih lagi, banyak peserta survei yang mengaku bahwa mereka mampu mengerjakan tugas seperti esai dengan sat set bersama ChatGPT.

Memang benar penggunaan Chat GPT dapat memberikan manfaat bagi banyak orang, tetapi ChatGPT tak luput menimbulkan berbagai kontroversi.

Pertama, penggunaan Chat GPT secara terus-menerus dapat menyebabkan ketergantungan sehingga membuatnya kehilangan kemampuan mengevaluasi informasi serta mengembangkan keterampilan kritis. Jika seseorang hanya mengandalkan chatbot untuk mencari jawaban, mereka mungkin kehilangan kemampuan untuk menganalisis informasi, membandingkan sumber, dan membuat kesimpulan yang rasional. 

Penggunaan Chat GPT juga dapat meningkatkan rasa malas. Alih-alih menggunakan waktu dan energi untuk memikirkan solusi kreatif atau memecahkan masalah, pengguna dapat menjadi malas dan hanya mengandalkan teknologi untuk menyelesaikan tugas. “Setelah mengetahui kehebatan dari ChatGPT yang bisa mencari dan mendapat informasi apapun, saya menjadi ketergantungan untuk lebih mencari informasi tersebut lebih dalam,” ungkap seorang mahasiswi FEB yang penulis wawancarai.

Selain beberapa kontra yang telah dideskripsikan, perlu digarisbawahi pula bahwa tidak semua jawaban yang diberikan ChatGPT tepat. Dilansir dari Baruffati (2023), ChatGPT memiliki tingkat akurasi sebesar 85%. Model pembuatan bot yang didasari oleh dataset text memungkinkan ChatGPT untuk memproyeksi fakta dari set data yang telah ditanamkan. Namun, hal tersebut juga menjadi keterbatasan sebab ChatGPT tidak dapat mengungkap hal-hal diluar data tertanam. Sebagai ilustrasi, ChatGPT tidak dapat menjelaskan mengenai invasi Rusia terhadap Ukraina karena set data yang dimiliki terhenti pada kuartal terakhir tahun 2021 (Caulfield, 2023). 

Kedewasaan pengguna amatlah krusial dalam memberdayakan AI, utamanya untuk bijak memilih dan mempergunakan informasi yang disediakan. Kebermanfaatan teknologi ini perlu dibersamai dengan kesadaran akan kemungkinan implikasi buruknya pula, seperti menciutnya daya kritis karena ketergantungan terhadap ChatGPT. “Perkembangan teknologi harus diikuti dengan reserve. Tanpa kehati-hatian, hal yang baik bisa menjadi destruktif,” tegas Dr. Hargo. Memang, ada baiknya apabila jawaban yang diperoleh diolah dengan hati-hati, contohnya dengan melakukan check and recheck terhadapnya.

Nahkoda yang memegang kemudi atas teknologi adalah manusia yang menggunakannya. ChatGPT ibarat salah satu kapal yang dinaiki nahkoda, hanyalah alat bantu bagi manusia untuk sampai ke tujuannya. Satu hal yang perlu ditegaskan, tidak pernah ada kapal yang lebih pintar dari nahkodanya. Sama halnya dalam penggunaan ChatGPT, perlu diingat bahwa ia tetap tidak setara dengan intelek manusia. Di tengah krisis daya kritis mahasiswa, penting untuk dimengerti bahwa pemberdayaan ChatGPT oleh pelajar perlu dibersamai dengan penggunaan akal pula, tidak sekadar copy-paste darinya saja. 

Referensi

Baruffati, A. (2023, March 14). ChatGPT Statistics 2023 Revealed: Insights & Trends. Gitnux Blog. Retrieved April 4, 2023, from https://blog.gitnux.com/chat-gpt-statistics/ 

BPPM Equilibrium. (2023). Survey tentang Penggunaan ChatGPT 2023. [Data Set]. Universitas Gadjah Mada. https://docs.google.com/spreadsheets/d/1YW6uiw0viHn00q-hcZxPZ_1568exeVomUFO8BLKsXsg/edit?usp=sharing 

Caulfield, J. (2023, February 17). Is ChatGPT Trustworthy? | Accuracy Tested. Scribbr. Retrieved April 4, 2023, from https://www.scribbr.com/ai-tools/is-chatgpt-trustworthy/ 

OpenAI. (2022, November 30). Introducing ChatGPT. Retrieved May 4, 2023, from https://openai.com/blog/chatgpt 

Pengunjung :
859

Solverwp- WordPress Theme and Plugin