Youth Speak Forum merupakan acara yang melibatkan pemimpin muda dan senior dari berbagai sektor dan generasi sebagai wadah untuk percakapan yang menginspirasi dalam membahas isu-isu global. Tujuan dari forum ini adalah membentuk lingkungan yang berasal dari berbagai latar belakang untuk berbagi wawasan dan mendapat perspektif baru dalam membuat sebuah ide yang dapat diaplikasikan di kehidupan nyata.
Acara ini diadakan setiap tahun oleh Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) Indonesia. AIESEC sendiri merupakan organisasi tingkat internasional yang bergerak di bidang pengembangan kepemimpnan (leadership) bagi generasi muda. Sabtu, 26 November 2016 lalu, AIESEC Universitas Gadjah Mada menggelar Youth Speak Forum Yogyakarta di Hotel Harper Mangkubumi Yogyakarta dengan tema Entrepreneurial mindset to eradicate poverty. Acara tersebut terbagi menjadi tiga sesi, yaitu seminar, diskusi panel, dan workshop.
Dalam sesi seminar, Youth Speak Forum Yogyakarta menghadirkan pembicara-pembicara hebat dengan latar belakang yang berbeda-beda. Mereka adalah Maria Harfanti (Miss Indonesia 2015), Aria Bima (Anggota Komisi VI DPR RI), Vania Santoso (Innovations Officer UNICEF, Indonesia Sociopreneur STARTIC Ecofashion), dan Jackie Heruseon (General Manager Broadband Product Marketing TELKOMSEL).
Maria Harfanti datang sebagai pembicara pertama, ia mengungkapkan cara menumbuhkan pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset) di kalangan pemuda. Kemudian sesi dilanjutkan oleh Aria Bima, ia mengangkat topik mengenai pentingnya mempertahankan budaya asli Indonesia yang sesuai dengan jati diri bangsa. Harapannya, budaya tersebut akan memperkokoh rasa nasionalisme anak muda dan mendorong semangat untuk memajukan bangsa melalui ranah kewirausahaan. Vania Santoso yang hadir sebagai seorang sociopreneur memproduksi kerajinan yang berbahan dasar plastik bekas, menekankan bahwa dalam membuat sociopreneur project, produsen harus mengetahui inti permasalahan yang akan diselesaikan. Lalu, produsen harus menempatkan diri pada posisi konsumen. Hal tersebut akan membuat pengusaha menciptakan produk yang dibutuhkan masyarakat. Produk akan diterima konsumen sekaligus dapat menyelesaikan inti permasalahan. Pada akhir sesi seminar, Jockie Heruseon menyampaikan mengenai pentingnya self-branding di era digipreneur, dan hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan usaha dalam rangka mengentaskan kemiskinan.
Tidak hanya sesi seminar yang menarik, acara Youth Speak Forum dilanjutkan oleh sesi diskusi panel dimoderatori oleh Alwan Hafizh (Mahasiswa Berprestasi Utama UGM 2016). Dalam diskusi panel, para delegasi diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan pembicara. Satu pertanyaan terlontar dari salah seorang delegasi bernama Galang, “Pasti banyak diantara kita yang merasa bimbang untuk memulai sebuah bisnis karena takut rugi, takut tidak laku. Bagaimana mengatasi hal itu?” Pertanyaan tersebut dijawab oleh Maria Harfanti, “Kamu harus berani melangkah, because first step is the most important (karena langkah pertama adalah yang paling penting). Setelahnya, kamu bisa belajar dan sharing (berbagi) pengalaman yang sudah kamu jalani.”
Sesi terakhir dari Youth Speak Forum merupakan workshop yang membagi delegasi ke beberapa kelas, yaitu Telkomsel, Project Child, Kibar, dan Permata Indonesia. Di masing-masing kelas, delegasi akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat sampai enam orang. Tiap kelompok akan berdiskusi untuk membuat sebuah proyek yang mengangkat isu sosial dan mempresentasikan ide tersebut di depan kelas. Kelompok terbaik di masing-masing kelas diberi kesempatan untuk mempresentasikan proyek kembali di depan seluruh delegasi dan juri. Setelah itu para juri akan memilih satu kelompok dengan presentasi terbaik untuk mewakili Youth Speak Forum Yogyakarta di Youth Speak Forum Nasional yang dilaksanakan pada 6 Desember 2016.
Beberapa organisasi sosial yang berbasis di Yogyakarta juga turut berkontribusi dalam Youth Speak Forum. Acara tersebut menganugerahi Dreamdelion sebagai Best Social Contribution karena peran organisasi tersebut dalam memerangi kemiskinan. Nominasi Youth Favorite diberikan kepada Indonesian Student and Youth Forum berdasarkan jumlah terbanyak yang dipilih oleh masyarakat di Instagram. Nikmatullah sebagai salah satu delegasi yang hadir dalam Youth Speak Forum, berkata bahwa acara ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan semangat mahasiswa dalam memberantas kemiskinan. “Paparan dari public figure (tokoh masyarakat), activist (aktivis), government (pemerintah), private sector (sektor swasta), memberi insight (wawasan) agar mahasiswa dapat berpikir kreatif dalam memberantas kemiskinan,” tutup pria yang biasa dipanggil dengan sapaan Nik itu.
(Anindya Kupita, Maulidya Putri Indah Sari/EQ)
Discussion about this post