Global Gotong Royong Tetrapreneur atau yang dapat disingkat dengan G2RT adalah inovasi gerakan desa dengan model Tetrapreneur. Model yang dirancang oleh Rika Fatimah P.L., S.T, M.Sc., Ph.D, yang juga merupakan dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, tidak hanya berorientasi pada keuntungan dari tiap unitnya tetapi juga menyejahterakan tiap desa yang terlibat. Rancangan G2R Tetrapreneur ini akan membuka tiga jenis lapangan pekerjaan dan memberikan manfaat pada 12 warga Desa Sabododadi (petani 3 orang, pengolah 5 orang, dan pengemas 4 orang). Semua bahan baku dan proses produksi dari hulu-hilir berasal dan dilakukan di Desa Sabdodadi (Made-in-G2R Tetrapreneur Sabdodadi) untuk kemandirian masyarakat. Kemandirian ini dapat diraih dengan menjalankan empat pilar Tetrapreneur yakni creating closed loop for village chain benefit, inventing non-competition based market, best practice to business process and be ready to enter competition-based market, dan all stakeholders for innovative and nurturing policy to sustain the entrepreneurs’ leap for global branding.
Desa Sabdodadi terletak di Kecamatan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia dengan luas 232,2 ha. Terbagi menjadi lima wilayah pedukuhan dengan 38 RT, yaitu Wilayah Neco, Manding, Kadibeso, Dukuh, dan Keyongan, Desa Sabdodadi merupakan salah satu desa yang ikut serta dalam program G2R Tetrapreneur ini. Mendapatkan kesempatan untuk berkembang melalui program G2R Tetrapreneur memacu masyarakat setempat melakukan inovasi untuk menghasilkan produk ikonik desa. Tanaman okra yang sudah menjamur di rumah warga adalah jawabannya. Usai program pemerintah untuk menanam dua okra tiap rumah beberapa waktu lalu, sayuran ini menghasilkan banyak buah yang seringkali tidak terkonsumsi warga. Produk yang ditawarkan mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia yaitu okra. Sekilas bentuknya menyerupai gambas atau oyong. Ukurannya yang kecil membuat okra sekilas terlihat seperti cabai. Bila mencari produk olahan Okra hasil pencarian teratas dipenuhi dengan tumis alias oseng-oseng okra.
Desa Sabdodadi telah menerapkan Tetra pertama di mana mereka menyiapkan pasokan okra dari petani desa, diolah Kelompok Wanita Tani (KWT), dan dipasarkan oleh Badan Usaha Milik Desa Sabdodadi. Dengan demikian, pembelian satu produk akan membawa keuntungan bagi seluruh elemen masyarakat Desa Sabdodadi. Dari segi penciptaan produk, olahan okra dari Desa Sabdodadi belum memiliki pesaing sama sekali mengingat sayuran ini masih familiar di masyarakat Indonesia. Adapun varian produk yang ditawarkan Desa Sabdodadi unit G2R Tetrapreneur:
Kolingin (Okra Tubruk)

Berangkat dari inovasi KWT Desa Sabdodadi, produk Kolingin hadir dengan menyulap okra menjadi minuman dengan cita rasa yang khas. Untuk menghasilkan produk ini, okra harus dikeringkan sembari dipadu dengan rempah untuk menghasilkan varian rasa. Kolingin saat ini hadir dengan dua varian yakni Melati dan Jahe Cengkeh. Sajian okra dan rempah siap dinikmati dengan menyeduh air panas dengan sensasi yang unik.
Ngepreh (Okra Celup)

Produk selanjutnya yang ditawarkan adalah produk Ngepreh. Serupa dengan produk sebelumnya, produk G2RT ini coba menyajikan minuman olahan okra dengan model celup. Buah okra dikeringkan kemudian diramu dengan rempah hingga mencapai cita rasa yang diinginkan. Ramuan ini kemudian dihaluskan dan dikemas ke dalam kantong yang disajikan dengan cara diseduh bagi konsumen yang menginginkan penyajian minuman yang lebih apik.
Pandawa (Keripik Okra)

Tidak berhenti dengan produk minuman, produk G2R dari Desa Sabdodadi juga memunculkan olahan makanan ringan yang berasal dari okra. Okra yang lekat dengan bahan utama sayur kini hadir sebagai teman di segala aktivitas dengan rasa umami. Produk ini juga hadir dalam dua versi yakni versi reguler dan premium.
(Gabriela Lintang, Yulita Pamasa/EQ)
Discussion about this post