23 °c
Yogyakarta
25 ° Fri
25 ° Sat
25 ° Sun
25 ° Mon
Thursday, March 4, 2021
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontribusi
  • Pedoman Media Siber
  • Masthead
Warta EQ
  • Home
  • Warta
    Mengulik Drama Start-Up: Realita atau Naskah Belaka?

    Mengulik Drama Start-Up: Realita atau Naskah Belaka?

    Awali dengan Proteksi sebelum Berinvestasi

    Awali dengan Proteksi sebelum Berinvestasi

    Bekerja Saat Menjadi Mahasiswa, Buat Apa?

    Bekerja Saat Menjadi Mahasiswa, Buat Apa?

    Zoom Fatigue, Pernahkah Berada pada Fase Ini?

    Zoom Fatigue, Pernahkah Berada pada Fase Ini?

    Beramai-ramai Pindah ke Simaster

    Beramai-ramai Pindah ke Simaster

    Trending Tags

    • Pemilu
  • Berita
    • All
    • FEB
    • Jogja
    • Nasional
    • UGM
    Charity Concert GMCO 2020: Berbagi Kasih Melalui Karya

    Charity Concert GMCO 2020: Berbagi Kasih Melalui Karya

    FSDE 2020: Pemulihan Ekonomi di Masa Pandemi Melalui Fintech

    FSDE 2020: Pemulihan Ekonomi di Masa Pandemi Melalui Fintech

    Closing Ceremony Porsenigama 2020: Penutup Manis Keseruan Laga Pertandingan

    Closing Ceremony Porsenigama 2020: Penutup Manis Keseruan Laga Pertandingan

    Debat Capresma Jilid Dua: Siapakah yang Terbaik?

    Debat Capresma Jilid Dua: Siapakah yang Terbaik?

    Opening Ceremony Porsenigama 2020: Bersemangat Melampaui Segalanya

    Opening Ceremony Porsenigama 2020: Bersemangat Melampaui Segalanya

    Trending Tags

    • 2019
  • Ekspresi
    • All
    • FEB Menulis
    • Fokus
    • Sastra
    Bisa

    Bisa

    Patah Hati

    Patah Hati

    Puan

    Puan

    Pentingnya Perencanaan Keuangan akibat Uang Elektronik

    Pentingnya Perencanaan Keuangan akibat Uang Elektronik

    Pendidikan tanpa Filsafat

    Pendidikan tanpa Filsafat

    Trending Tags

  • Riset
    • All
    • Jelajah Pokok
    • Opini
    • Telusur Perkara
    Sandwich Generation: Antara Bakti dan Derita

    Sandwich Generation: Antara Bakti dan Derita

    Jalan Panjang Indonesia dalam Mewujudkan Pendidikan Inklusif

    Jalan Panjang Indonesia dalam Mewujudkan Pendidikan Inklusif

    Memilih Demokrasi

    Memilih Demokrasi

    Quo Vadis Wisata Storynomics Yogyakarta

    Quo Vadis Wisata Storynomics Yogyakarta

    Regulasi Kantong Plastik dalam Jerat Kompleksitas Perilaku

    Regulasi Kantong Plastik dalam Jerat Kompleksitas Perilaku

    Trending Tags

    • Produk Kami
      • EQ News
      • Majalah
      • Mini Research
    No Result
    View All Result
    Warta EQ
    • Home
    • Warta
      Mengulik Drama Start-Up: Realita atau Naskah Belaka?

      Mengulik Drama Start-Up: Realita atau Naskah Belaka?

      Awali dengan Proteksi sebelum Berinvestasi

      Awali dengan Proteksi sebelum Berinvestasi

      Bekerja Saat Menjadi Mahasiswa, Buat Apa?

      Bekerja Saat Menjadi Mahasiswa, Buat Apa?

      Zoom Fatigue, Pernahkah Berada pada Fase Ini?

      Zoom Fatigue, Pernahkah Berada pada Fase Ini?

      Beramai-ramai Pindah ke Simaster

      Beramai-ramai Pindah ke Simaster

      Trending Tags

      • Pemilu
    • Berita
      • All
      • FEB
      • Jogja
      • Nasional
      • UGM
      Charity Concert GMCO 2020: Berbagi Kasih Melalui Karya

      Charity Concert GMCO 2020: Berbagi Kasih Melalui Karya

      FSDE 2020: Pemulihan Ekonomi di Masa Pandemi Melalui Fintech

      FSDE 2020: Pemulihan Ekonomi di Masa Pandemi Melalui Fintech

      Closing Ceremony Porsenigama 2020: Penutup Manis Keseruan Laga Pertandingan

      Closing Ceremony Porsenigama 2020: Penutup Manis Keseruan Laga Pertandingan

      Debat Capresma Jilid Dua: Siapakah yang Terbaik?

      Debat Capresma Jilid Dua: Siapakah yang Terbaik?

      Opening Ceremony Porsenigama 2020: Bersemangat Melampaui Segalanya

      Opening Ceremony Porsenigama 2020: Bersemangat Melampaui Segalanya

      Trending Tags

      • 2019
    • Ekspresi
      • All
      • FEB Menulis
      • Fokus
      • Sastra
      Bisa

      Bisa

      Patah Hati

      Patah Hati

      Puan

      Puan

      Pentingnya Perencanaan Keuangan akibat Uang Elektronik

      Pentingnya Perencanaan Keuangan akibat Uang Elektronik

      Pendidikan tanpa Filsafat

      Pendidikan tanpa Filsafat

      Trending Tags

    • Riset
      • All
      • Jelajah Pokok
      • Opini
      • Telusur Perkara
      Sandwich Generation: Antara Bakti dan Derita

      Sandwich Generation: Antara Bakti dan Derita

      Jalan Panjang Indonesia dalam Mewujudkan Pendidikan Inklusif

      Jalan Panjang Indonesia dalam Mewujudkan Pendidikan Inklusif

      Memilih Demokrasi

      Memilih Demokrasi

      Quo Vadis Wisata Storynomics Yogyakarta

      Quo Vadis Wisata Storynomics Yogyakarta

      Regulasi Kantong Plastik dalam Jerat Kompleksitas Perilaku

      Regulasi Kantong Plastik dalam Jerat Kompleksitas Perilaku

      Trending Tags

      • Produk Kami
        • EQ News
        • Majalah
        • Mini Research
      No Result
      View All Result
      Warta EQ
      Home Lini Masa

      November 2016: Demokrasi Tak Semegah Itu

      BPPM Equilibrium by BPPM Equilibrium
      November 30, 2016
      in Lini Masa
      0
      0
      SHARES
      37
      VIEWS
      Share on FacebookShare on Twitter
      ADVERTISEMENT

      Baca Juga

      Konstelasi Politik Akhir Tahun: Dari ‘Pribumi’nya Anies hingga Kunjungan Trump ke Asia

      Agustus 2017: Kontroversi SEA Games Malaysia

      Teror dan Ancaman Sepanjang Bulan Mei

      ADVERTISEMENT

      Dalam usaha mewujudkan suatu masyarakat yang harmonis, dibutuhkan demokrasi sebagai fondasi yang mampu mendasari suatu keteraturan sosial. Menurut Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu, demokrasi menjadi suatu gagasan fundamental yang memegang peranan penting untuk menjamin adanya keteraturan sosial di tengah masyarakat yang plural. Dalam perkembangannya, banyak negara yang mengadopsi demokrasi untuk diterapkan dalam pemerintahannya, tidak terkecuali Amerika Serikat atau bahkan Indonesia. Mereka percaya bahwa demokrasi adalah kunci dalam menciptakan suatu masyarakat yang teratur.
      Di Indonesia, Pasal 28 UUD 1945 dijadikan sebagai landasan konstitusional perihal kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Sebagai negara demokrasi, setiap warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab. Atas dasar hal tersebut, warga pun berhak melakukan demonstrasi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
      Memasuki bulan November, tepatnya di tanggal 4 November 2016, masyarakat tengah diramaikan dengan adanya aksi demonstrasi besar-besaran di Jakarta. Para demonstran menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atas dugaan kasus penistaan agama yang dilakukannya di daerah Kepulauan Seribu pada tanggal 27 September 2016. Permasalahan ini diawali dengan kunjungan kerja Ahok yang dimaksudkan untuk sosialisasi program kerja sama Pemprov DKI Jakarta dengan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dalam bidang perikanan. Dalam pidatonya, Ahok menjelaskan bahwa warga tidak perlu khawatir mengenai kelanjutan program bantuan tersebut mengingat periode jabatan Ahok yang tinggal sebentar lagi. Pidato tersebut kemudian disambung dengan pernyataan yang menyinggung penggunaan Surat Al-Maidah ayat 51 jelang Pilgub DKI 2017. “Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ‘enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat Al Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu,” imbuhnya. Komentar inilah yang kemudian menjadi topik panas yang didiskusikan lebih lanjut di media sosial.
      Bergejolaknya masyarakat akan pemberitaan kasus Ahok oleh media massa tentu saja tidak boleh dipandang sebelah mata. Fenomena ini membuktikan bahwa sebenarnya masyarakat mulai memasuki era masyarakat melek politik, ditandai dengan isu politik yang menjadi esensial bagi masyarakat. Di sisi lain, aksi demonstrasi 4 November juga menunjukkan bahwa masyarakat masih belum siap dalam menghadapi sistem demokrasi yang tidak hanya mengakomodasi kelompok mayoritas, tetapi juga kelompok minoritas. Masyarakat cenderung belum siap hidup dalam kebhinekaan yang menjadi landasan kita untuk berbangsa dan bernegara. Isu-isu yang terkait dengan etnis atau agama tertentu seolah-olah menjadi isu yang sangat sensitif untuk diperbincangkan.
      Fenomena ini ternyata juga sedang dialami oleh Amerika Serikat, negara adikuasa yang mengklaim dirinya sebagai negara paling demokratis. Pada 9 November 2016 kemarin, Donald Trump resmi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 dengan Mike Pence sebagai wakilnya. Batas minimal untuk memenangkan pemilihan ini adalah 270 suara elektoral. Saat pemungutan suara ditutup, Trump memperoleh 290 suara elektoral sementara Clinton meraih 232 suara.
      Sejak pertengahan 2015, Trump mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden. Massa pun diramaikan dengan berbagai kampanye yang dinilai kontroversial, di antaranya yaitu pelarangan kaum Muslim untuk memasuki Amerika Serikat, pernyataan bahwa para imigran Meksiko adalah  kriminal, perencanaan untuk mendeportasi para imigran dan pembangunan dinding raksasa di perbatasan Meksiko untuk melarang mereka masuk. Pada awalnya, terdapat 17 kandidat dalam partai Republik sementara 5 di antaranya tidak memperoleh suara yang cukup. Setelah 12 debat antarkandidat Partai Republik, Trump berhasil menyisihkan 11 kandidat lainnya. Ia pun resmi menjadi calon yang mewakili Partai Republik pada 19 Juli 2016.
      Setelah Trump terpilih menjadi presiden, ia memaparkan agenda yang dirancang untuk 100 hari ke depan. Berbagai prioritas pun diutamakan dalam agenda tersebut. Berbeda dengan kampanye, hal-hal yang dianggap kontroversial seperti yang sempat menjadi sorotan publik tidak termasuk di dalamnya. Sebaliknya, ia berencana untuk membenahi sektor bisnis dan ketenagakerjaan di AS yang sudah mulai mengkhawatirkan. Hal ini akan direalisasikan dengan pengunduran diri dari kemitraan Trans-Pacific, penghapusan restriksi kelingkungan, pembenahan di bidang bisnis serta sistem lobi, izin imigran yang diperketat dan perbaikan sistem keamanan negara.
      Hal yang menarik kemudian adalah, isu-isu sensitif yang menyinggung golongan minoritas di Amerika Serikat yang diangkat oleh Donald Trump. Hal ini ternyata menjadi daya tarik sendiri bagi para pendukungnya. Pengandaian bahwa masyarakat Amerika Serikat adalah masyarakat yang toleran ternyata merupakan pengandaian yang salah. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat selanjutnya secara tidak langsung juga menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Amerika Serikat mengamini adanya “penindasan” terhadap kaum minoritas. Pada akhirnya, Amerika Serikat dan Indonesia masih berada di kelas yang sama dalam masalah penghargaan keragaman.
      (Saut Togu Victory Pandiangan dan Phelia Myrna/EQ)
      Referensi:
      http://edition.cnn.com/2013/07/04/us/donald-trump-fast-facts/
      http://edition.cnn.com/2016/11/22/politics/trump-first-100-days-plan/
      image: BBC

      ADVERTISEMENT
      BPPM Equilibrium

      BPPM Equilibrium

      Related Posts

      Lini Masa

      Konstelasi Politik Akhir Tahun: Dari ‘Pribumi’nya Anies hingga Kunjungan Trump ke Asia

      November 27, 2017
      45
      Lini Masa

      Agustus 2017: Kontroversi SEA Games Malaysia

      September 10, 2017
      72
      Lini Masa

      Teror dan Ancaman Sepanjang Bulan Mei

      June 19, 2017
      39

      Discussion about this post

      ADVERTISEMENT

      POPULAR NEWS

      • Teori Black Swan: Bercermin dari Angkuhnya Ketidakmungkinan

        Teori Black Swan: Bercermin dari Angkuhnya Ketidakmungkinan

        4 shares
        Share 4 Tweet 0
      • Unpaid Internship, Magang Dibayar Pakai Pengalaman

        0 shares
        Share 0 Tweet 0
      • Selebrasi PPSMB Palapa dan Sampahnya

        1 shares
        Share 1 Tweet 0
      • Saya Memilih untuk Tidak Memiliki Circle

        1 shares
        Share 1 Tweet 0
      • Penanaman Modal Asing : Pola yang Belum Berubah

        0 shares
        Share 0 Tweet 0
      ADVERTISEMENT
      Facebook Twitter Instagram
      Warta EQ

      BPPM Equilibrium adalah lembaga mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) yang berdiri pada tahun 1968.

      Yogyakarta, Indonesia
      Thursday, March 4, 2021
      Cloudy
      23 ° c
      92%
      1.86mh
      -%
      28 c 22 c
      Fri
      27 c 22 c
      Sat
      28 c 22 c
      Sun
      29 c 22 c
      Mon

      © 2019 Redaksi Digital

      No Result
      View All Result
      • Home
      • Warta
      • Berita
      • Ekspresi
      • Riset
      • Produk Kami
        • EQ News
        • Majalah
        • Mini Research

      © 2019 Redaksi Digital

      Login to your account below

      Forgotten Password? Sign Up

      Fill the forms bellow to register

      All fields are required. Log In

      Retrieve your password

      Please enter your username or email address to reset your password.

      Log In