“Never stop learning, because life never stops teaching”
Kutipan tersebut saya ucapkan dalam presentasi final review saat akhir masa magang yang saya jalani selama dua bulan. Ya, pada liburan kuliah semester lalu, tepat setelah saya menyelesaikan semester empat, saya mendapat kesempatan untuk menjalani internship di salah satu perusahaan tembakau terbesar se-Indonesia, yaitu PT HM Sampoerna Tbk. Perseroan ini adalah anak perusahaan dari PT Philip Morris Indonesia dan afiliasi dari Philip Morris International Inc., perusahaan rokok tembakau internasional terkemuka di dunia.
Niat saya untuk mencicipi suka duka dunia kerja muncul satu tahun yang lalu, saat beberapa senior yang sudah bekerja atau magang memberikan testimoni seperti:
“Dunia kerja akan sangat berbeda dengan dunia kuliah. Orang-orangnya, tantangan yang diberikan, dan masih banyak hal lainnya. Di dunia kerja rasanya kamu kayak belajar dari nol lagi.”
Pernyataan di atas tentu memantik rasa penasaran saya akan dunia kerja, dunia yang akan saya kunjungi kembali dalam beberapa tahun mendatang. Kebetulan, salah satu perusahaan yang datang untuk memperkenalkan program magangnya di FEB UGM adalah PT HM Sampoerna Tbk. Program magang perusahaan ini dikenal dengan nama INKOMPASS. Setelah bertanya kepada beberapa senior yang sudah mengikuti program ini tahun lalu, satu pesan yang saya tangkap: Sampoerna adalah salah satu tempat belajar terbaik. Maka, semakin bulatlah tekad saya untuk mendaftarkan diri.
Proses yang saya jalani untuk menjadi bagian dari intern INKOMPASS tidaklah mudah. Awalnya, saya menjalani online test yang diikuti ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia. Setelah dinyatakan lolos online test, saya bersama para kandidat yang tersisa berangkat menuju Jakarta untuk menjalani tahapan tes yang selanjutnya, yaitu On Ground Assesment. Pada tahap ini, ada banyak tantangan yang harus saya hadapi, seperti melakukan business case presentation secara individual di hadapan manajemen Sampoerna, Focus Group Discussion, dan juga wawancara individu dengan beberapa manajer senior perusahaan.
Saya masih ingat jelas bahwa saya sempat melakukan kesalahan yang fatal saat business case presentation. Pada saat itu saya diberi beberapa lembar data mengenai kondisi perusahaan dan masalah yang harus saya pecahkan. Akan tetapi, karena salah memahami instruksi, saya hanya membaca lembar pertama dan melakukan presentasi individu hanya berdasarkan informasi pada lembar pertama tersebut. Setelah selesai, barulah saya sadar bahwa ada banyak informasi penting perusahaan di lembar-lembar berikutnya yang dapat dijadikan dasar bagi argumen-argumen yang saya lontarkan. Kejadian ini sempat membuat saya pesimis, sehingga pada hari nama kandidat yang terpilih diumumkan, saya sangat terkejut ketika dinyatakan lolos seleksi magang Sampoerna.
Dari proses seleksi yang panjang, terpilih 45 interns dari seluruh Indonesia yang ditempatkan untuk bekerja di berbagai wilayah strategis Sampoerna, seperti Jakarta, Surabaya, Sukorejo, dan Karawang. Pada saat Offering Day, saya baru mengetahui bahwa saya akan ditempatkan di Jakarta dan akan bekerja di salah satu departemen yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan puluhan ribu karyawan: Human Resources Departement. Departemen ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian dan saya berfokus pada Management & Organization Development (MOD). Selama hampir dua bulan, saya bersama project partner saya, Jacqueline Evania, mengerjakan proyek perusahaan yang sangat menantang. Selain itu, saya juga ditemani seorang buddy, coach, dan project sponsor. Dari merekalah saya belajar banyak hal, tidak hanya tentang Sampoerna, tetapi juga tentang etos kerja keras yang luar biasa.
Pada masa awal bekerja, saya sempat terkejut karena apa yang saya hadapi jauh berbeda dengan apa yang saya bayangkan. Awalnya, saya pikir bahwa saya akan mengerjakan sesuatu yang sifatnya rutin atau clerical, yang membuat saya selalu duduk di depan komputer hingga jam kerja berakhir. Ternyata, di multinational company seperti Sampoerna, karyawan diberi kebebasan untuk berkarya dan bekerja berdasarkan proyek yang diberikan. Sebagai HR intern, di sela-sela brainstorming dengan project partner saya, terkadang saya pun harus ke luar kantor untuk mengobservasi training karyawan Sampoerna. Akan selalu ada proyek baru yang diberikan sehingga pekerjaan tidak membosankan.
Salah satu hal yang tidak pernah saya lupakan dari perusahaan ini adalah orang-orang yang berada di dalamnya. Mulai dari presiden direktur hingga contracted employee, semuanya memiliki karakter yang ramah dan terbuka. Di sini, saya tidak menjumpai senioritas: tua ataupun muda, senior ataupun junior, semuanya bisa berbaur dan bertukar knowledge melalui diskusi yang menyenangkan. Mereka juga dengan senang hati membantu di kala kami mengalami kesulitan dalam memahami istilah-istilah baru di dunia kerja. Tidak jarang pula kami para interns ditraktir makan di luar kantor.
Di luar kantor, saya pun banyak merasakan hal baru selama hidup di ibukota. Berlarian di koridor demi mengejar busway, berdesak-desakan saat pergi dan pulang kerja, merasakan macet yang luar biasa hingga ketinggalan pesawat adalah hal-hal yang tidak terlupakan. Untuk pertama kalinya pula, saya menjalani ibadah puasa tanpa keluarga. Seringkali, saya harus sahur sendiri dan berbuka di dalam busway yang padat manusia.
Uniknya, setiap momen yang saya alami selalu membawa saya pada sebuah perenungan dan pembelajaran. Misalkan, setiap akan menuju koridor busway untuk berangkat dan pulang kerja ada beberapa kejadian yang kerap saya jumpai: para pedagang kecil yang mencari nafkah pagi hingga malam tiba, para pedagang kaki lima yang diusir hingga harus berdagang diam-diam, pengemis yang kelaparan di pinggir jalan ibukota, anak usia sekolah yang berjualan tissue demi mendapatkan uang, dan masih banyak kejadian lainnya. Apa yang saya amati selama dua bulan membuat saya selalu bersyukur akan apa yang sudah saya miliki saat ini. Life never stops teaching, dude.
Sebagai HR intern, proyek yang saya pegang sangat berkaitan dengan proses Learning & Development karyawan. Dari proyek itu saya menyadari, bahwa pembelajaran seorang manusia tidaklah berhenti di bangku kuliah, tetapi akan terus berlanjut hingga tua nanti. Meskipun di dunia kerja setiap orang sudah memiliki keahlian tertentu, mereka diharuskan untuk terus belajar dari berbagai sumber seperti melalui in class training, sharing dengan rekan kerja lainnya, ataupun dari day-to-day activities yang mereka hadapi selama bekerja. Never stop learning, because life never stops teaching.
(Ulayya Gempur Tirani/EQ)
Discussion about this post