Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dengan komposisi lautan mencapai 75% dari total wilayahnya. Food and Agriculture Organization ( FAO ) menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia dalam produksi perikanan tangkap dan peringkat keempat dalam produksi perikanan budidaya. Seiring dengan fakta tersebut, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, bertekad untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Berangkat dari kondisi itu, Ikatan Mahasiswa Akuntansi Gadjah Mada (IMAGAMA) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Jalasveva Jayamahe!” yang mempunyai arti “Di Air Kita Berjaya!” dengan sub-tema “Manuver Ekonomi untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”. Seminar yang sekaligus menjadi pembuka rangkaian acara Gadjah Mada Accounting Days (GMAD) 2015 ini diselenggarakan Sabtu, 9 Mei 2015, di Ballroom Harper Mangkubumi Hotel, Yogyakarta. Narasumber dengan berbagai latar belakang seperti Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA (Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM), Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Akt (Wakil Menteri Keuangan RI), Ir. Tommy Hermawan, MA (Fungsional Perencana Madya Direktorat Kelautan dan Perikanan Bappenas), Yugi Prayanto (Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia bidang Kelautan dan Perikanan), dan Juniati Gunawan, Ph.D (Dosen Universitas Trisakti & Sustainability Reporting Specialist) hadir dengan materi pembahasan yang berbeda-beda. Acara yang berlangsung dari pukul 8.00 hingga 12.00 ini dimoderatori oleh Nabila Nur Fajrina (Diajeng Berbakat DIY 2014).
Prof. Bambang Sudibyo sebagai keynote speaker memaparkan kondisi ekonomi maritim Indonesia masa kini, prospek jangka panjang, posisi ekonomi Indonesia di kawasan ASEAN, serta potensi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Menurutnya, ada banyak faktor yang mendukung potensi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Faktor tersebut antara lain adanya dukungan momentum bergesernya pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dari kawasan barat ke Asia. Selain itu, momentum ini juga diperkuat oleh misi Joko Widodo untuk membangun tol laut yang berfungsi melayani angkutan manusia dan logistik dari Sabang sampai Merauke.
Pemaparan selanjutnya dilanjutkan oleh Prof.Mardiasmo yang membahas mengenai pentingnya pembangunan sumber daya manusia, sektor unggulan serta pemerataan untuk membangun kekuatan ekonomi biru. Ia juga menerangkan pentingnya peran akuntan dalam membangun desa pesisir yang jumlahnya mencapai 10.666 desa. Pernyataan ini didukung oleh Tommy Hermawan yang menambahkan bahwa strategi pemerintah dalam mengembangkan potensi maritim Indonesia sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan.
Sesi kedua Seminar Nasional menghadirkan narasumber dengan sudut pandang yang berbeda yaitu Yugi Prayanto dan Juniati Gunawan. Yugi Prayanto sebagai Wakil Ketua Kadin bidang Kelautan dan Perikanan menjelaskan mengenai peran Kadin sebagai penggerak ekonomi maritim. Kadin telah melakukan upaya untuk bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keungan (OJK) dan bank-bank nasional untuk meningkatkan pembiayaan bagi sektor perikanan.
Berbeda dari Yugi yang memaparkan peran pengusaha dalam membangun sektor kelautan, Juniati Gunawan sebagai pembicara terakhir dalam seminar kali ini menitikberatkan pada peran akuntan dalam menciptakan ekonomi biru. Ia mengungkapkan bahwa ada banyak faktor-faktor kualitatif dalam dunia bisnis yang perlu diperhitungkan oleh para akuntan Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah perhitungan mengenai limbah dan karbon yang dapat membawa dampak bagi kerusakan laut.
Usai sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber, Seminar Nasional GMAD 2015 ditutup oleh penampilan Ryan Adriandhy (Juara Stand Up Comedy Indonesia Season 1) yang mengundang derai tawa peserta siang itu. Berakhirnya Seminar Nasional bukan berarti GMAD 2015 telah berakhir. Kesuksesan Seminar Nasional baru saja menjadi awal dari kesuksesan acara-acara lain dalam rangkaian GMAD 2015. Tunggu liputannya ya!
(Ulayya Gempur Tirani)