WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Mendedah Akreditasi AACSB FEB

Penulis: Ary Suta & Cindra Karunia Putri/EQ

Ilustrasi Oleh: Haris Nur Rahmawati/EQ

Selain berada di tiga besar Fakultas Ekonomi di Indonesia menurut QS World Ranking by Subject 2021, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) memiliki sesuatu yang spesial, yaitu akreditasi internasional AACSB. Akreditasi ini mungkin terdengar asing di masyarakat awam yang tidak menempuh studi di sekolah bisnis. Terlebih, jumlah sekolah yang mendapatkan pengesahan ini masih terlampau sedikit di Indonesia. 

The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) adalah lembaga akreditasi sekolah bisnis tertua yang berada di Amerika Serikat. AACSB memiliki tujuan untuk meningkatkan dan mempromosikan manajemen mutu pendidikan di seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa kualitas lembaga yang memperoleh konfirmasi AACSB sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, sekolah yang sudah terakreditasi AACSB harus sanggup membuktikan komitmen terhadap kualitas pendidikan yang dinilai berdasarkan manajemen strategis, peserta, dan jaminan standar pembelajaran (UGM, 2021).

Di seluruh dunia sendiri, penerima justifikasi istimewa ini baru sekitar 5% dari seluruh sekolah bisnis yang ada (UGM, 2021). Universitas yang digadang-gadang menjadi kiblat pembelajaran dunia, seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), Stanford University, dan Harvard University juga memiliki akreditasi ini. Sementara itu, di Indonesia, baru ada dua universitas yang berhasil mengantongi akreditasi AACSB, yaitu Universitas Gadjah Mada dan Universitas Binus.  

FEB UGM memiliki visi misi untuk senantiasa melakukan peningkatan kualitas mutu pengajaran dan pembelajaran secara terus-menerus dalam jangka panjang. Untuk membuktikan adanya peningkatan mutu tersebut, FEB UGM membutuhkan waktu yang tidak singkat. FEB UGM membutuhkan waktu selama kurang lebih delapan tahun dan melewati berbagai pengujian bertahap, sampai akhirnya secara sah memperoleh akreditasi AACSB pada tahun 2014. Berbagai pengujian yang harus dilewati oleh fakultas adalah peninjauan praktik mutu institusi dan efektivitas misi fakultas dalam menjunjung standar peningkatan kualitas (UGM, 2021). AACSB menetapkan kebijakan jangka waktu lima tahun kepemilikan akreditasi dan setelahnya diharuskan untuk melakukan pengujian standar mutu lagi untuk mempertahankan “gelar” tersebut. Istimewanya, FEB UGM berhasil menjaga akreditasi  ini pada tahun 2019.

Panjangnya proses yang dilalui Universitas Gadjah Mada untuk mendapatkan “tiket emas” AACSB membuahkan hasil yang setimpal.  Eko Suwardi, Dekan FEB UGM, menjelaskan bahwa hal tersebut dicerminkan dengan semakin meningkatnya mutu pendidikan FEB UGM dari waktu ke waktu. Beliau juga menyatakan bahwa tertibnya proses belajar mengajar, terjaminnya kualitas dosen, dan meningkatnya koneksi dengan beberapa universitas di berbagai belahan dunia merupakan bukti nyata yang bisa dibandingkan apabila berkaca kepada FEB UGM 10 tahun yang lalu. Masih menurut Eko Suwardi, saat ini FEB UGM memiliki banyak jejaring internasional yang tidak hanya tertulis dalam misi, tetapi juga diwujudkan dalam program dan strategi. Jejaring internasional tersebut membuka peluang yang lebih besar bagi mahasiswanya untuk mengikuti program pertukaran pelajar, double degree, summer course, international week, atau mendapatkan scholarship.

Sejalan dengan klaim Eko Suwardi, salah satu mahasiswa Manajemen 2018 FEB UGM, Alvin Talentino juga sepakat bahwa sistem pembelajaran di FEB UGM lebih tertib dari universitas lain. “Banyak sekali hal mencolok seperti dosen jarang masuk kelas dan digantikan tugas, tidak ada jadwal pasti kapan UTS dan UAS, sistem pengajaran juga lebih  monoton yaitu hanya presentasi saja. Itu sebagian yang aku tahu dari cerita teman-teman di universitas lain,” ungkap Alvin.

Selain tingginya kualitas pembelajaran, AACSB disinyalir juga memberikan tantangan dalam hal akademik kepada mahasiswa FEB UGM. Tantangan tersebut adalah syarat Indeks Prestasi Semester (IPS) terakhir sebesar 3,75 apabila mahasiswa FEB UGM hendak mengambil 24 Satuan Kredit Semester (SKS). “Kalau dibilang memberatkan jelas memberatkan buat mahasiswa yang kehidupan perkuliahannya gak cuma buat akademik. Apalagi, terkadang nilai yang kita dapat gak sesuai effort,” ungkap salah satu Mahasiswa Manajemen 2020 bernama Della. Akan tetapi, berdasarkan penuturan Eko Suwardi, tingginya syarat yang harus dipenuhi mahasiswa untuk mengambil 24 SKS bukan karena akreditasi AACSB, melainkan karena FEB UGM sendiri memiliki tekad agar mahasiswanya lebih bersemangat untuk meningkatkan kompetensi diri serta dapat mengimbangi kegiatan akademik dan nonakademik. 

Dengan berbagai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi saat menjalani pendidikan, sudah seharusnya mahasiswa FEB UGM sadar bahwa untuk bertahan di sini kita dituntut untuk terus maju dan beradaptasi. Fasilitas yang tersedia di FEB UGM diharapkan dapat membuat mahasiswanya siap untuk menghadapi dunia kerja dan menjadi insan berkualitas setelah lulus dari FEB UGM. Bergengsinya gelar AACSB yang diemban FEB UGM seharusnya tidak serta merta menjadikan mahasiswanya cepat puas dan merasa aman. Ada tanggung jawab dan perjuangan yang harus dilalui oleh seluruh warga FEB UGM, termasuk mahasiswa. Lalu, apakah kamu sudah turut andil dalam mewujudkan tujuan FEB UGM untuk terus lebih baik ke depannya?

Daftar Pustaka

UGM, F. (2021, Agustus 21). AACSB Internasional. Retrieved from feb.ugm.ac.id: https://feb.ugm.ac.id/id/pendidikan/akreditasi/aacsb-internasional

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Solverwp- WordPress Theme and Plugin