Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang tentunya memiliki banyak sejarah. Sejarah ini tidak luput dari kisah-kisah para pejuang bangsa dan pendidikan nasional. Oleh karena itu, Universitas Gadjah Mada ini juga disebut sebagai Universitas Perjuangan, Universitas Nasional, Universitas Kerakyatan, Universitas Pancasila, dan bahkan Universitas Kebudayaan. Untuk menjaga kelima jati diri Universitas Gadjah Mada tersebut, maka dibangunlah sebuah sarana yang efektif dan efisien untuk senantiasa mentransformasikan kelima jati diri itu, yaitu Museum UGM.
Museum UGM mulai digagas sejak tahun 2000 dan baru diresmikan tanggal 19 Desember 2013 lalu pada saat Dies Natalies UGM ke-64. Gedung yang kini digunakan sebagai Museum UGM dulunya merupakan rumah dinas bagi dosen. Hal ini disebabkan karena memang lokasi Museum UGM yang berada di kompleks Kampus UGM, Bulaksumur Blok D-6 dan D-7 dan sekelilingnya merupakan deretan rumah dinas. Salah satu gagasan didirikannya Museum UGM ialah sebagai wadah pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa melalui sarana museum. Selain itu, museum ini juga menjadi sarana pengenalan Universitas Gadjah Mada agar masyarakat dapat mengenal lebih dekat mengenai kampus bersejarah ini.
Gedung Musem UGM kini berada di bawah tanggung jawab Jurusan Arkeologi UGM. Selain itu, konservator barang-barang bersejarah yang ada di museum ini juga datang dari Jurusan Arkeologi. Barang-barang berserajarah yang ada di museum ini antara lain seperti cerita mengenai sejarah UGM serta peninggalan dan penemuan dari tokoh-tokoh UGM. Pada masa awal didirikan, antusiasme masyarakat untuk mengunjungi Museum UGM cukup tinggi. Pengunjung museum pun beragam, mulai dari domestik seperti pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum hingga pengunjung dari luar negeri. Tanggapan para pengunjung mengenai museum ini sangat baik. Mereka merasa bangga, kagum, dan teredukasi dengan adanya museum ini. Museum UGM akhirnya menjadi ikon baru dan media pembelajaran, penelitian, dan memperkuat jati diri UGM.
Seiring berjalannya waktu, museum ini mulai sepi pengunjung. Jika sedang ramai, pengunjung yang datang hanya mencapai 10 orang per hari. Padahal Museum UGM menyediakan fasilitas yang cukup lengkap. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari dari pukul 08:00-15:00 WIB. Pada saat memasuki gedung museum, di front desk akan ada seorang educator Museum UGM yang ditemani dua orang lainnya yaitu seorang penjaga museum dan seorang satpam. Area di sekitar museum baru akan terlihat ramai pada hari-hari tertentu apabila diadakan acara atau pameran di museum tersebut. Namun, pada hari-hari biasa, museum terlihat sepi karena hanya dihuni oleh tiga orang saja, yaitu seorang educator bersama penjaga dan satpam museum.
Renovasi Museum UGM terakhir kali dilakukan pada tahun 2015 kemarin. Namun, renovasi yang dilakukan masih dianggap belum cukup. “Musuem UGM masih sangat membutuhkan pengembangan, jadi pihak universitas memang harus sedikit lebih perhatian dengan museumnya,” ucap Vina selaku educator Museum UGM. Sayangnya, Surat Keputusan (SK) Rektor UGM mengenai hal tersebut masih dimusyawarahkan. Pengembangan tentu membutuhkan banyak biaya. Oleh karena itu, pihak museum pun tidak dapat berkutik sebelum SK Rektor tersebut ditentukan.
Saat ini masih sedikit mahasiswa UGM yang mengenal museum kampusnya. Bahkan beberapa dari mereka tidak mengetahui keberadaan museum tersebut. Sebuah kenyataan yang miris saat mahasiswa tidak mengetahui di mana tempat yang menyimpan berbagai sejarah berdirinya UGM, kampus mereka sendiri. Padahal ada banyak cara agar mahasiswa lebih mengenal museumnya. Contohnya saat Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB), mahasiswa baru dapat diajak ke museum tersebut. “Kami berharap Museum UGM semakin berkembang. Semoga pihak universitas, mahasiswa, maupun masyarakat lebih meningkatkan perhatian mereka terhadap museum ini. Mahasiswa tentu punya banyak ide, mereka bisa mengajukan berbagai ide supaya Museum UGM ramai. Jadi ada timbal balik dari mahasiswa kepada museumnya,” pesan Vina kepada keluarga UGM.
(Anindya Kupita, Brian Ilham, Clarisa Oktaviana/EQ)
Discussion about this post