Mengingat sepetak daerah di selatan pulau Jawa bernama Yogyakarta tak jarang mendikte pikiran kita kepada sebuah gambaran kota dengan masyarakat yang kental akan kultur dan etiknya. Berbekal hal tersebut, Yogyakarta tentu tidak dapat dipisahkan dengan masa lalu yang begitu panjang beserta dinamika yang menyertainya. Hal ini pada akhirnya membuahkan segudang urban legend di tengah masyarakatnya. Kisah-kisah itu ditularkan dan dipertahankan melalui jalur tradisi. Akibatnya, jangan kaget apabila eksistensinya bertahan hingga kini. Kendati itu semua sudah menjadi hal lumrah untuk dibicarakan, Yogyakarta tampak masih menyimpan terlalu banyak sisi yang seolah tidak akan pernah habis untuk dikupas. Selain kisah Ratu Kidul di pantai selatan dan Gunung Merapi di utara, Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terletak di antara kedua tempat tersebut juga memiliki kisahnya sendiri.
Sebagai perguruan tinggi tertua di Indonesia sejak diresmikan pada tahun 1949, nama UGM rasanya sudah santer di masyarakat dengan pelbagai narasi yang menghiasinya. Sebut saja ihwal umum yang sering kita dengar seperti halnya prestasi, akreditasi, hingga kesuksesan alumnusnya. Namun, beriringan dengan itu semua hal-hal penuh misteri rasanya turut menjadi salah satu ornamen yang tidak terpisahkan dari perjalanan panjang UGM. Kisah mistik yang tersebar di beberapa sudut UGM ini tak ubahnya urban legend yang hidup dari mulut ke mulut dan dari angkatan ke angkatan.
Mbak Yayuk
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM menjadi salah satu fakultas dengan kisah gaib yang cukup dikenal. Sudah tidak asing di telinga mahasiswa FEB tentang sosok perempuan bernama Mbak Yayuk. Konon, dulunya Mbak Yayuk adalah seorang mahasiswi FEB UGM yang memiliki kemampuan akademik cukup baik. Namun, kendala penolakan oleh dosen hingga revisi yang melelahkan saat menempuh ujian skripsi tampaknya sudah cukup membuat Mbak Yayuk putus asa. Sebagai buntutnya, ia mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas gedung FEB UGM. Sejak saat itu, arwah Mbak Yayuk memutuskan untuk “belajar” selamanya di FEB UGM.
“Sebenarnya sosok Mbak Yayuk ini terlihat seperti mahasiswi biasa, tapi gaya pakaiannya lebih kuno dari mahasiswi kebanyakan. Sering kelihatan di sekitar FEB sama FIB, terlebih di Jembatan Budaya,” jelas Eyang Kocok, seorang pengamat dunia mistis yang juga seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, saat ditemui pada Rabu dini hari (22/05). “Pendiam banget dia (Mbak Yayuk), kalau diajak komunikasi udah kayak ngobrol sama tembok,” imbuhnya. Sebagai sosok penunggu suatu tempat, diamnya Mbak Yayuk boleh jadi merupakan hal yang baik. Namun, wujudnya yang tidak menunjukkan ciri-ciri sosok gaib tentu membuat kita harus pandai-pandai membedakan yang mana teman kita dan yang mana Mbak Yayuk.
Tugu Teknik
Tak mau kalah, sisi barat UGM pun memiliki misterinya sendiri. Selimut rimbun pepohonan di sepanjang Jalan Kesehatan yang menjadi satu-satunya akses menuju Fakultas Teknik (FT) UGM tentu membuat sejuk suasana di siang bolong. Sebagai konsekuensi, suasana mencekam di malam hari pun mau tidak mau harus dirasakan oleh siapa saja yang melewatinya.
Melangkahkan kaki memasuki gerbang masuk FT UGM, tampak sebuah tugu yang cukup melegenda tegak berdiri. Dikenal dengan nama Tugu Teknik, konon katanya tugu ini dibangun sebagai penghormatan terhadap para pahlawan yang tewas di masa lalu. Tidak sedikit kisah seputar tugu ini yang beredar di tengah-tengah mahasiswa, mulai dari sosok kakek misterius yang sering muncul di sekitar Tugu Teknik ketika malam hari hingga mitos lagu Gugur Bunga. “Aku pernah nyanyi Gugur Bunga di Tugu Teknik, awalnya biasa aja, setelah selesai nyanyi, orang biasa bakal ngerasain suasananya beda,” terang Kocok (sapaan akrab Eyang Kocok). “Tapi, buat orang yang bisa ‘ngeliat’ ya, bakal tau kalau mereka (makhluk gaib) tambah banyak,” tambahnya.
Jembatan Perawan
Bergeser sedikit ke sisi utara, kisah dari sebuah jembatan penyeberangan mahasiswa yang melintang di atas Jalan Olahraga UGM rasanya tidak afdol bila tidak ikut mengisi ruang redaksi. Jembatan yang menghubungkan jurusan Perikanan Fakultas Pertanian (Faperta) UGM dengan area Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM ini dikenal dengan nama Jembatan Perawan (Pertanian-Kedokteran Hewan).
Konon, jembatan ini memiliki sosok penunggu yang berwujud kuntilanak yang beken di telinga mahasiswa dengan nama Mbak Rohana. Bila beruntung kita bisa menyaksikan sosoknya berdiri mematung di atas jembatan. Namun, bagi sebagian orang yang terpilih, tidak jarang akan ada aksi menarik. Dari berbagai pengakuan, banyak dari orang-orang terpilih itu yang melihat Mbak Rohana melompat dari atas jembatan. “Dulu, mantanku pernah jatuh dari motor waktu lewat jalan situ (gerbang belakang UGM) gara-gara dikagetin sama mbak-mbak yang lompat dari atas jembatan (Jembatan Perawan),” papar Kocok. “Dan itu posisi dia (mantannya) belum pernah tau jembatan situ angker,” lanjutnya. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan Mbak Rohana bukan sekadar ilusi belaka, toh orang yang sama sekali belum pernah tahu tentang kisah Jembatan Perawan pun tetap merasakannya kan?
Ya, Mbak Yayuk di FEB, mitos Tugu Teknik, hingga Mbak Rohana di Jembatan Perawan tentu merupakan potret kecil dari setumpuk misteri kampus kerakyatan. Percaya maupun tidak, kisah-kisah semacam inilah yang sudah dan akan terus menemani setiap mahasiswa Gadjah Mada selama menempuh perkuliahan. Sejatinya, tidak hanya UGM, di mana pun manusia berada akan selalu terdapat urban legend yang dipercayai kebenarannya. Ketakutan yang kita rasakan barangkali berasal dari pikiran kita sendiri. Manusia takut dengan hal yang belum mereka ketahui dan itu merupakan suatu kewajaran. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita tidak menyikapi rasa takut akan apapun secara berlebihan. “Di Jogja, hidup dengan cerita-cerita mistis itu sudah sangat wajar. Di sini kita saling menghormati. Jadi, selamat datang di Jogja,” pungkas Kocok terhenti dengan kekeh tawanya sendiri.
Penulis : Abhinaya Rasendriya dan Farid Fakhri F.
Editor: Ayom Purwahadikusuma
Discussion about this post