WartaEQ | Mengungkap Fakta Lewat Aksara

FSDE 2020: Pemulihan Ekonomi di Masa Pandemi Melalui Fintech

Oleh Merisa Anggraini, Triani/EQ

Pandemi Covid-19 tidak menghalangi terselenggaranya salah satu event ekonomi terbesar di Indonesia, Forum Studi dan Diskusi Ekonomi (FSDE). FSDE  merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Acara ini sudah berjalan selama 15 kali secara konsisten dan tahun ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meetings pada Sabtu (21/11) kemarin. Pada web seminar (webinar) kali ini, FSDE mengangkat tema “Recovery in Economics: The Case of  Fintech for Safety Net”. 

Webinar dibuka dengan sambutan Ketua Panitia FSDE 2020, Dzaky Trimulyono. Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan Kepala Departemen Ilmu Ekonomi, Rimawan Pradiptyo, M.Sc., Ph.D. dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D. yang sangat mengapresiasi terselenggaranya acara ini walaupun sedang pandemi. FSDE selalu menghadirkan pembicara-pembicara yang sangat kompeten di bidangnya. Pada tahun ini, Muhammad Edhie Purnawan dipercaya sebagai moderator untuk memandu jalannya webinar.

Materi pertama FSDE dibawakan oleh Prof. Dr. Drs. Emil Salim, M.A., pendiri Indonesian Biodiversity Foundation, yang membawakan topik ekonomi dan lingkungan. Menurutnya, krisis ekonomi tidak pernah diselesaikan secara tuntas sehingga dapat terjadi di tahun-tahun berikutnya. Adanya Covid-19 menjadi puncak masalah dari krisis ekonomi yang belum tuntas sebelumnya. Perubahan perilaku juga terjadi karena manusia dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat komunikasi jarak jauh. Dengan demikian, terjadi perubahan orientasi pembangunan dan pola pembangunan mesin ke investasi otak, ilmu teknologi, dan sains.

Selanjutnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, selaku pembicara kedua mengungkapkan bahwa akan terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen di tahun depan. Pertumbuhan ini didapatkan dari sumber ekonomi, yaitu stimulus fiskal, ekspor, investasi dari belanja modal pemerintah, dan dari RUU Cipta Kerja.  Ia menambahkan, penguatan optimisme diawali dengan pemulihan ekonomi melalui satu prasyarat kondisi, yakni mengatasi Covid-19 dengan vaksinasi dan pelaksanaan protokol kesehatan (5M). Selain itu, terdapat lima respons kebijakan, yaitu membuka sektor produktif dan tetap aman dari Covid-19, kebijakan strategis dan stimulus fiskal, meningkatkan kredit, keberlanjutan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, dan digitalisasi ekonomi dan keuangan.  

Pembicara ketiga adalah Edimon Ginting, Ph.D., Wakil Direktur Jenderal Penelitian Ekonomi dan Departemen Kerjasama Regional, memaparkan mengenai siklus Covid-19 di berbagai negara, mulai dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Eropa, Amerika, dan Australia. Meledaknya jumlah kasus di Amerika disebabkan oleh kepemimpinan yang kurang baik. Adanya pandemi gelombang kedua membuat masalah semakin rumit, seperti terganggunya mobilitas. Ia juga menyatakan bahwa hingga saat ini, sektor pariwisata belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Perilaku konsumen di 2021 diperkirakan akan jauh lebih konservatif dari 2020. Teknologi pembangunan ekonomi digital juga tumbuh sangat pesat karena Covid-19.

Menteri Sosial, Juliari Peter Batubara, menyampaikan berbagai kebijakan dan strategi yang sudah dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian Sosial, dalam menghadapi pandemi ini. Beberapa di antaranya adalah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Bantuan Sosial Tunai dan Non Tunai. Menurutnya, jika Covid-19 tidak segera dihentikan maka akan sulit menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang lain. Kementerian Sosial terus melakukan berbagai inovasi dan pembaruan agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Sektor perekonomian yang melibatkan interaksi langsung antarmanusia atau hightouch economy seperti perdagangan menjadi sektor yang paling terdampak Covid-19. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur dan CSRO Amartha, Aria Widyanto. Ia juga menyampaikan bahwa fintech sangat dibutuhkan di era pandemi seperti sekarang. Oleh karena itu, hal yang terpenting adalah kita harus bisa beradaptasi dengan dunia digital.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Solverwp- WordPress Theme and Plugin