BPPM Equilibrium

Risalah Sampah, Siapa yang Salah?

Oleh : Frida Lucyana Wahyuningsih /EQ
Editor : Andini Mahera/EQ
Layouter : Alya Aqilah/EQ

Jogja Darurat Sampah!

Seruan itu kian menjadi headline di setiap laman berita. Sampah tidak hanya berserakan di beberapa titik, namun telah menjulang tinggi menjadi sebuah gunungan sampah di Piyungan. Pada 23/7 melalui surat edaran Pemerintah Daerah  Daerah Istimewa Yogyakarta Sekretariat Daerah DIY nomor 658/8312 menginformasikan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup sementara sebab sampah yang ditampung sudah melebihi batas maksimal (overload). Sejak saat itu, marak muncul fenomena sampah berserakan di pinggir jalan dan rumah kosong. Wajah cantik Jogja kini terkaburkan oleh jejak residu.

Jika memikirkan tentang siapa yang harus disalahkan atas terjadinya fenomena ini, maka tak akan ada ujungnya. Setiap elemen masyarakat turut andil dalam permasalahan sampah. Kesadaran masyarakat yang rendah terkait pemilahan sampah, lalainya agen sampah dalam menjalankan amanat pengelolaan sampah, serta ketidaktegasan pemerintah dalam membuat aturan menjadi kombo yang sempurna dalam menciptakan permasalahan ini. 

TPA Bengkala Bali, TPA Jabon Sidoarjo, dan TPA Tamangapa Makassar menjadi jajaran TPA yang pernah mengalami fenomena serupa. Optimalisasi pengelolaan sampah yang kurang menjadi salah satu faktor penyebab TPA bisa sampai overload. Sedari dulu sampah telah menjadi isu klasik negeri yang tak kunjung usai.

Sesekali, mungkin Indonesia perlu untuk membuka mata dan belajar dari salah satu negara yang berhasil lepas dari permasalahan sampah, Korea Selatan. Negara ini dulunya memiliki permasalahan serupa tapi bangkit dan sukses merombak sistem pengelolaan sampah mereka. Sebuah studi membandingkan sistem pengelolaan sampah di Indonesia dan Korea Selatan (Hendra, 2016, 85-89).

Dari aspek kelembagaan, Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan Korea Selatan yang sudah memiliki regulator dan operator terpisah. Mengenai biaya, Indonesia masih terkendala biaya investasi operasi dan pemeliharan, sehingga pengelolaan belum berjalan secara optimal. Sedangkan Korea Selatan memiliki sumber pendanaan yang mencukupi dari anggaran pemerintah, tipping fee pemerintah daerah, hasil business profit dari penjualan gas landfill, dan sumber dana lainnya.  

Korea Selatan memiliki peraturan yang lengkap dan tegas mengenai sampah, tidak seperti Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah di Korea Selatan jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Terakhir, terkait aspek teknis operasional, Korea Selatan menerapkan sanitary landfill di TPA dengan peralatan yang memadai, sedangkan Indonesia sebagian besar menggunakan sistem open dumping. Sanitary landfill adalah sistem pengolahan sampah menggunakan area terbuka dengan cara membuang sampah ke dalam lubang dan memadatkannya. Sedangkan open dumping adalah sistem pembuangan dimana sampah ditumpuk di suatu tempat terbuka dan akan ditinggalkan jika sudah penuh. 

Dari perbandingan tersebut, salah satu solusi awal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan sampah yaitu menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) di tahun 2018, tingkat kepedulian masyarakat terkait pengolahan sampah hanya sebesar 28 persen. Padahal, pengelolaan sampah bisa dilakukan secara sederhana oleh rumah tangga. Pengelolaan bisa dimulai dari membiasakan diri untuk memilah sampah berdasarkan kategorinya. Tur Nastiti, sebagai inisiator program sekolah sampah di Desa Bugisan, Kelurahan Tamanmartani, Kecamatan Kalasan mengatakan bahwa rumah tangga perlu memilah sampah menjadi empat kategori yaitu sampah layak kompos, layak jual, layak kreasi, dan layak buang.

Jenis-Jenis Sampah (©Alya Aqilah/EQ)

“Dengan menggunakan pengetahuan mikro yang kami miliki, kekerabatan yang ada di lingkungan masyarakat, dan dana riset yang kami miliki itu, kami merasa bahwa kami itu bisa bergerak untuk mengedukasi masyarakat mengenai pengelolaan sampah berbasis mikro rumah tangga,” ujar Tur Nastiti mengenai motivasinya menciptakan program sekolah sampah.

Program ini menghadirkan fasilitator dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Lestari untuk mengadakan sharing session kepada masyarakat sekitar. Pertemuan diadakan sebanyak lima kali setiap minggu dengan tema merubah mindset masyarakat mengenai sampah, cara mengurangi sampah, cara memilah sampah, cara mendaur ulang sampah, dan membangun kelembagaan. 

Sosialisasi sebagai pijakan pertama atas solusi pengelolaan sampah di masyarakat akan berhasil jika masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi. “Kita tidak bisa lepas dari sampah, baik konsumsi pribadi maupun organisasi. Setidaknya kita bisa lebih peduli dengan mengelola 3R (reduce, reuse, recycle). Kalau masing-masing orang peduli bahwa sampah itu tanggung jawab kita, maka sampah bisa diminimalisasi,” tutup Tur Nastiti. 

Seyogianya kita tidak perlu tunjuk-menunjuk dan memojokkan salah satu pihak mengenai siapa yang salah soal permasalahan sampah. Alangkah lebih baik jika masyarakat dapat terketuk untuk membuka matanya dan melakukan suatu permulaan awal terkait pengelolaan sampah. Penulis berharap agar gerakan kemasyarakatan terkait pengelolaan sampah dapat digencarkan di Indonesia. Pengelolaan berskala mikro akan sangat berdampak jika secara masif dilakukan. Jadi, hendaknya tiap-tiap individu dapat berkontribusi dalam pengelolaan sampah di lingkungannya.

Referensi
Hendra, Y. (2016, Juni). PERBANDINGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA DAN KOREA SELATAN: KAJIAN 5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH. Bebasampah.id, 77-91. https://bebassampah.id/files/uploads/jurnal-direktorat-plp-perbandingan-sistem-pengelolaan-sampah-di-indonesia-dan-korea.pdf

Kamila, A. (2023, July 22). Mulai Besok, TPA Piyungan Ditutup Sampai September 2023 – Jawa Pos. JawaPos.com. Retrieved October 13, 2023, from https://www.jawapos.com/berita-sekitar-anda/011798345/mulai-besok-tpa-piyungan-ditutup-sampai-september-2023

Lobubun, D. A. (2022, May 12). Gunungan Sampah 50 Meter, TPA Tamangapa Sudah Overload. IDN Times Sulsel. Retrieved October 23, 2023, from https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/dahrul-lobubun/gunungan-sampah-50-meter-tpa-tamangapa-sudah-overload

Masruroh, A. N. A. (2019, March 9). Hanya 28 Persen Masyarakat Indonesia yang Peduli Pengolahan Sampah. Kumparan.com. Retrieved October 23, 2023, from https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/hanya-28-persen-masyarakat-indonesia-yang-peduli-pengolahan-sampah-1xbZjipArSj/2

Rachman, A. (2023, March 13). 3 Metode Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Halaman all. Kompas.com. Retrieved October 23, 2023, from https://www.kompas.com/skola/read/2023/03/13/210000869/3-metode-pengelolaan-sampah-di-tempat-pembuangan-akhir-tpa-?page=2

Rastana, I. D. G. (2022, November 22). TPA Overload, Warga Minta Segera Eksekusi, PUTR Masih Tunggu Anggaran. Bali Express. Retrieved October 23, 2023, from https://baliexpress.jawapos.com/bali/671186709/tpa-overload-warga-minta-segera-eksekusi-putr-masih-tunggu-anggaran

Suparno. (2021, October 28). TPA Sampah di Jabon Sidoarjo Overload, Puluhan Truk Tak Bisa Bongkar Muatan. detikNews. Retrieved October 23, 2023, from https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5786958/tpa-sampah-di-jabon-sidoarjo-overload-puluhan-truk-tak-bisa-bongkar-muatan

Susanto, E. (2022, January 6). Overload! TPA Pasuruhan Magelang Tolak Sampah Organik. detikNews. Retrieved October 23, 2023, from https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5886913/overload-tpa-pasuruhan-magelang-tolak-sampah-organik

Solverwp- WordPress Theme and Plugin