Oleh: Raditya Isnanda/EQ
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Kalimat tersebut mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Makna dari ungkapan itu adalah untuk mendorong kita agar mencari ilmu sejauh mungkin, bahkan hingga ke luar negeri sekalipun. Bayangkan serunya kuliah di negara-negara Eropa seperti Perancis dan Inggris. Atau mungkin di negara tetangga seperti Singapura dan Thailand. Siapa sih yang tidak ingin menuntut ilmu di luar negeri?
Untungnya, FEB UGM membuka jalan bagi mahasiswa yang ingin belajar di luar negeri melalui program International Exposure. Melalui Office of International Affairs atau OIA dari FEB UGM, mereka dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa di universitas negara lain. Program yang disediakan ada Dual Degree, Student Exchange, dan Short Study atau Summer Course. Perbedaannya ada pada persyaratan pendaftaran, pilihan universitas, biaya kuliah, dan yang paling mencolok terletak pada durasi kuliahnya. Dual Degree bisa berlangsung selama dua hingga empat semester tergantung regulasi universitasnya. Lalu, Student Exchange hanya berlangsung selama satu semester dan Short Study umumnya hanya satu sampai dua bulan. Untuk lengkapnya dapat langsung diintip pada situs OIA FEB UGM.
Mungkin yang terbeset di pikiran kita adalah program seperti ini hanya untuk mahasiswa IUP (International Undergraduate Program). Pada kenyataannya, mahasiswa reguler pun dapat berkuliah di luar negeri selama memenuhi persyaratannya. Sayangnya, mahasiswa reguler hanya dapat mengikuti Short Study dan Student Exchange sementara Dual Degree dikhususkan untuk mahasiswa IUP. Adapun perbedaan biaya kuliahnya pada program Student Exchange karena program tersebut memiliki biaya yang sama dengan biaya saat kuliah di FEB UGM. Tapi, kuliah di luar negeri tidak harus selalu mahal. Beberapa universitas memiliki scholarships atau beasiswa yang dapat kita pinang dan biasanya informasi beasiswa itu akan dilampirkan bersamaan dengan informasi program itu sendiri.
Kata Mereka yang Sudah Keluar Sana
“Aku tertarik ikut Summer Course karena wajib untuk IUP dan menjadi prasyarat kelulusan juga. Selain itu, aku tertarik banget dengan silabus, dosen, dan mata kuliah yang ditawarkan,” jelas Jesita, mahasiswi IUP angkatan 2016 yang pernah mengikuti Summer Course di London School of Economics selama dua bulan. “Daftarnya enggak ribet sih, tapi yang ribet itu mengurus visa dan living prerequisite,” jelasnya mengenai pendaftaran Summer Course. Mata kuliah yang dia ikuti saat itu diantaranya adalah Public Finance dan Heavy Econometrics. “Susah banget!” jawab Jesita saat ditanya rasanya belajar di luar sana. “Aku belajar bahwa apa yang kita pelajari di sini (UGM) tidaklah cukup. Harus extra work kalau mau bersaing dengan anak-anak sekolah top internasional,” tambah Jesita.
Selain Jesita, ada mahasiswi IUP angkatan 2016 juga yang mengikuti Summer Course ditambah lagi dengan Dual Degree yaitu Veronika. Ia melaksanakan Summer Course selama satu bulan di Singapore Management University (SMU) dengan beasiswa 100% dan Dual Degree selama dua tahun di University of Melbourne (Unimelb) dengan beasiswa 20%. “Untuk SMU itu dilihat dari motivation letter, CV, academic transcripts. Untuk Unimelb, dilihat dari tingginya nilai IPK semester 1-4 di UGM,” jelas Veronika. Veronika merasa ia mendapat banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga di kedua negara tersebut. “Di Australia, aku berkesempatan untuk melatih manajemen waktu dan menghadapi kegagalan. Di Singapura, aku belajar untuk memiliki rasa hormat dan menghargai keragaman.” Veronika sendiri sangat merekomendasikan untuk melakukan exposure saat kesempatan itu ada. “Pengetahuan yang didapatkan selama belajar di sana tidak ternilai harganya dan akan menjadi investasi seumur hidup,” tutupnya.
Seperti tadi disebutkan, mahasiswa reguler juga bisa exposure. Bagus, mahasiswa reguler angkatan 2015, mengikuti program Student Exchange selama satu semester di Chulalongkorn University, Thailand. Saat itu ia mendapat beasiswa dari ASEAN International Mobility for Students (AIMS). “Sudah termasuk tuition fee dan uang saku. Prosesnya cepat karena dilakukan di OIA FEB UGM saja sehingga saingan kita hanya dari satu fakultas. Seleksinya meliputi seleksi berkas dan wawancara,” jelas Bagus mengenai beasiswa yang ia peroleh.. “Menurut aku, International Exposure itu cukup penting bagi mahasiswa agar tidak membuat kita hidup dalam comfort zone kita sendiri,” sebutnya.
Di masa pandemi, program exposure tidaklah absen. Vinsa, mahasiswi IUP angkatan 2018 tetap dapat melaksanakan Summer Course di Toulouse Business School (TBS) selama tiga minggu meski kelas dilaksanakan secara daring. “Sedih sih karena harusnya bisa ke Toulouse. Tapi dari pihak TBS ternyata sudah siap banget bikin Summer Course–nya efektif jadi value added juga walaupun tidak langsung kesana,” sebutnya. Vinsa juga menambahkan bahwa daftar program ini mudah karena dibantu oleh OIA.
Jelas bahwa exposure ke luar negeri akan membawa banyak pengalaman baru. Selain itu, kita juga dapat memperluas koneksi kita. Kuliah di luar sana juga tidak akan sia-sia karena nilai yang diperoleh dapat ditransfer ke dalam transkrip nilai UGM. Sudah siap menimba ilmu di negeri orang?
Discussion about this post