Startup atau perusahaan rintisan adalah istilah yang dipakai untuk perusahaan baru yang masih dalam fase pengembangan dan penelitian. Namun, akhir-akhir ini, kata tersebut kerap merujuk kepada drama Korea yang baru saja selesai pada Desember 2020 dengan judul yang sama, yaitu Start-Up. Drama tersebut bercerita tentang dunia startup yang dibalut dengan kisah romantis khas drama Korea. Namun, apakah yang diperlihatkan itu sesuatu yang nyata atau hanya naskah belaka? Mari kita ulik dari kacamata dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Shima Dewi Mutiara Trisna, dan CEO startup Banoo, Azellia Alma Shafira atau yang akrab dipanggil Selly.
Hubungan dalam lingkungan kerja? Mungkinkah?
Dalam drama Korea Start-Up, kita menyaksikan kehidupan romantis dalam lingkungan kerja antara Do-san, Ji-pyeong, dan Dal-mi. Di kehidupan nyata, tentu kisah seperti ini sudah tidak asing, tetapi apakah itu akan berjalan lancar seperti yang dipertontonkan? Shima mengatakan bahwa pada realitanya, beberapa perusahaan seperti Google melarang keras adanya hubungan nonprofesional dalam lingkungan kerja.
Di sisi lain, perusahaan seperti Amazon dan Facebook memiliki aturan yang lebih lunak dalam menyikapi isu ini. Kedua perusahaan tersebut menganjurkan pegawainya untuk melapor kepada departemen sumber daya manusia terkait hubungan ini agar mencegah timbulnya konflik kepentingan. Shima juga menambahkan bahwa isu seperti ini rata-rata tidak diatur pada perusahaan dengan struktur hierarki yang lebih horizontal, seperti di drama Start-Up.
Selly pun mengatakan kalau di startup dia sendiri ada kasus serupa. Menurut dia, hubungan itu merupakan suatu hal yang pribadi dan bukan urusan perusahaan. Seharusnya, yang diatur oleh perusahaan adalah profesionalismenya dan bukan boleh tidaknya hubungan itu sendiri. Profesionalitas dan hubungan pribadi tidak boleh tumpang tindih dan harus ada garis yang memisahkan keduanya. “Nah, yang kurang tepat di drama itu terjadi PDA (public display of affection) di kantor. Itu jangan ditiru, ya,” tambah Selly.
Seberapa pentingkah memahami isi kontrak?
Selain cerita romantis, di drama ini ditunjukkan juga komplikasi lain. Salah satunya adalah terjadinya suatu kesepakatan akuisisi yang tidak sesuai harapan karena lengah membaca kontrak. Shima menegaskan kalau memahami isi kontrak itu sangat penting. “Semua pihak yang terlibat harus mengetahui dengan saksama isi kontrak karena dokumen tersebut memiliki konsekuensi hukum. Pelanggaran pasal yang disetujui dalam dokumen dapat berakibat pada pembayaran ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan.“ Maka dari itu, sangat penting bagi pengusaha dan investor untuk melibatkan business/copyright lawyer.
Selly sendiri mengatakan kalau dia belum pernah menemukan kontrak yang janggal. “Tapi, aku selalu diwanti-wanti oleh mentorku untuk selalu teliti membaca kontrak,” sebutnya. “Tips dari mentorku: sering minta saran ke keluarga atau kerabat terpercaya yang berlatar belakang hukum. Kalau sudah punya cukup funding, bisa rekrut contract specialist atau law consultant,” lengkapnya.
Aku mau bikin startup juga, nih, mulai dari mana?
Menurut Selly, ada lima hal penting untuk untuk membangun startup. Pertama adalah menentukan permasalahan apa yang ingin dipecahkan. Selanjutnya adalah menentukan dengan siapa akan memulai, bukan dengan apa memulainya. “Pilih tim yang terbaik. Setelah itu, apapun bisnis yang dijalankan akan berhasil,” tuturnya. “Aku dipertemukan dengan tim lewat network. Ada prosesnya untuk mendapatkan tim yang cocok, sempat ganti anggota juga. Biasanya, aku cari tim bukan dari kompetensi dia saja, tetapi dari ketekunan dan kemauan dia untuk trial and error. Kalau sudah menemukannya, aku berusaha semaksimal mungkin agar mereka tidak merasa jenuh dengan memberikan apresiasi.” Ketiga adalah mendengarkan apa yang dibutuhkan konsumen. Keempat adalah tetap hustle atau memiliki semangat bekerja. Terakhir tentunya adalah harus telaten dan sabar.
Shima mengatakan ada empat hal yang juga harus diperhatikan. Pertama adalah orisinalitas. Produk yang ditawarkan harus inovatif dan autentik. Produk tersebut biasanya mampu menimbulkan disrupsi teknologi yang mengubah rules of the game, seperti Netflix, Uber, dan Airbnb. Dalam drama Start-Up, hal ini diilustrasikan dengan algoritma yang dibangun oleh Samsan Tech serta ide bisnis cloud kitchen yang disampaikan Dal-mi kepada neneknya.
Kedua adalah menggabungkan bakat dari berbagai disiplin ilmu. Startup mengandalkan produk yang inovatif untuk bisa sukses di pasaran dengan kolaborasi dari berbagai macam pihak. “Samsan Tech bisa sukses dikarenakan rekombinasi dari trio Samsan Tech dengan ilmu strategi dari Dal-mi dan insting bisnis dari Ji-pyeong,” jelas Shima. Ketiga adalah membangun kredibilitas. Startup yang kredibel akan menarik investor. Terakhir, konsultasi dengan pengacara untuk menghindari kesalahpahaman atas pasal-pasal yang eksploitatif.
Ternyata, banyak juga, ya, pelajaran yang bisa dipetik dari drama Start-Up. Kompanyon sendiri sudah menyaksikan dramanya belum?
(Raditya Isnanda/EQ)
Ilustrasi: Alifah Khanza/EQ
Discussion about this post