Penulis: Anargha N. dan Berliana Cahya P./EQ
Foto oleh Annisa Mutiara dan Aditra A. Purnawan/EQ
Apa yang salah dari memuaskan diri sendiri? Sewajarnya tidak ada, selama tidak merugikan siapapun.
Memang sulit untuk menentukan benar dan salah atas perspektif seseorang. Bagi sebagian orang, masturbasi merupakan hal yang sangat normal dan lumrah untuk dilakukan. Tak ada rasa terganggu sedikitpun kala mendengar orang terdekat mereka melakukannya. Namun, untuk sebagian orang lainnya, aktivitas self-help ini masih dianggap tabu untuk diperbincangkan.
Masturbasi adalah aktivitas seksual yang dilakukan seseorang, dengan cara merangsang dirinya sendiri, untuk meraih kepuasan atau yang biasa disebut klimaks. “Gejolak atau rangsangan seksual yang ingin dilakukan seseorang secara individu karena mungkin dia tidak bisa atau belum boleh melakukannya secara berpasangan,” ujar Ivanna, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, menanggapi definisi masturbasi. Menurut Ivanna, setiap laki-laki dan wanita dewasa pasti memiliki keinginan itu, tetapi tidak semua dari mereka menurutinya.
Meski masih menjadi topik yang sensitif, ternyata istilah masturbasi tidak setabu itu. Penulis melakukan survei mengenai masturbasi di kalangan anak muda, hasilnya 85.1 persen dari 74 responden sudah merasa mengerti akan dampak positif dan negatif masturbasi. Mungkin karena hampir seratus persen dari mereka juga sudah pernah melakukannya. Mereka berpendapat, masturbasi adalah sarana yang tepat untuk menyalurkan hasrat seksual sekaligus menjaga diri dari seks bebas.
Mengenai normal atau tidaknya masturbasi, hal itu masih menjadi pro dan kontra di berbagai kalangan. Dalam agama, masturbasi tentu bukan hal yang dianjurkan. Dalam lingkungan sosial, masturbasi juga masih sering menjadi topik yang sensitif karena berkaitan erat dengan hal-hal berbau pornografi. “Di agamaku, itu haram. Orangtuaku juga tipe orang yang menganggap hal-hal kayak gitu itu porno, gak senonoh, parah lah“, ujar F, seorang responden yang tak ingin disebut namanya.
Stigma negatif masturbasi membuat para ‘pelaku’ jadi merasa malu, bersalah, dan yang lebih parah, depresi. Padahal, terdapat efek-efek positif yang mereka rasakan. Berdasarkan survei, masturbasi nyatanya bisa membuat mereka lebih rileks, tidur lebih nyenyak, bahkan sebagai booster saat mereka sedang berada di titik kejenuhan. Selain itu, mayoritas dari mereka melakukan masturbasi dengan aturan yang menurut mereka benar, seperti tidak berlebihan atau bahkan membuat jadwal tetap untuk melakukannya.
Terlepas dari baik dan buruknya, masturbasi juga menggiring beberapa opini. Sebanyak lima belas responden menganggap bahwa masturbasi dapat menurunkan kualitas sperma. Hal ini dibantah oleh Ivanna. Menurutnya, sperma akan terus bereproduksi dan jika tidak dikeluarkan dengan cara tertentu maka sperma akan keluar saat seseorang mimpi basah. Mitos lain seperti masturbasi akan menurunkan gairah seksual juga dibantah oleh Ivanna, “Tentu tidak, akibat adanya hormonal dan sesuai kondisi yang dewasa secara berkala akan memiliki gairah seksual.”
Menurut Ivanna, intensitas masturbasi antara laki-laki dan perempuan bisa berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah gairah seksual. Laki-laki cenderung memiliki gairah seksual yang intens dan mudah muncul sementara perempuan biasanya lebih lambat. Masturbasi menjadi hal yang wajar bagi laki-laki, namun cukup memalukan bagi perempuan. Stigma ini masih sangat menonjol, termasuk di Indonesia.
Dilansir dari Healthline, masturbasi adalah aktivitas yang umum dan normal, tetapi berbahaya jika dilakukan secara berlebihan dan menyebabkan kecanduan. Beberapa responden survei melakukan masturbasi untuk menjauhkan diri dari seks bebas, tetapi lagi-lagi opini ini kontradiktif dengan pendapat Ivanna. Menurutnya, orang yang terlalu menikmati masturbasi lama-kelamaan akan merasa kenikmatan itu semakin berkurang, dan pada akhirnya membutuhkan pelampiasan yang lebih. “Nah, karena pelampiasannya tidak tepat, maka bisa mengarah pada pelecehan seksual”, tumpas Ivanna.
Dari sudut pandang Raditya Oloan, seorang pendeta, masturbasi dapat menuntun kepada the art of manipulation. Istilah ini mengacu pada kondisi saat seseorang memanipulasi sesuatu yang salah menjadi sesuatu yang benar. Hal ini sejalan dengan salah satu responden yang mengaku bahwa masturbasi merupakan kebiasan buruk yang sudah dianggap wajar, dengan arti lain memaklumkan dosa. Selain itu, menurut responden tersebut, masturbasi hanya menurunkan stres untuk sementara. Kemudian setelah selesai melakukannya, Ia merasa stres itu kembali datang, bahkan ditambah dengan rasa penyesalan.
Pertarungan paling sulit adalah bertanding melawan diri sendiri. Kenyataannya, terdapat kegiatan positif dan produktif untuk menggantikan masturbasi. Salah satu caranya adalah berolahraga, entah itu lari atau berkunjung ke tempat kebugaran. Oleh karena itu, masturbasi bukan dijadikan alasan untuk menyenangkan diri sendiri, menurunkan stress, ataupun alasan lain. Masturbasi merupakan bentuk gairah dan diperlukan adanya kontrol diri dalam menangani gejolak ini.
Discussion about this post