Sebagian besar penduduk Indonesia terbukti lebih menomorsatukan bekerja menjadi pekerja atau karyawan suatu perusahaan, dibandingkan bekerja dengan membangun suatu usaha secara mandiri atau yang sering kita sebut sebagai seorang wirausahawan. Jumlah wirausahawan di Indonesia terbukti masih sangat minim dan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Saat ini, jumlah populasi wirausahawan di Indonesia baru mencapai angka 1,65% dari total populasi usia produktif, sedangkan jumlah wirausahawan Singapura telah mencapai 7%, Malaysia 5%, dan Thailand 4%[1]. Hal tersebut sangat disayangkan jika mengingat bahwa wirausahawan merupakan suatu pekerjaan yang berperan cukup besar dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Seharusnya, jumlah wirausahawan di Indonesia dapat mencapai minimal 2% dari jumlah penduduk di Indonesia. Hal tersebut bukanlah suatu angka yang kecil jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang telah mencapai sekitar 240 juta jiwa. Maka, tentu diperlukan kerja sama dari masyarakat dan pihak-pihak yang bersangkutan dalam mengembangkan jiwa wirausahawan dan mencetak wirausahawan-wirausahawan baru, terutama yang berasal dari generasi muda Indonesia.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Mendengar namanya saja telah mencerminkan miniatur dunia perekonomian dengan tambahan kata bisnis di belakangnya. Materi perkuliahan yang diajarkan pun juga mengupas seluk beluk ekonomi dan bisnis. Ekonomi dan bisnis erat kaitannya dengan dunia wirausahawan sehingga ketiganya tidak dapat dipisahkan. Suatu hal yang menggelitik untuk dipertanyakan berkaitan pernyataan ini adalah: apakah dengan melanjutkan pendidikan di FEB akan menjamin para mahasiswanya untuk menjadi seorang wirausahawan? Apakah banyak lulusan FEB yang menguatkan tekadnya untuk bergerak dalam dunia wirausahawan? Jawabannya pastilah belum tentu, tetapi sangat mungkin untuk diwujudkan. Sekarang coba kita lihat, justru wirausahawan sukses di luar sana kebanyakan mempunyai latar belakang yang bukan dari fakultas ekonomi. Contohnya Waroeng Spesial Sambal (SS) yang berhasil didirikan oleh Yoyok Heri, seorang sarjana teknik kimia atau Rumah Warna yang juga berhasil didirikan oleh Nanang Syaifurozi, alumni D3 Broadcasting.
Banyak sekali orang di luar sana yang menginginkan kemapanan menjadi seorang pekerja atau pegawai dalam sebuah perusahaan. Hanya segelintir saja lulusan dari fakultas ekonomi yang ingin berjuang dalam dunia wirausahawan dan keluar sebagai sosok wirausahawan sukses. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena ilmu bisnis ekonomi yang diberikan sudah sangat tepat untuk dijadikan modal dalam melakukan bisnis. Namun, ilmu tersebut justru tidak dikembangkan dan berhasil dikalahkan akan kenyamanan dengan hanya menjadi seorang karyawan. Banyak yang berkata untuk terjun dalam dunia wirausahawan haruslah didasari oleh bakat yang ada di dalam diri, tetapi hal itu kurang menjamin di dunia yang serba kompetitif seperti saat ini. Orang yang memiliki bakat saja akan mudah terkalahkan dengan orang yang memiliki passion atau kemauan yang besar serta pikiran yang senantiasa inovatif.
Seorang wirausahawan pada dasarnya bukan dilahirkan tetapi dibentuk. Jiwa wirausahawan sebenarnya dapat dilatih dengan selalu belajar dari setiap kegagalan yang dihadapi. Kebanyakan orang kurang memiliki tekad yang kuat untuk menjadi seorang wirausahawan dan kebanyakan dari mereka takut untuk gagal. Orang cenderung melihat cerita akhirnya tanpa melihat prosesnya, padahal suatu proses merupakan tahap dimana seseorang ditempa menjadi pribadi yang lebih baik. Proses pembelajaran tersebut sangatlah berharga dan tidak mungkin didapatkan ketika menjadi pekerja biasa di suatu perusahaan. Jadi, kemauan yang keras dan motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha mandiri sebagai seorang wirausahawan sehingga tidak hanya bakat semata saja yang harus dikembangkan.
Selain itu, mindset dan cara pandang akan dunia wirausahawan juga harus diubah. Memang tidak mudah untuk dapat menjadi seorang wirausahawan sukses. Tentu diperlukan pengorbanan dan kegigihan dalam menghadapi segala tantangan maupun rintangan yang ada. Seorang wirausahawan pada mulanya harus lebih bekerja dengan sekuat tenaga dalam membangun serta mengembangkan usahanya dibanding seorang karyawan biasa yang hanya bekerja secara statis dimana semuanya telah tersedia. Namun, seiring berjalannya waktu, pengorbanan dan kegigihan sebagai seorang wirausahawan tersebut pasti akan terbayarkan, karena barang siapa bekerja lebih dari apa yang seharusnya dia kerjakan, suatu saat dia akan dibayar lebih dari apa yang dia kerjakan.
Menjadi wirausahawan memang dianjurkan memiliki modal yang cukup memadai untuk membangun suatu usaha. Namun, tidak dapat dipungkiri jika banyak wirausahawan sukses berawal dari modal yang sangat kecil. Dimulai dari usaha yang kecil, kemudian berkembang menjadi usaha yang besar. Semua itu bergantung pada tekad dan kegigihan di dalam diri masing-masing orang. Sebenarnya tidak ada salahnya jika para lulusan fakultas ekonomi mencoba untuk menjadi seorang karyawan dalam beberapa tahun pertama setelah lulus kuliah, tetapi mental untuk menjadi seorang wirausahawan tetaplah harus tertanam kuat di dalam diri mereka. Melalui beberapa tahun tersebut, mereka dapat mengumpulkan modal yang mumpuni untuk mendirikan sebuah usaha. Karyawan yang memiliki mental sebagai pengusaha tersebut disebut sebagai seorang intrapreneur. Kemudian, melalui pengalaman menjadi karyawan tersebut juga memungkinkan mereka untuk membentuk karakter dan keterampilan sebagai calon wirausahawan yang akan terwujud dengan disiplin yang tinggi.
Entrepreneurship merupakan salah satu jalan dalam mencapai financial freedom (kebebasan finansial) yang mungkin tidak disadari oleh kebanyakan orang di luar sana. Financial freedom dapat dicapai oleh siapa saja, terutama kaum muda karena usia bukanlah suatu batasan dalam meraih sukses. Oleh karena itu, para mahasiswa yang merupakan calon lulusan dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis setidaknya dapat berkontribusi untuk menambah angka populasi wirausahawan di Indonesia. Selain berpotensi untuk mencapai pendapatan yang tidak terbatas, mereka juga dapat turut andil dalam memajukan dan mendongkrak perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu sangat memberikan pengaruh yang cukup besar pada kemajuan perekonomian Indonesia, khususnya menjelang implementasi pasar tunggal ASEAN atau MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kemudian, jika jumlah wirausahawan dapat bertambah maka lapangan pekerjaan juga pastinya akan bertambah sehingga nantinya akan berpotensi meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia.
[1]Data tersebut dapat dilihat pada artikel yang berjudul “Jumlah Pengusaha Indonesia Hanya 1,65 Persen” di link berikut: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/03/12/nl3i58-jumlah-pengusaha-indonesia-hanya-165-persen
(Zefania Yolanda/EQ)
Discussion about this post