“Tunggu ya, Dek. Empat tahun lagi Abang halalin”, “Terima kasih ya kampus sebelah, aku sekarang diterima di FEB terbaik di Indonesia!” Berbagai ujaran yang ditulis dalam secarik kertas putih dengan bangga diangkat tinggi-tinggi hari itu. Tak terhitung berapa kali anthem Palapa diputar untuk memastikan iklim perayaan tak lekas redup. Kesenangan yang meluap itu lalu membuat lupa diri. Caping warna-warni dan pompon merah putih dilempar entah ke mana, ikut terbawa dalam euforia. Semua kisah euforia tersebut terbingkai dalam acara selebrasi PPSMB Palapa.
Dilansir dari laman resmi PPSMB Palapa (ppsmb.ugm.ac.id), Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru yang selanjutnya disingkat PPSMB adalah kegiatan resmi orientasi dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengenalan ini bertujuan untuk membimbing dan mengenalkan kampus baru kepada para Gadjah Mada Muda (Gamada) dengan konsep yang unik dan menyenangkan. “Sekarang itu orientasinya mengarah ke membuat bahagia dulu di awal. Ketika semua sudah selesai output-nya adalah PPSMB itu bukan hanya pengenalan. Ada output tersembunyi di mana kita mau Palapa menjadi suatu memori yang selalu bisa diingat,” jelas Damas Pandya, Koordinator Umum PPSMB Palapa 2019. Tentunya, dengan tujuan agar acara PPSMB Palapa dapat selalu diingat, acara disusun sedemikian rupa agar selalu membekas di memori semua pihak yang turut ambil bagian di dalamnya.
Selebrasi menjadi salah satu momen yang tentunya tidak bisa dilupakan oleh para Gamada. Semua orang ikut merayakan berakhirnya masa PPSMB. “Selebrasi PPSMB itu acara euforia untuk menyambut Gamada, dan sebagai acara penutup dari PPSMB Palapa itu sendiri, menurutku sih fungsinya untuk menyenangkan hati Gamada,” terang Zulfa Tsurayya, salah satu Co-fasilitator di PPSMB Palapa 2018. Sebagai acara penutup dari PPSMB Palapa, selebrasi tentunya mengundang rasa haru dan gembira. Tidak lupa, sesuai salah satu tujuan dari PPSMB Palapa sendiri adalah untuk menjadi memori yang selalu bisa diingat, selebrasi tentunya menjadi acara puncak yang selalu hangat dibicarakan.
Namun, dibalik semua keseruan dan kehebohan PPSMB Palapa, terdapat memori kelam yang ditinggalkannya juga. Setelahnya, Lapangan Pancasila tidak hanya diwarnai dengan warna tanah dan rumput. Berbagai warna atribut-atribut kini ikut menghias lapangan luas tersebut. Entah setelahnya atribut itu disebut apa, atau memang fungsinya hanya sekadar pelengkap semata lalu kemudian berganti nama menjadi sampah?
“Penutupan PPSMB 2018 kemarin seru banget sih. Mungkin karena antusias banget, mereka sampai pada lempar-lempar pompon,” kenang Rosa Diptya, mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada jurusan Teknologi Listrik yang juga merupakan salah satu peserta PPSMB Palapa tahun 2018. Sayangnya, kemeriahan itu berbuntut pada banyaknya sampah yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut. “Berantakan banget sih, kotor. Banyak koran-korannya. Karena kita waktu itu pakai koran ‘kan ya buat duduk. Terus pompon berserakan. Serpihan-serpihan pomponnya itu nyebar-nyebar ga jelas gitu,” Rosa berkata.
Nihilnya informasi mengenai tindak lanjut dari sampah-sampah tersebut menjadi permasalahan yang harus dipikirkan bersama. Baik perhatian dan tenaga harus senantiasa dicurahkan agar masalah ini bisa diselesaikan, “Tahun lalu aku kurang tau, yang jelas dibersihin lah ya. Aku kurang tau entah ke mana larinya sampah berserakan itu,” kata Zulfa.
Isu kepedulian terhadap lingkungan sendiri sebenarnya telah menjadi salah satu materi yang ikut dilatih dan diajarkan di PPSMB Palapa. “Kita mungkin lebih meningkatkan kepeduliannya melalui unsur kognitif. Maksudnya, ke alam sadar kita misalnya dengan menggunakan tugas-tugas, materi kelas, itu sudah ada dalam materi itu,” jelas Damas. Ia mengaku, memang terdapat banyak isu yang harus diangkat melalui materi-materi yang dimuat dalam PPSMB Palapa. Walaupun isu kepedulian terhadap lingkungan sudah diberikan, tetapi porsinya harus proporsional dengan pemberian pengetahuan dan pelatihan tentang isu-isu lainnya.
Menghadapi masalah kepedulian terhadap lingkungan dalam PPSMB Palapa, Damas berpendapat bahwa memang diperlukan kajian yang matang terhadap kasus yang rutin dibahas setiap tahun tersebut. Tentunya sudah banyak pendapat yang masuk. Rosa, misalnya, menawarkan sebuah ide untuk masalah ini “Semisal tahun ini kita mau bikin formasi lagi, aku yakin atribut-atribut seperti itu dibutuhkan untuk membuat formasi. Alangkah lebih baik jika atribut-atribut dari tahun lalu itu bisa disimpan di gudang manapun dan nanti bisa digunakan untuk Gamada,” kata Rosa. Rosa berharap dengan langkah ini dapat mengurangi penggunaan plastik untuk pembuatan pompon dan juga penggunaan bahan-bahan lain untuk atribut selebrasi.
PPSMB Palapa diselenggarakan untuk merayakan diterimanya para Gamada di kampus impian, Universitas Gadjah Mada. Bukan berarti karena Gamada sedang bersuka cita, bumi menjadi menderita. Semoga dengan menunjang gelar sebagai mahasiswa kampus kerakyatan ini, kita juga bisa lebih mengkritisi tentang permasalahan yang terjadi di antara kita. Menciptakan lingkungan yang lebih dan akan tetap lestari menjadi tugas kita bersama. Jangan sampai perayaan kita menjadi duka untuk bumi tercinta.
(Shafira Jessenia/EQ)
Discussion about this post