Cultural Festival kembali digelar oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) Residence pada Sabtu, 5 Mei 2018. Pada tahun ke-7 penyelenggaraannya, acara yang bertempat di Wisdom Park UGM mengangkat tema Merawat Harmoni Nusantara dalam Bingkai Kebhinnekaan. Acara ini merupakan wadah bagi organisasi mahasiswa daerah (Ormada) se-UGM untuk menunjukkan ciri khas daerahnya lewat pameran budaya dan pasar kuliner. Pameran tersebut diikuti oleh 15 Ormada dari Sabang sampai Merauke.
Stan-stan budaya yang dihias dengan ciri khas setiap daerah sangat menarik minat pengunjung untuk menambah pengetahuan akan kebudayaan daerah lain. Informasi seperti rumah adat, bahasa daerah, pakaian daerah, dan adat istiadat daerah tersebut dapat diperoleh dengan mengunjungi pameran tersebut. Selain itu, pengunjung yang penasaran dengan kuliner khas daerah dari penjuru Indonesia pun dapat megunjungi pasar kuliner. Aneka makanan dan minuman khas daerah yang berhasil memanjakan lidah disajikan langsung di tempat dengan harga yang terjangkau.
Sebelum acara puncak digelar, pada siang harinya telah dilaksanakan rangkaian acara pembuka yaitu pawai budaya yang diikuti oleh belasan Ormada dengan rute dari Balairung UGM sampai Wisdom Park UGM. Teriknya matahari kala itu sama sekali tak menghalangi antusiasme peserta yang telah mengenakan pakaian adat dan pernak-pernik daerahnya, terbukti dengan riuh suara dari setiap daerah yang mendendangkan lagu asli daerah masing-masing sepanjang pawai berlangsung. Tidak hanya peserta yang merasakan atmosfer pawai budaya tersebut, tetapi penonton pun terlihat sangat antusias, terlebih ketika setiap daerah menampilkan tarian khas daerah.
Penampilan seni dan budaya adalah acara puncak dari Cultural Festival #7 yang dimulai dengan penampilan drama musikal dan gamelan dari mahasiswa UGM Residence. Selanjutnya, penampilan catwalk 13 pasang peserta Putra-Putri Cultural Festival #7 diiringi riuh rendah pendukung. Dalam sambutannya, Born Inflamone sebagai Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa acara tersebut bertujuan untuk menghargai kebudayaan setiap daerah. Setelah itu, tidak lupa Manajer UGM Residence, Ir. FX. Pri Joewo Guntoro, Dipl.HE, M.Si. memberikan sambutannya dan berpesan bahwa mahasiswa UGM harus menjadi insan yang berbudaya bhinneka. Sambutan terakhir datang dari Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. selaku Rektor UGM. Menurutnya, Cultural Festival merupakan ajang untuk mewujudkan rasa kebhinnekaan. “Semoga acara ini semakin menguatkan pemahaman kita bahwa perbedaan yang kita miliki menghasilkan kekayaan yang luar biasa bagi Indonesia,” ungkapnya.
Rangkaian acara diteruskan dengan deklarasi buku yang berjudul Merawat Harmoni Kebangsaan. Buku tersebut terdiri atas 77 esai karya mahasiswa UGM yang bercerita tentang mimpi. Deklarasi buku ditandai secara seremonial dengan pembacaan Mimpi Bhinneka oleh Putra-Putri Cultural Festival #6 dan penandatanganan buku oleh Rektor UGM, Perwakilan Kepada Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Manajer UGM Residence. Setelah itu, penampilan Jingle Cultural Festival oleh beberapa Ormada dan penampilan guest star, yaitu d-Next G selama 30 menit. Band tersebut merupakan kumpulan dari beberapa dosen UGM yang memiliki keahlian dalam memainkan alat musik dan olah suara. Tidak hanya itu, penampilan dari klub tari dan band dari UGM Residence pun ikut memeriahkan acara tahunan tersebut.

Pengumuman pemenang dari berbagai kategori mengakhiri rangkaian acara Cultural Festival #7. IKPMJ Jember berhasil meraih penghargaan sebagai Ormada terfavorit dan pawai budaya terbaik. Lalu, pameran budaya dan pasar kuliner terbaik diraih oleh Himaja Jambi dan Himagama Sulawesi Selatan. Formagama Kalimantan Barat berhasil memenangkan lomba Jingle Cultural Festival. Penghargaan terakhir, yaitu Putra-Putri Cultural Festival #7 berhasil diraih oleh Kemarigama Riau setelah mengalahkan Kemalagama Cilacap dan Formagamas Banyumas di babak tiga besar.
Respon positif atas Cultural Festival #7 datang dari salah satu pengunjung, Hana. Ia baru pertama kali hadir di acara ini dan menurutnya acara tersebut membawa kesan tersendiri. “Acara ini menarik banget dan secara garis besar ga membosankan karena bisa tahu budaya daerah lain dan mendapat teman baru,” pungkasnya. Ia berharap di tahun selanjutnya Cultural Festival dapat merangkul lebih banyak Ormada. “Maunya sih tahun depan lebih banyak Ormada yang berpartisipasi, jadi bisa lebih tahu kebudayaan dari seluruh Indonesia,” tutupnya.
(Metha Putri/EQ)
Discussion about this post