Rabu (19/9), bertepatan dengan hari ulang tahun Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), telah diselenggarakan Rapat Senat Terbuka FEB UGM dan Orasi Ilmiah sebagai salah satu rangkaian acara Dies Natalis FEB UGM ke-63 yang bertempat di Auditorium Gedung Pusat Pembelajaran (Learning Center) lantai 8. Tepat pukul 08.35 WIB alunan musik gamelan mengiringi kehadiran ketua senat, dekan, dan guru besar yang mengenakan baju wisuda serba hitam, toga berwarna hitam, serta samir bernuansa oranye khas FEB UGM. Tidak hanya itu, hadirin yang hadir pun mengenakan pakaian khas daerah.
Acara yang bertema “Sinergi Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi” ini dibuka oleh Ketua Senat, Prof. Marwan Asri, Ph.D. dengan bacaan basmalah dan satu ketukan palu. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa diperlukan perjalanan panjang dan perjuangan keras sehingga FEB UGM bisa sampai pada pencapaiannya seperti sekarang. Agenda dilanjutkan dengan pidato laporan tahunan Dekan FEB UGM oleh Dr. Eko Suwardi, M.Sc. selaku Dekan FEB UGM saat ini. Ia menyampaikan bahwa proses reakreditasi The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) pada tahun 2019 menjadi latar belakang dalam pengambilan tema.
Dalam laporan yang disampaikan selama 60 menit tersebut, dijabarkan perkembangan FEB UGM dalam bidang akademik, keuangan, pembangunan infrastruktur, penelitian dan pengembangan masyarakat, dan sumber daya manusia yang ada. Pembangunan di lingkup FEB UGM merupakan bukti dari keseriusan pihak fakultas dalam rangka pembangunan infrastruktur. “Selama satu tahun terakhir, kita dapat melihat berbagai perkembangan pembangunan infrastruktur di lingkungan FEB UGM. Pembangunan Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM yang digunakan untuk Rapat Senat Terbuka ini adalah salah satu contohnya. Selanjutnya, akan kami sampaikan capaian-capaian dalam bidang akademik penelitian dan pengabdian pada masyarakat,” tuturnya. Selain itu, Penelitian dan Pelatihan Ekonomi dan Bisnis (P2EB) FEB UGM kembali dipercaya oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk melakukan Survei Cukai Rokok Ilegal Nasional. Survei ini dilakukan setiap dua tahun sekali dan mencakup 16 provinsi dan 80 kabupaten/kota. Hasil survei tersebut digunakan untuk membuat kebijakan dalam meredam rokok ilegal di Indonesia. Secara keseluruhan, nilai pekerjaan penelitian yang dikelola oleh P2EB saat ini adalah sebesar Rp15 miliar.
Sebagai upaya untuk mewujudkan tagline UGM, yaitu Locally Rooted, Globally Respected, FEB UGM juga melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi dan bisnis berupa pelatihan, pendampingan, konsultasi dan tentu saja menjadi dosen pembimbing lapangan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat UGM (KKN PPM UGM). Ia menutup pidatonya dengan berterima kasih kepada ketua senat, dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa FEB UGM yang telah berperan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Setelah itu, agenda dilanjutkan dengan orasi ilmiah. Akan tetapi, sebelum penyampaian orasi terdapat hal menarik yang terjadi. Prof. Marwan Asri mengajak seluruh hadirin untuk berdiri dan bersama-sama menyerukan lagu kebangsaan FEB UGM, yaitu economy goes marching in dalam rangka bernostalgia bersama para alumni yang hadir. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. Judul orasi ilmiah ini adalah “Institusi, Biaya Transaksi dan Pembangunan Ekonomi”. Dalam orasinya, ia menyampaikan bahwa institusi sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih diperhatikan. Hal tersebut didasari pada fokus ekonomi pembangunan yang terbagi dalam tiga periode, yakni periode pertama yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, periode kedua yang berfokus pada pengurangan kemiskinan dan ketimpangan, serta periode ketiga yang menekankan pada analisis keberagaman negara berkembang. Selain itu, salah satu peran institusi dalam pertumbuhan ekonomi adalah meningkatkan kepastian. Tingkat kepastian yang tinggi akan berimplikasi terhadap turunnya biaya transaksi seperti biaya suap, sogok, uang pelicin, dan sebagainya. Menurunnya biaya transaksi tersebut akan mewujudkan perekonomian yang lebih efisien. Sebagai salah satu negara yang memiliki Indeks Persepsi Korupsi tinggi, tantangan dalam memperkuat kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus dapat dituntaskan secepat mungkin sehingga efisiensi ekonomi di Indonesia dapat terwujud.
Setelah orasi ilmiah selesai disampaikan oleh Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. acara ditutup oleh Ketua Senat, Prof. Marwan Asri, Ph.D. dengan mengetuk palu sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan foto dan makan siang bersama di lantai tujuh dan enam.
(Farid Fakhri, Metha Putri/EQ)
Discussion about this post