Oleh: Araminta Dewati Nariswari/EQ
Saat ini, kuliah online menjadi hal yang lumrah. Sejak pandemi Covid-19 merebak, perkuliahan dilaksanakan secara daring. Kuliah online memiliki kesan yang berbeda-beda di benak mahasiswa. Lantas, bagaimana pandangan mahasiswa mengenai sistem ini?
Bagi mayoritas mahasiswa, kuliah online dapat mengefisiensi biaya transportasi. Selain itu, fokus setiap awal sesi juga mudah terbentuk. Sayangnya, hal ini tidak dapat berlangsung dalam seluruh waktu di satu sesi kelas. “Nah, kalau kita mantengin laptop selama dua setengah jam itu otomatis konsentrasinya berkurang. Lama-lama nggak fokus, lalu jadi kurang efektif,” ungkap Elisa Divia Putri, mahasiswa Akuntansi 2018 ketika ditanyai perihal kuliah online.
Ngomong-ngomong mengenai kendala, kuliah online sangat bergantung pada koneksi internet. Sayangnya, tidak semua mahasiswa memiliki akses internet yang sama. Damar Samala, mahasiswa Akuntansi 2019, menyetujui hal ini. Menurutnya, kuliah online tidak dapat menjangkau semua mahasiswa. “Misalnya ada yang koneksi internetnya bagus, ada yang nggak. Itu mungkin kendala terbesar kuliah online, sih,” jelas Damar. Kendala ini juga berlaku ketika ujian dan kuis. Saat server down, kemungkinan gagal upload jawaban ketika ujian real-time akan muncul.
Zoom Fatigue: Kelelahan Akibat Virtual Meeting
Saat ini, rutinitas mahasiswa telah bergeser menjadi kuliah online. Zoom, Cisco Webex, dan platform video conference lainnya menjadi sorot utama kuliah online. Awalnya, banyak mahasiswa antusias dengan sistem ini. Kebiasaan baru yang berbeda dari biasanya terasa menyenangkan.
Untuk kalian yang sudah melaksanakan rutinitas ini, merasa lelahkah melakukan kuliah online? Atau mungkin lama-kelamaan merasa malas? Pernahkah merasa lelah akibat fokus pada banyak participant dalam sebuah layar? Mungkinkah ini sebuah tanda dari sebuah fase yang baru-baru ini muncul?
Dalam dunia virtual, ada istilah dari fase akibat kebiasaan baru. Istilah ini ialah Zoom Fatigue. Tak seperti namanya yang merujuk pada satu aplikasi, fenomena ini pasalnya merujuk pada semua pengguna platform video conference. Dr. Sri Kusrohmaniah, M. Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), menuturkan bahwa zoom fatigue merupakan bagian dari kelelahan mental akibat kegiatan yang berlebihan, dalam hal ini adalah virtual meeting.
Walaupun belum banyak research yang mendalami zoom fatigue, muncul berbagai stressor baru sebagai akibat beraneka ragam kegiatan via online, salah satunya adalah stres yang muncul karena tertatih mencari platform agar dapat beraktivitas secara normal. “Sayangnya, muncul kondisi panik dan lelah ketika mencari metode yang cepat untuk mengatasinya,” ujar Koes, sapaan yang terdengar untuknya sehari-hari.
Hal mendasar yang menyebabkan seseorang mengalami zoom fatigue adalah kemampuan fokus pada layar. Apabila dipaksakan, akan muncul rasa lelah yang berakibat pada stres. Rasa lelah yang muncul merupakan indikasi keterbatasan kemampuan otak dan fisik. Secara naluriah, kita akan mengistirahatkan tubuh ketika lelah, contoh nyatanya adalah rasa ingin rebahan ketika virtual meeting atau kuliah online. Kemampuan otak yang terbatas juga menyebabkan rasa lelah. Setiap sepersekian detik, otak seharusnya beristirahat. Akan tetapi, banyak yang belum mengetahuinya.
Koes menjelaskan bahwa penyebab zoom fatigue dapat berasal dari berbagai hal. “Sebenarnya, penyebabnya itu kompleks. Kondisi sosial, ekonomi, keterbatasan bersosialisasi itu berpengaruh. Nggak bisa olahraga, nonton film, ditambah ada zoom meeting yang lebih dari dua jam menyebabkan rasa lelah itu muncul,” jelas Koes ketika ditanyai perihal penyebab zoom fatigue.
Pada dasarnya, semua orang bisa merasakan zoom fatigue. Dosen dan mahasiswa pun dapat mengalaminya. “Mahasiswa posisinya masih lebih pasif sekadar mendengarkan. Akan tetapi bisa (mengalami zoom fatigue) apalagi kalau nonstop banyak mata kuliah dalam sehari,” ucap Koes. Ia menambahkan bahwa zoom fatigue lebih dapat dirasakan oleh dosen karena banyak persiapan dan pekerjaan.
Sebagai mahasiswa, cara mengatasi zoom fatigue tentu berbeda-beda. “Kuliah online sambil rebahan nggak apa-apa tapi harus fokus mendengarkan. Latihan mindfulness dan berolahraga juga dapat ditempuh di sela-sela sesi kuliah online atau virtual meeting,” jelas Koes. Rasa lelah dapat muncul karena berada dalam ruangan yang sama setiap hari. Oleh karena itu, cobalah untuk keluar ruangan dan melakukan hal yang diminati.
Pada dasarnya, semua hal yang berhubungan dengan daring memicu adanya zoom fatigue, termasuk kuliah online. Sebagai pihak yang merasakannya, baik dosen maupun pengguna platform video conference lainnya dapat mempersiapkan mental terhadap kuliah online atau meeting. Mengutip seorang aktris Amerika, Mariel Hemingway, “Mental health and mental balance is critical to leading a healthy life.” Baik daring maupun langsung, kesehatan mental menjadi kunci menghindari stres.
Discussion about this post