Penulis: Abhinaya Rasendriya/EQ
Foto oleh Erwan Cerentio/EQ
Pada suatu hari, seorang pria jatuh dan tenggelam di sebuah lautan yang sangat dalam. Tak ada seorang pun yang sanggup menolongnya hingga ia nyaris kehabisan napas. Di tengah usahanya kembali mencapai permukaan, ia menyadari bahwa seluruh air yang menelannya tiba-tiba menguap, mendorongnya ke atas, dan sesaat kemudian ia telah mendapati dirinya terkapar di sebuah pulau yang indah. Setidaknya, begitulah mimpi Hon Lik, ahli farmasi asal Tiongkok dan seorang perokok berat yang berusaha keras keluar dari kebiasaannya. Siapa sangka, pada tahun 2003 mimpi itu berhasil membawa Hon Lik pada capaian gemilangnya: mengembangkan sebuah alat “penguap air”. Mengherankannya, peranti sederhana tersebut digadang-gadang mampu mengubah dan membantu banyak orang keluar dari kebiasaan merokok. Hon Lik memberinya nama Ruyan, atau yang dalam Bahasa Mandarin memiliki arti “seperti rokok”.
Sebagai alat baru yang dikampanyekan menjadi bakal pengganti rokok konvensional, temuan Hon Lik ini menawarkan konsep yang sepenuhnya baru. Alih-alih membakar tembakau berselimut kertas linting, Ruyan menggunakan baterai dan rangkaian pelat tembaga dengan mengadopsi mekanisme kerja pemanasan pada suhu terukur. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah suatu cairan yang kerap disebut e-liquid menjadi uap air. Uap air yang dihasilkan dari mekanisme pemanasan tersebut lazimnya akan berbentuk seperti kepulan kabut putih yang memiliki rasa dan aroma tertentu, bergantung pada kandungan zat perasa pada e-liquid.
Berangkat dari sana, istilah rokok elektrik atau familiar dengan sebutan “vape” (diambil dari kata vaporizer yang berarti penguap) mulai kerap digunakan. Dengan langsung menjurus pada mekanisme kerjanya yaitu vaporization, penyebutan vape ini diharapkan dapat benar-benar membedakan rokok elektrik dengan rokok konvensional di mata masyarakat awam. Pada era globalisasi ini, vape telah berupaya menyesuaikan diri sejalan dengan tren pasar serta mengalami evolusi yang begitu signifikan. Berbagai jenis vape mulai dari mechanical, electrical, pod system, hingga yang terbaru yaitu pod-mod sudah tersedia dan dijual bebas. Hal ini tak lain adalah demi memuaskan permintaan vapers (sebutan bagi pengguna vape, red) dengan berbagai selera dan keinginannya.
Klaim bahwa vape adalah “rokok” yang lebih aman merupakan salah satu alasan kuat permintaan akan produk-produk vaporizer pengganti rokok konvensional ini laris manis di pasaran. Ditambah lagi, slogan “rokok membunuhmu” serta intimidasi rokok dan perokok yang seringkali berseliweran di media massa perlahan tampak berhasil memengaruhi paradigma masyarakat tentang rokok konvensional. Upaya-upaya propaganda berupa dukungan yang dilakukan pemerintah terhadap vape dengan kebijakan legalisasi, penetapan cukai, hingga peresmian hari vape nasional pun tampak menjadi beban-beban lain yang membuat citra rokok konvensional semakin jatuh. Di sisi lain, vape semakin matang untuk menjadi alternatif.
Di tanah air misalnya, walaupun kemunculan vape terlihat sudah membanting rokok konvensional sedemikian rupa, hasil survei terhadap 10.559 responden di seluruh Indonesia sebagaimana dilansir Honestdocs pada 2019 mengindikasikan hasil yang mengejutkan. Dalam rilisnya, Honestdocs menyebutkan bahwa sebanyak 43% responden masih hanya menaruh minat pada rokok konvensional, 35% lainnya memilih untuk menggunakan rokok konvensional dan vape secara bersamaan, dan hanya 22% yang benar-benar memilih vape. Menariknya, 34% dari 35% responden yang menjatuhkan pilihan pada vape tersebut ternyata merupakan remaja berusia 12-17 tahun. Artinya, meski belum bisa mengalahkan dominasi rokok konvensional di pasar nasional, rasio tertinggi peminat vape yang berasal dari kalangan remaja membuat vape memiliki prospek yang menjanjikan untuk terus tumbuh dalam hal kuantitas. Lantas, apakah benar menurunnya penggunaan rokok konvensional yang dibarengi dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap vape merupakan hal yang baik?
Sebuah kajian yang dilakukan oleh German Federal Institute for Risk Assessment (Bundesinstitut für Risikobewertung) pada tahun 2018 menerangkan bahwa sebagaimana penamaannya, produk vape menghasilkan uap air dan bukan asap sehingga lebih aman untuk dihirup. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa produk vape memiliki tingkat toksisitas yang lebih rendah mencapai 80%-90% ketimbang rokok konvensional. Hal ini disebabkan karena hanya melewati proses pemanasan dan bukan pembakaran, maka keluaran yang dihasilkan dapat terbebas dari tar sebagaimana dijumpai pada produk rokok konvensional. Berdasar pada laporan World Health Organization/WHO berjudul “Tobacco Smoke and Involuntary Smoking”, tar sendiri merupakan residu pembakaran tembakau sekaligus penyebab 9 dari 10 kasus kanker paru-paru di seluruh dunia setiap tahunnya. Alhasil, bukan hal yang mengejutkan memang ketika banyak orang jatuh hati terhadap vape di tengah deklarasi masifnya sebagai produk “rokok” yang lebih aman.
Ya, lebih aman bukan berarti sepenuhnya aman, bukan? Terbukti, penurunan tingkat toksisitas dari rokok konvensional ke vape tidak bulat 100%. Oleh karena itu, dengan segala kampanyenya, vape juga tak boleh naif mengklaim dirinya benar-benar tanpa risiko. Zat-zat kimia terkandung pada e-liquid yang dipanaskan menjadi uap dan dihirup oleh organ pernafasan tentu bukan sesuatu yang semestinya masuk ke tubuh manusia secara terus-menerus. Kebiasaan ini tentu memberikan pengaruh pada tubuh manusia dalam jangka pendek maupun jangka panjang.Meski terindikasi memiliki berbagai efek samping, hingga saat ini berbagai studi masih gencar dilakukan oleh banyak peneliti di berbagai negara untuk mempelajari lebih dalam soal risiko vape, khususnya terhadap sifat adiksi, gangguan pada paru-paru, jantung, dan bahkan kesehatan janin. Studi yang semakin dalam terkait vape di masa mendatang tentu diharapkan dapat mendorong industri untuk menciptakan produk vaporizer yang lebih aman lagi. Hal itu dikarenakan tingginya minat masyarakat pada produk vaporizer merupakan fenomena yang harus disikapi serius baik oleh pembuat kebijakan maupun pelaku usaha. Melalui penyempurnaan berkelanjutan, besar harapan bahwa eksistensi vape dapat senantiasa dinamis demi terus memfasilitasi mereka yang ngevape karena ingin berhenti merokok atau bahkan ngevape karena memang lifestyle.
Discussion about this post