WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Menilik Determinan dalam Perilaku Academic Procrastination di Lingkup UGM

Oleh: Divisi Penelitian
Ilustrasi Oleh: Aisyah Zakiyyah N.

Intro

Sebagai mahasiswa, kita tentu tidak asing dengan procrastination atau perilaku menunda-nunda. Terdapat berbagai definisi terkait hal tersebut, tetapi pada intinya,  procrastination merujuk pada perilaku menunda pekerjaan/tugas/kewajiban hingga di akhir tenggat yang ditetapkan Perilaku tersebut telah melekat dalam setiap individu dan tanpa kita sadari pernah kita lakukan. Kita sering kali mendapati diri kita melakukan kegiatan yang tidak terlalu esensial (misalkan bermain game, menonton film, dan sebagainya) di tengah-tengah kondisi yang mengharuskan kita untuk melakukan kegiatan lain yang lebih penting (misalkan belajar untuk ujian atau mengerjakan kewajiban lain). Perilaku menunda-nunda tersebut berpotensi dapat memberikan dampak yang luar biasa besar nantinya terhadap pekerjaan, nilai, atau bahkan hidup kita seluruhnya (Cherry, 2022).

Dalam konteks kegiatan belajar-mengajar, contoh perilaku menunda-nunda tersebut dapat berupa mengerjakan tugas mendekati tenggat waktu yang ada, menggunakan waktu untuk kegiatan lain ketika kita seharusnya belajar untuk ujian atau tes, dan serangkaian kegiatan penundaan atau penghindaran lain terkait kewajiban kita sebagai seorang pelajar dan mahasiswa. Dari penjelasan diatas, procrastination secara umum dapat didefinisikan sebagai bentuk kelemahan seorang individu yang umum dan menggambarkan masalah yang unik terkait self-regulation tiap individu (Senecal et al., 1995). Mengingat hal ini merupakan hal yang melekat pada hampir setiap mahasiswa, kita perlu melihat definisi baku dari perilaku tersebut untuk memberikan gambaran terkait faktor apa saja yang memengaruhi terjadinya perilaku tersebut.

Latar Belakang

Procrastination melibatkan perilaku individu yang seharusnya melakukan kegiatan dan berharap melakukan hal tersebut, tetapi gagal dalam memotivasi dirinya untuk melakukan kegiatan tersebut dalam periode waktu yang sebelumnya direncanakan atau diharapkan. Perilaku ini melibatkan penundaan pelaksanaan suatu kegiatan hingga pada akhirnya mengalami tekanan terkait penundaan pelaksanaan tersebut yang seharusnya bisa dilakukan lebih awal  (Senecal et al., 1995).

Procrastination merujuk pada penundaan penyelesaian tugas atau tanggung jawab dan penundaan tersebut disimpulkan menjadi 3, yaitu (1) ketidaktepatan intensi maupun tindakan; (2) perbedaan antara niat (keinginan) dengan tindakan; dan (3) preferensi terhadap kegiatan yang menantang (Schouwenburg, 1995). Pola yang muncul dari tindakan menunda tersebut dalam akademik disebabkan oleh kepercayaan diri terkait melakukan penundaan tugas tersebut sembari melakukan aktivitas sosial lain atau keinginan yang rendah dalam melakukan pekerjaan akademik beriringan dengan keengganan untuk melakukannya untuk menyenangkan orang lain (Day et al., 2000).

Sebab lingkup responden adalah mahasiswa, Senecal et al., (1995) menjelaskan bahwa procrastination dalam kegiatan akademik disebabkan oleh ketidakkonsistenan tindakan para mahasiswa terhadap tujuan serta kepercayaan yang mereka miliki. Lebih jauh lagi, hal tersebut juga disebabkan oleh kekurangan dorongan positif atau munculnya perasaan yang berkecamuk terkait tugas mereka sebagai seorang mahasiswa dan pelajar. Secara umum, bisa saja seorang individu hanya melakukan kecenderungan menunda-nunda hanya dalam satu hal/kegiatan (misal akademik). Namun, Milgram et al. (1993) menilai bahwa perilaku menunda-nunda tersebut menjadi suatu “kebiasaan” ketimbang menjadi perilaku yang task- atau course-specific. Ketika perilaku tersebut telah menjadi suatu “kebiasaan”, kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku menunda-nunda dapat diukur hubungannya dengan berbagai variabel-variabel lainnya (Schouwenburg, 1995). 

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa tindakan procrastination pada kegiatan akademik merupakan kebiasaan yang buruk yang disebabkan tidak hanya sekadar pengelolaan waktu yang buruk atau sifat malas setiap individu saja (Senecal et al., 1995). Harrison (2014) melakukan suatu penelitian untuk meneliti berbagai variabel yang sekiranya dapat memengaruhi kecenderungan mahasiswa dalam melakukan perilaku menunda-nunda tersebut dalam kegiatan akademik. Variabel yang digunakan adalah self-efficacy, perfectionism, motivation, dan variabel-variabel lain, seperti umur, performa akademik, dan gender. 

Penelitian yang dilakukan oleh Harrison (2014) mendapatkan beberapa hasil. Pertama, didapatkan bahwa self-efficacy berhubungan negatif dengan procrastination akademik. Jika mahasiswa memiliki self-efficacy yang tinggi, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk melanjutkan dan menyelesaikan pekerjaannya. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah, mereka akan lebih tinggi kemungkinannya untuk menunda-nunda pekerjaannya. Kedua, perfectionism berhubungan negatif dengan procrastination akademik. Ketiga, tidak ada hubungan yang signifikan antara motivation dengan procrastination akademik. Keempat, hasil temuannya juga mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada gender dan procrastination akademik. Kelima, hasil temuannya juga menuliskan bahwa mahasiswa yang berusia lebih muda sering menunda-nunda pekerjaan daripada mahasiswa yang berusia lebih tua. Menurut Harisson (2014) mahasiswa yang lebih muda mungkin ingin menghabiskan waktunya untuk bersosialiasi dan bermain media sosial daripada mengerjakan tugas kuliah atau belajar. Kelima, mahasiswa yang sering melakukan penunda-nundaan (procrastination) ini cenderung memiliki prestasi akademik yang kurang. Terakhir, mahasiswa yang menunda-nunda pekerjaan karena mereka melakukan beberapa kegiatan yang membuat mereka melakukan penunda-nundaan itu. Kegiatan itu adalah membersihkan diri atau tempat tinggal, bersosialisasi dengan teman atau lewat media sosial, dan menonton televisi.

Metode dan Prosedur

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang disusun oleh Harrison (2014) menggunakan skala Likert dengan masing-masing pertanyaan terdiri atas pilihan 1 hingga 7 (mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju). Kuesioner tersebut disebarkan kepada seluruh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan berbagai latar belakang studi yang mereka dalami. Kami menyebarkan kuesioner kepada seluruh fakultas yang ada dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam jangka waktu 5 minggu. Kami juga memberikan insentif berupa uang tunai sebesar Rp50.000 kepada 6 responden secara acak. Selama periode pengumpulan data, kami berhasil mengumpulkan sebanyak total 55 responden dari berbagai fakultas.

Gambar 1. Persebaran Responden Berdasarkan Fakultas

Responden yang mengisi kuesioner studi ini berasal dari berbagai fakultas dan sekolah yang ada lingkungan UGM (lihat Gambar 1). Fakultas Ekonomika dan Bisnis (50,9%), Fakultas Psikologi (25,5%), dan Sekolah Vokasi (7,3%) menjadi tiga fakultas terbanyak yang mengisi kuesioner studi ini. Selain itu, laki-laki (85,5%) menjadi yang gender yang dominan dalam mengisi kuesioner studi kali ini (lihat Gambar 2 ).

Gambar 2. Persebaran Responden Berdasarkan Gender

Hipotesis awal kami adalah terdapat hubungan signifikan antara self-efficacy, motivation, dan perfectionism terhadap perilaku academic procrastination para mahasiswa. Selain itu, kami juga memiliki hipotesis bahwa beberapa latar belakang lain, seperti jenis kelamin, domisili tempat tinggal, tahun kuliah, keaktifan berorganisasi, hingga performa akademik juga memengaruhi perilaku tersebut. Kami melakukan visualisasi data yang menggambarkan variabel terkait menggunakan diagram pencar (scatter plot) guna memperkirakan relasi antar variabel tujuan. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis tersebut, data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif, mean difference test, correlation coefficient, Spearman’s rho, dan regresi multiple variable. Selain itu, kami melakukan visualisasi data yang menggambarkan variabel terkait menggunakan diagram pencar (scatter plot) guna memperkirakan relasi antar variabel tujuan.

Hasil dan Uji Statistik
Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Determinan Internal

Setelah itu, menggunakan mean difference test untuk variabel academic procrastination untuk berbagai kelompok observasi, seperti gender, domisili, dan keikutsertaan dalam organisasi dilakukan untuk melihat adanya dampak terkait karakteristik tersebut terhadap perilaku penundaan kewajiban akademik seorang mahasiswa. Hasilnya adalah tidak ditemukan perbedaan antara masing-masing kelompok pada setiap karakteristik terkait kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut.

(a)
(a)
(b)

Gambar 3. Hubungan antara Self-efficacy (a), Motivation (b), dan Perfectionsim (c) terhadap perilaku Academic Procrastination
(c)

Gambar 3, mulai dari (a) hingga (c) menggambarkan hubungan antara masing-masing variabel determinan internal terhadap kecenderungan seorang mahasiswa dalam melakukan tindakan academic procrastination. Artinya adalah mahasiswa yang memiliki variabel determinan internal yang kuat (self-efficacy, motivasi, dan perfeksionisme) cenderung tidak akan melakukan tindakan menunda-nunda kewajiban akademiknya, dan sebaliknya.

Selain menggunakan analisis grafis, penghitungan correlation antara masing-masing determinan internal dilakukan guna memberikan bukti tambahan mengenai hubungan masing-masing variabel terhadap perilaku academic procrastination. Terlihat (lihat Tabel 2) bahwasannya semua variabel determinan memiliki hubungan yang negatif terhadap perilaku tersebut sehingga mahasiswa yang memiliki self-efficacy, motivasi, dan perfeksionisme cenderung tidak melakukan tindakan tersebut dan lebih fokus dalam menunaikan kewajiban akademiknya sebagai seorang mahasiswa. 

Tabel 2. Correlation between AP and Internal Determinant

Meski memiliki pengaruh yang negatif terhadap academic procrastination dampak signifikansi hubungan masing-masing variabel signifikan perlu diuji menggunakan spearman rho. Hasilnya adalah (lihat Tabel 3) tidak semua variabel determinan internal yang diteliti memiliki pengaruh signifikan terkait perilaku academic procrastination. Hanya motivasi yang secara signifikan berpengaruh terkait perilaku tersebut di kalangan mahasiswa UGM secara umum. Motivasi sendiri menjelaskan sekitar 16% dari variasi perilaku penundaan kewajiban akademik mahasiswa UGM.

Tabel 3. Spearman’s Rho of Internal Determinant

Selanjutnya, untuk memasukkan berbagai karakteristik lain dalam model, regresi OLS dilakukan dengan memasukkan variabel, seperti, umur, gender, domisili, performa akademik, keaktifan berorganisasi dan lamanya berkuliah. Hasilnya (tidak dilampirkan) adalah hanya pengaruh dari motivasi yang secara signifikan memengaruhi kecenderungan melakukan academic procrastination. Self-efficacy memiliki hubungan yang negatif terhadap perilaku academic procrastination meskipun tidak signifikan. Hal tersebut kemudian sejalan dengan temuan Sirin (2011) yang menilai bahwasannya hubungan yang tidak signifikan tersebut bisa saja disebabkan oleh kepercayaan mahasiswa terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai tugas perkuliahan hingga pada akhirnya lulus dari studinya. 

Hubungan antara motivasi dan academic procrastination bernilai negatif sehingga secara rata-rata, semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa, semakin rendah kemungkinannya melakukan tindakan tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut berbeda dengan temuan Harrison (2014) yang menemukan bahwasannya motivasi dan academic procrastination masing-masing adalah variabel independen yang tidak berhubungan sama sekali.

Hubungan antara tingkat perfeksionsime mahasiswa terhadap perilaku melakukan tindakan procrastination dalam kewajiban akademiknya terlihat memiliki hubungan yang negatif satu sama lain, walaupun tidak signifikan. Artinya adalah semakin perfeksionis seorang mahasiswa tersebut, semakin terhindar mereka dari perilaku academic procrastination, dan sebaliknya. Namun sayangnya, hal tersebut bertolak belakang dari temuan Jadidi et al. (2011) yang menjelaskan bahwa perfeksionisme dan academic procrastination adalah hubungan yang positif satu sama lain. 

Selain itu, variabel-variabel lain, seperti gender, keaktifan berorganisasi, umur, domisili, dan tahun kuliah memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku academic procrastination, walau hanya variabel tahun kuliah yang memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap perilaku tersebut. Dalam model tersebut, semakin menginjak semester tua, semakin besar peluang dari mahasiswa tersebut melakukan academic procrastination.

Kesimpulan

Variabel-variabel determinan internal memiliki pengaruh yang negatif terhadap kecenderungan mahasiswa dalam melakukan tindakan penundaan kewajiban akademiknya sebagai seorang mahasiswa. Selain itu, variabel-variabel karakteristik lain memiliki dampak yang berbeda-beda terkait perilaku tersebut walau tidak semuanya secara signifikan menjadi faktor yang melatarbelakangi perilaku tersebut. Namun yang jelas, motivasi dan lamanya tahun berkuliah mahasiswa berpotensi secara signifikan memengaruhi perilaku academic procrastination secara rata-rata, yang kemudian ditakutkan berpotensi memengaruhi capaian akademiknya hingga berbagai masalah lain pasca studinya kelak.

Referensi

Cherry, K. (2022). What is Procrastination? Putting off Tasks We Don’t Enjoy is Common, Despite the Consequences. Verywellmind.com, 18 Agustus. Diakses pada Jumat 28 Oktober 2022. https://www.verywellmind.com/the-psychology-of-procrastination-2795944.

Ferrari, Day, V., et al. (2000). Patterns of Academic Procrastination. Journal of College Reading and Learning, 30(2), pp. 120-134. https://doi.org/10.1080/10790195.2000.10850090

Harrison, J. (2014). Academic Procrastination: The Roles of Self-Efficacy, Perfectionism, Motivation, Performance, Age, and Gender. Thesis of BA (Hons) in Psychology at Dublin Business School, School of Arts, Dublin.

Jadidi, F., et al. (2011). Perfectionism and Academic Procrastination. Procedia- Social and Behavioral Sciences, 30, pp. 534-537. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.10.104. 

Milgram, N. A., et al. (1993). Correlates of Academic Procrastination. Journal of School Psychology, 31(4), pp. 487-500. https://doi.org/10.1016/0022-4405(93)90033-F

Schouwenburg, H.C. (1995). Academic Procrastination. Procrastination and Task Avoidance, The Springer Series in Social Clinical Psychology, pp. 71-96. Boston: Springer. https://doi.org/10.1007/978-1-4899-0227-6_4

Senecal, C., et al. (1995). Self-Regulation and Academic Procrastination. The Journal of Social Psychology, 135(5), pp. 607-619. https://doi.org/10.1080/00224545.1995.9712234.

Sirin, E. F. (2011). Academic Procrastination Among Undergraduates Attending School of Physical Education and Sports: Role of General Procrastination, Academic Motivation, and Academic Self-Efficacy. Educational Research and Review, 6(5), pp. 447-455. https://academicjournals.org/journal/ERR/article-full-text-pdf/AB66EE15294.

Pengunjung :
360

Solverwp- WordPress Theme and Plugin