Oleh: Ahmad Nurazky Ajri dan Ummi Anifah/EQ
“If you put the environment in your head, you will think about trade-offs. But if you have it in your heart, it will be in every decision that you make.”
-C. Desta Pratama-
Pada hari Sabtu (25/9), Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) FEB UGM mengadakan acara Economics Talk (E-Talk) melalui Zoom Meeting. E-Talk merupakan agenda tahunan HIMIESPA untuk mendiskusikan isu-isu ekonomi terkini di Indonesia. Tahun ini, E-Talk mengangkat tema “Emphasizing Circular Economy: Scaling up Indonesia’s Economy Within Planetary and Social Boundaries”. Tema tersebut diambil untuk menginspirasi generasi muda tentang pentingnya transformasi ekonomi dari linear economy menuju circular economy. E-Talk dibuka dengan sambutan oleh Larasati Titania Amalia selaku Ketua E-Talk 2021, Abyan Ziddan selaku Ketua HIMIESPA, dan Rimawan Pradiptyo selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEB UGM. Acara ini dimoderatori oleh Dyah Pritadrajati (Consultant at Asian Development Bank).
Dalam acara E-Talk tahun ini, terdapat Opening Remarks yang disampaikan oleh Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia. Dalam Opening Remarks tersebut, beliau menyampaikan bahwa setidaknya terdapat lima dasar dalam melakukan circular economy, yaitu: pembangunan teknologi berkelanjutan, pengelolaan limbah terpadu, pengembangan industri hijau, pemulihan lahan, serta perbaikan ekosistem pesisir dan kelautan. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh C. Desta Pratama (Natural Resources Economist Prospera) selaku guest speaker. Desta menyampaikan bahwa konsep dari circular economy tidak hanya berfokus pada zero waste, tetapi juga berfokus pada lingkungan sosial dan penyediaan sumber daya yang berkelanjutan. Terdapat lima prinsip dalam circular economy, yaitu: reduce, reuse, recycle, recovery, dan repair.
Subtema pertama yang bertajuk “Resource Management System Through Innovative Advancement in Infrastructure” dibawakan oleh Iwan Prijanto (Chairperson Green Building Council Indonesia). Dalam sesi ini, Iwan menjelaskan tentang green building sebagai salah satu bentuk dari circular economy dalam bidang infrastruktur. Green building merupakan perencanaan bangunan agar nyaman ditempati dan tahan lama dengan memperhatikan ketersediaan lahan untuk generasi berikutnya. Iwan mengatakan bahwa setidaknya terdapat tiga prinsip dari green building, yaitu: resource environment, resource efficiency, dan resource sharing.
Subtema kedua yang bertajuk “Approaching Sustainability While Reaching SMEs’ Full Potential” dibawakan oleh Lucius Dinto Pramudyo selaku Head Division of Unilever Indonesia Foundation. Dalam pemaparannya, Lucius menjelaskan perwujudan circular economy dari sudut pandang UMKM. Lucius berpendapat bahwa dalam mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan, perlu komitmen serta kontribusi masyarakat untuk mendukung program circular economy. Salah satu program dari Unilever yang bisa diadaptasi adalah bank sampah. Menurutnya, sampah merupakan sumber daya yang potensial jika mampu dikembangkan dengan baik. Langkah yang perlu diterapkan yaitu dengan memberdayakan masyarakat untuk mendaur ulang sampah plastik. Tidak hanya di bidang lingkungan, kegiatan Unilever di bidang pertanian juga bisa diterapkan dalam mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan, seperti pemberdayaan lahan kedelai hitam untuk kesejahteraan para petani dan sebagai sumber inovasi produksi pangan.
Subtema ketiga bertajuk “Reducing Externalities in The Midst of Ecotourism Development” dibawakan oleh Wita P. Simatupang (Project Manager of Indonesian Ecotourism Network). Dalam subtema ini, Wita menjelaskan pentingnya penerapan ekowisata di saat pandemi. Dalam pemaparannya, ekowisata dianggap sebagai salah satu cara berwisata yang lebih bertanggung jawab. Ekowisata juga memainkan peran penting dalam meningkatkan keasrian lingkungan tempat wisata serta kesejahteraan masyarakat sekitar. Wita juga menjelaskan prinsip dari ekowisata, yaitu: konservasi, pelibatan masyarakat, prinsip ekonomi, prinsip edukasi, dan prinsip wisata. Pada akhir penyampaian materinya, Wita menekankan bahwa sebisa mungkin dalam berwisata harus ada nilai edukasi di dalamnya. Selain itu, sebagai wisatawan yang baik, kita juga harus mencoba untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan serta kealamian tempat wisata.
Circular economy adalah sebuah bentuk nyata dalam memaksimalkan potensi sumber daya yang berwawasan lingkungan serta mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi. Seperti yang dipaparkan oleh C. Desta Pratama sebelumnya bahwa fokus dari circular economy tidak hanya pada bidang ekonomi dan lingkungan saja, tetapi juga bidang sosial. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Lingkungan telah memberikan segala potensinya pada manusia agar sejahtera. Semua kembali bergantung pada diri sendiri bagaimana cara mengatur dan memanfaatkan potensi tersebut tanpa merusaknya. Maka dari itu, sinergi dalam mewujudkan circular economy penting untuk dilakukan.