Tanggal 20 Mei, apa yang pertama kali muncul dalam benak kita saat melewati hari itu? Rencana jalan-jalan bersama teman? Deadline tugas yang belum selesai? Mungkin beberapa dari kita ingat bahwa 20 Mei yang telah berlalu kemarin merupakan Hari Kebangkitan Nasional. Akan tetapi, mengapa peringatan hari itu berlalu dengan cepat dan rasanya kurang berdampak pada semangat kita? Mari sejenak kita merenungkan makna dari Kebangkitan Nasional.
Kebangkitan nasional adalah bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan kesadaran sebagai sebuah bangsa untuk memajukan diri melalui gerakan organisasi yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan. Masa kebangkitan ini ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Dari arti katanya, “Boedi” berarti perangai atau tabiat, sedangkan “Oetomo” berarti baik atau luhur. Organisasi Boedi Oetomo merupakan organisasi pelopor kebangkitan nasional yang memunculkan semangat persatuan dan mencita-citakan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, tanggal 20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Kembali ke perenungan kita, setidaknya ada 3 hal yang dapat kita renungkan dari hari peringatan kebangkitan nasional yang telah berlalu kemarin.
1. Semangat memajukan bangsa
Negara kita kaya akan sumber daya alamnya. Kita tinggal di wilayah khatulistiwa yang tidak pernah kekurangan curah hujan dan sinar mentari. Namun, kita kurang memaksimalkan sumber daya alam yang ada. Sebagai contoh, mengapa kita tidak dapat “menggemukkan” sapi di negeri kita sendiri yang tidak pernah kurang akan pasokan rumput untuk makanan sapi dan hewan ternak lainnya? Menurut Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, kebutuhan sapi potong di dalam negeri saat ini mencapai 3-4 juta ekor per tahun, sementara sapi yang boleh dipotong hanya 2 juta ekor. Hal ini menyebabkan negara kita harus mengimpor daging sapi. Negara kita sudah dapat memenuhi kebutuhan 2 dari 3-4 juta ekor sapi potong, mengapa tidak kita penuhi sendiri sisa kebutuhan 1 juta ekor sapi potong di negara kita yang luas dan subur ini? Contoh lainnya, kita masih terbelenggu dengan sikap konsumtif, terutama terhadap produk luar negeri yang dirasa membawa prestise tersendiri saat memilikinya. Sudah lama kita hanya menjadi “kios” tempat pemajangan barang-barang branded produksi luar negeri. Alangkah baiknya jika masyarakat Indonesia juga mencintai dan membeli produk dalam negeri.
2. Meningkatkan Kepedulian
Kebangkitan Nasional muncul karena adanya kepedulian dari para tokoh pemuda dengan keyakinan serta cita-cita agar bangsa Indonesia dapat terbebas dari penjajahan. Sejak organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia pertama berdiri, kemerdekaan Indonesia membutuhkan proses selama 37 tahun hingga mencapai Proklamasi. Dapat kita bayangkan bagaimana bila saat itu tidak ada organisasi Boedi Oetomo yang menjadi pelopor persatuan bangsa Indonesia, bisa jadi sampai saat ini tidak ada kata “Merdeka!” yang terdengar.
Sebagai generasi muda, kita dituntut untuk peduli kepada bangsa ini. Di tengah banyaknya permasalahan yang terjadi seperti, kemiskinan, pengangguran, kekerasan, pelecehan seksual, dan degradasi moral, dibutuhkan kepedulian yang tinggi dari setiap masyarakat Indonesia, termasuk kita sebagai mahasiswa. Dengan ilmu yang kita dapatkan di bangku kuliah, seharusnya kita dapat mengimplementasikannya untuk mengatasi permasalahan yang ada dan memajukan Indonesia.
3. Bersikap Jujur
Perjuangan kita saat ini bukan lagi perjuangan mengangkat senjata. Perjuangan kita adalah bagaimana kita dapat memajukan Indonesia di tengah berbagai permasalahan yang terjadi, salah satunya krisis kejujuran. Berita tentang penangkapan para koruptor seharusnya menjadi refleksi kita bersama. Dalam hal apapun, kejujuran harus menjadi dasar tindakan kita. Apabila suatu saat kita bekerja di perusahaan, di organisasi pemerintahan, atau dimanapun, berusahalah untuk selalu jujur, karena korupsi berdampak buruk bagi perusahaan atau organisasi. Produktivitas suatu organisasi menurun karena banyaknya hal yang ditutup-tutupi atau dimanipulasi. Misalnya, dalam pembelian mesin untuk produksi, dana untuk pembelian dikorup dengan membeli mesin berkualitas rendah, sehingga proses produksi sering terhambat karena mesin tiba-tiba mati, sedangkan di dalam laporan harga dimanipulasi, dan apabila hal ini berlanjut, kebangkrutan bisa saja terjadi. Uang yang digunakan untuk kesenangan pribadi atau sekelompok orang itu ternyata berdampak besar untuk orang lain. Penurunan produktivitas, penurunan kualitas barang dan jasa yang diterima konsumen, tingginya angka PHK, meningkatnya pengangguran, dan lain-lain.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kita dapat belajar tanpa larangan, bepergian tanpa rasa takut, mengungkapkan pendapat kita secara langsung, bekerja dengan nyaman tanpa paksaan, dan kita mendapat upah atas usaha kita bekerja. Kita terlepas dari tekanan penjajah dan dapat melakukan banyak hal dengan bebas berkat para pahlawan. Saat kita masih berada di bangku sekolah dulu, kita menghayati hal itu dengan cara mengikuti upacara dengan hikmat dan mengheningkan cipta dengan sungguh-sungguh. Kini sebagai mahasiswa, ayo kita bangkit dengan semangat memajukan Indonesia! Kita belajar dengan sungguh agar ilmu yang kita dapatkan dapat diimplementasikan untuk memajukan Indonesia. Ayo kita berlari bersama mengejar ketertinggalan dan ketidakberdayaan kita.
(Naomi Maria Lasamahu/EQ)
Referensi:
http://ristekdikti.go.id/upacara-bendera-peringatan-hari-kebangkitan-nasional-ke-108/
http://ekbis.sindonews.com/read/816405/34/ini-alasan-mendag-indonesia-harus-impor-daging-sapi-1386853114
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1028/Budi-Utomo
Foto ilustrasi: cnnindonesia.com
Discussion about this post