WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

Impact Circle: Serba-serbi Bekerja di Startup, FMCGs, dan Consulting

Oleh: Kirana Lalita Pristy dan Merisa Anggraini/EQ

If you never try, you never know,” kata pembicara pertama, yaitu Stephanie Regina pada webinar yang diselenggarakan AIESEC UGM. Webinar tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu (17/04) pukul 13.00 WIB secara daring menggunakan platform Zoom Meetings. Acara ini mengusung tema “Impact Circle: The Life Behind The Grind” yang berfokus pada 3 kategori, yaitu Startup, FMCGs, dan Consulting. Tujuannya adalah membantu mahasiswa mengetahui cara mempersiapkan diri untuk karier di masa depan. Dengan adanya webinar ini, diharapkan mahasiswa dapat termotivasi untuk mengejar impiannya.

Pembicara pertama webinar, Stephanie Regina, merupakan Brand Manager Lifebuoy Shampoo Unilever Indonesia dan Pendiri (founder) dari Halokatalks. Perempuan yang kerap disapa Hanie ini menceritakan pengalamannya untuk menjadi management trainee di perusahaan Unilever. Dimulai dari pendaftar yang mencapai puluhan ribu orang, tetapi yang diterima tidak mencapai angka 50, sampai proses pendaftaran yang bertahap sehingga harus dipersiapkan secara matang dari awal. Ia juga mengatakan bahwa kemampuan berkomunikasi dan berpikir kritis (critical thinking) sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan serta wawancara yang akan dihadapi saat mendaftar pekerjaannya. “Komunikasi itu merupakan kemampuan yang penting dan harus dibangun secara perlahan serta dapat diasah dari keaktifan saat di kelas,” ujar Hanie.

Lingkungan pekerjaan Hanie di FMCGs sebagai brand manager membuat dirinya menjadi seperti motor penggerak karena banyaknya urusan yang harus dihadapi. Tidak hanya permasalahan seputar brand, tetapi juga mengenai supply chain perusahaan, business case, dan lainnya. Pekerjaan yang ia jalani sangat layak dengan keuntungan yang didapatkannya. Ia mengatakan bahwa jika terdapat karyawan yang meminta untuk diberikan les bahasa Inggris, maka pihak perusahaan akan memfasilitasinya. Hanie juga menambahkan, “Ada ungkapan (term) baru tentang pekerjaan, yaitu bekerja 8 jam sehari bukanlah work life balance, melainkan work life integrity.”

Pembicara kedua dalam webinar ini, Ghania Harsono, membagikan cerita dan pendapatnya seputar kehidupannya bekerja sebagai konsultan. Ghania merupakan seorang mantan auditor di PricewaterhouseCoopers (PwC), salah satu firma akuntansi yang menjadi bagian dari empat firma terbesar di dunia (The Big Four). Saat masih berkuliah, Ghania tidak berniat dan berambisi untuk bekerja sebagai konsultan. Akan tetapi, ia berprinsip untuk berusaha sebaik-baiknya dan ia pun berhasil lolos ketika ada kesempatan mengikuti campus recruitment yang diselenggarakan PwC. Hal yang ia tekankan kepada partisipan adalah pentingnya menciptakan nilai diri kita yang dapat membedakan dari orang lain karena kondisi daya saing pekerjaan yang kini semakin kompetitif.

Dari segi lingkungan kerja sebagai konsultan, menurut Ghania segalanya serba cepat dan sehari-harinya akan berhadapan dengan tenggat waktu (deadline). “Sering kali rasanya mustahil untuk menuntaskan suatu pekerjaan dengan deadline tersebut, tetapi pada akhirnya beres juga karena kita bekerja dalam tim,” ujar Ghania. Ia menganggap bahwa semua beban pekerjaan yang dihadapi sebagai bentuk tantangan positif untuk meningkatkan kemampuan. Ghania juga mengakui beratnya bekerja sebagai konsultan ketika bulan-bulan sibuk (peak season) yang mengharuskan ia untuk lembur hingga pukul 3 pagi. Namun, semua kerja keras itu dapat diimbangi dengan fasilitas dan kompensasi sesuai yang ia nikmati di saat bulan-bulan sepi (low season).

Pembicara terakhir pada webinar ini adalah Alicia Serena, Growth Associate di Gojek, yang turut memberikan perspektifnya seputar serba-serbi bekerja di startup. Alicia menceritakan tentang proses rekrutmen Gojek yang mengharuskan pelamarnya menyelesaikan studi kasus ketika wawancara. Studi kasus tersebut diberikan dengan tujuan untuk mengetahui cara berpikir pelamar dan juga bagaimana ia bisa menghadapi suatu situasi yang penuh tekanan. Oleh karena itu, penting bagi kita yang tertarik bekerja di startup untuk membangun kemampuan tersebut dengan sering berlatih agar familier menyelesaikan kasus. Pengalaman organisasi pun juga menjadi hal yang perlu dicatat karena dapat menunjukkan kemampuan kepemimpinan seseorang dan bagaimana ia juga bisa aktif secara nonakademik.

Ketika ditanya mengenai pandangannya atas pekerjaan yang layak terkait SDGs ke-8, Alicia menjawab bahwa hal itu bergantung pada apa yang kita harapkan dari suatu perusahaan, misalnya karier profesional, bimbingan mentor, atau stabilitas finansial. Alicia sendiri mengungkapkan bahwa dirinya ingin bekerja dalam suatu perusahaan yang memungkinkannya untuk memberi dampak bagi sekitar. Hal itu dapat ia temukan di Gojek. Aspek penting lain terkait pekerjaan yang layak menurutnya adalah adanya jenjang karier secara jelas.

Selain itu, Alicia menyebutkan bahwa perubahan sangat sering terjadi dalam lingkungan kerja Gojek. Ia berpesan kepada para partisipan untuk memahami seberapa cepat kemampuan diri dalam bekerja dan selalu bersiap atas adanya perubahan ketika suatu saat bekerja di startup. Di akhir sesi, ia membantah soal mitos bahwa orang-orang yang diterima bekerja di startup hanya mereka yang ahli teknologi. Kenyataannya, siapa pun dengan latar belakang studi mana pun dapat bergabung di suatu startup karena ada bagian lain selain peran teknis seperti pemasaran dan keuangan.

Acara berlanjut ke sesi tanya jawab yang berlangsung dengan sangat hidup. Para peserta memiliki antusiasme yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diberikan. Mereka juga tidak henti-hentinya memberikan pujian melalui kolom komentar kepada pembicara. Pada webinar ini, peserta dikelompokkan berdasarkan bidang yang mereka pilih antara Startup. FMCGs, dan Consulting.  Mereka memiliki privilese untuk bertanya dan mengobrol langsung dengan pembicara di breakout room yang sudah difasilitasi panitia. 

Para pembicara memberikan pesan kepada mahasiswa untuk terus menumbuhkan dan mengasah kemampuan serta kemampuan yang dimiliki melalui banyak hal. Mahasiswa juga didorong untuk tidak takut mencoba sesuatu hanya karena menganggap dirinya tidak mampu. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Solverwp- WordPress Theme and Plugin