Mei hingga Juli 2016, penggemar sepak bola disuguhkan dengan pertandingan-pertandingan seru. Final Liga Champions Eropa, Copa America, dan Piala Eropa menjadi menu hiburan penggila bola. Akhir Mei kemarin, final liga Champions Eropa mempertemukan dua klub ibukota Spanyol, Atletico Madrid melawan Real Madrid. Dua tahun sebelumnya, kedua klub juga bertemu di final Liga Champions dengan Real Madrid sebagai pemenangnya. Real Madrid harus memenangkan laga hingga babak perpanjangan waktu dengan skor 4-1.
Tahun ini, Stadion San Siro, Milan, menjadi saksi kembalinya Real Madrid memenangkan tropi Liga Champions kesebelasnya (undecima). Final kali ini lebih sengit daripada dua tahun sebelumnya. Real Madrid harus memenangkan laga hingga babak adu penalti dengan skor 4-3. Real Madrid menang berkat kegagalan Juanfran (pemain Atletico Madrid) mengeksekusi tendangan penalti. Cristiano Ronaldo menjadi penentu kemenangan Real Madrid dalam babak adu penalti.
Tiga turnamen yang berlangsung di pertengahan tahun 2016 tidak hanya sekedar permainan sepak bola belaka melainkan banyak hal yang tersimpan di balik sebuah pertandingan sepak bola. Final Liga Champions antara Real Madrid dan Atletico Madrid menyimpan sejuta makna yang menggambarkan kehidupan ini. Rivalitas kedua tim tidak hanya memperebutkan trofi Liga Champions tetapi juga ingin menunjukkan siapa pemilik kota Madrid sesungguhnya. Harga diri sebagai penguasa ibukota Spanyol menjadi harga mati dalam duel ini.
Sembilan puluh menit tidak cukup bagi kedua tim untuk menyelesaikan pertandingan. Tambahan waktu tiga puluh menit juga belum menemukan pemenang Liga Champions. Hal ini menunjukkan semangat juang pemain dari kedua tim yang tak rela menyerahkan trofi Liga Champions ke rivalnya. Benturan fisik pun menjadi resiko yang dihadapi pemain demi memenangkan pertandingan. Pertandingan pun dimenangkan oleh Real Madrid. Kegembiraan meluap dari para pemain Real Madrid setelah Cristiano Ronaldo menyarangkan bola ke gawang Jan Oblak. Seluruh pemain Real Madrid berlari menuju fans. Mereka membagikan kebahagiaan kepada para pendukung yang setia duduk di bangku penonton hingga akhir laga.
Di sisi lain, pemain Atletico Madrid tertunduk lesu setelah mereka dikalahkan untuk kedua kalinya di final Liga Champions. Juanfran yang gagal mengeksekusi tendangan penalti menghampiri fans Atletico untuk meminta maaf dengan menangis. Fans menerima permintaan maaf Juanfran dengan mengelu-elukan nama Juanfran. “Juanfran! Juanfran! Juanfran!”, seru para fans. Namanya terus dielu-elukan saat pemain Atletico lainnya mencoba untuk menghibur Juanfran. Juanfran mengerti kekecewaan yang dirasakan oleh fans begitu pula sebaliknya. Hubungan emosional yang kuat antara pemain dan fans ditunjukkan melalui dukungan mereka.
Kejadian lain yang disorot oleh media adalah dukungan Cristiano Ronaldo kepada Antoine Griezmann saat para pemain Atletico Madrid berjalan menuju tribun penonton untuk penyematan medali runner up. Cristiano Ronado merangkul Griezmann yang menangis. Hal ini merupakan salah satu bentuk menghargai tim yang kalah. Cristiano Ronaldo mengerti rasanya mengalami kekalahan di final Liga Champions. Dua kali ia dikalahkan oleh Barcelona. Cristiano Ronaldo tidak melakukan euforia yang berlebihan untuk menghargai kekecewaan yang diterima pemain Atletico Madrid.
Dari pertandingan final sepak bola kita bisa memetik banyak nilai kehidupan. Nilai kesetiaan atau loyalitas pendukung ditunjukkan dengan kehadiran fans di tribun penonton. Tak hanya datang ke tribun, fans juga menghiasi tubuhnya dengan pernak-pernik yang melambangkan klub kesayangannya. Nyanyian penonton sepanjang laga merupakan bentuk dukungan dan cinta terhadap klub.
Sepakbola juga memiliki nilai perjuangan hidup. Banyak pemain yang berjuang dari nol. Dari mereka yang tidak punya apa-apa bisa menjadi bintang. Contoh saja Cristiano Ronaldo. Dia berasal dari kota kecil Madeira. Dia berusaha memperbaiki kehidupan ekonominya demi kebahagiaan sang ibu. Berjuang menembus tim senior Sporting Lisbon. Bakatnya dilirik oleh Ferguson sehingga ia direkrut oleh Manchester United. Hal itu tak membuat Ronaldo terlena. Ia selalu menambah porsi latihan di luar latihan rutin. Kegigihannya untuk berkembang patut diteladani. Penampilannya memukau dari musim ke musim. Pada tahun 2010, Real Madrid pun merekrutnya dengan nilai transfer dan gaji tertinggi pada saat itu.
Sepak bola juga menjadi media pertukaran budaya. Dalam sebuah tim sepak bola, pemain bisa berasal dari berbagai negara. Klub asal Spanyol, Real Madrid tidak hanya dihuni oleh pemain berkebangsaan Spanyol tetapi juga diperkuat oleh pemain asing seperti Marcelo (Brazil), Ronaldo (Portugal), dan Gareth Bale (Wales). Mereka membawa gaya permainan negara mereka masing-masing ke Real Madrid. Hal ini membuat permainan tim menjadi lebih kaya. Tidak hanya sebatas di lapangan hijau saja, budaya yang ditransferkan juga budaya sehari-hari seperti tarian, bahasa, makanan, dan gaya bercanda.
Namun, sepak bola juga tidak terlepas dari sisi negatif. Sepak bola kerap kali dijadikan ajang perjudian. Pemain dan pelatih pun ikut tersangkut kasus pengaturan skor. Kasus yang mendunia adalah kasus Calciopoli di Serie A. Kasus tersebut membuat gelar juara tim Juventus dicabut serta didegradasi ke Serie B. Tak hanya terdegradasi, Juventus juga harus kehilangan beberapa pemain pilarnya seperti Cannavaro, Thuram, dan Zambrotta. Cara yang tidak terpuji tersebut mencederai sportivitas permainan sepak bola.
Sepak bola juga terkenal akan kebrutalan suporternya. Suporter yang brutal sering disebut dengan Hooligan. Mereka sering merusak fasilitas umum. Kekalahan tim kesayangan yang menjadi faktor utama kebrutalan suporter. Kasus terbaru yaitu bentrok antara suporter timnas Inggris dengan suporter timnas Russia. Bentrokan tersebut mengganggu kenyamanan warga Prancis. UEFA sebagai induk organisasi sepakbola Eropa memberikan peringatan keras akan mendiskualifikasi Inggris dan Russia apabila suporternya berulah kembali.
Terlepas dari hal positif dan negatif yang ada dalam sepak bola, permainan ini tetap memiliki nilai kehidupan yang dapat direnungkan. Sepak bola milik seluruh dunia. Sepak bola adalah kehidupan.
(Bernadus Ade Febrianto Nugroho/EQ)
Sumber img: Goal.con
Discussion about this post