Dua mahasiswa FEB berhasil terpilih menjadi koordinator Gadjah Mada Berbudaya Menginspirasi (GAMADASI), kompetisi ditingkat universitas. Mereka adalah Desinta Laras (Departemen Manajemen 2015) dan Yudhistira Pramono (Departemen Ilmu Ekonomi 2014).
Beberapa minggu lalu feed instagram mahasiswa UGM sempat dipenuhi oleh akun @gamadasi2015. GAMADASI adalah ajang duta budaya tingkat universitas. Acara ini terbagi menjadi berbagai tahap, melalui serangkaian proses seleksi dan berbagai pelatihan dengan malam penganugerahan sebagai puncak acaranya. Ajang pemilihan duta budaya ini berada dibawah naungan SP2KM (Sahabat Percepatan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa). Kegiatan yang baru diadakan pertama kali ini bertujuan untuk menjadi tonggak berdirinya gerakan mahasiswa UGM yang berbudaya.
Para peserta GAMADASI melewati tahap penyeleksian berkas dan tahap wawancara hingga terpilih 26 peserta yang akan mengikuti pelatihan sekolah budaya sebagai perbekalan diri duta budaya. Pada malam tahap penganugerahan, terpilihlah lima orang duta budaya terbaik yang akan menjadi koordinator forum duta budaya. Para duta budaya yang terpilih ini nantinya akan bersama-sama merancang program kerja dan target pencapaian yang akan dicapai selama satu tahun ke depan.
Desinta Laras dan Yudhistira, mahasiswa FEB UGM, merupakan dua dari lima finalis duta budaya tersebut. Laras mengatakan bahwa ia termotivasi untuk mengikuti ajang GAMADASI karena ketertarikannya dengan isu-isu budaya sekitar. Isu-isu budaya sekitar yang dimaksudkan adalah masalah dalam lingkungan kampus dan luar kampus. “Masalah dalam kampus seperti banyak mahasiswa luar Jogja yg mengalami culture shock, kurangnya antusiasme mahasiswa terhadap budaya di Indonesia. Sedangkan masalah diluar lingkungan kampus seperti perataan salah satu situs budaya untuk dibangun sebuah hotel di Yogyakarta dan mahasiswa tidak tergerak untuk melakukan pergerakan massa. Hal-hal itu yang membuat saya tergerak untuk mengikuti Gamadasi dan mencoba merepresentasikan kebudayaan di UGM yang notabenenya sangat heterogen, plural, serta menggerakkan massa kampus untuk memberikan kontribusi aktif di bidang budaya kepada masyarakat di luar UGM.” jelas Laras secara lengkap.
Yudhistira berbicara, “Yang jelas untuk kegiatan dari duta budaya itu sendiri akan nada diskusi rutin kebudayaan dan promosi kebudayaan nasional dan daerah di kalangan mahasiswa. Bentuknya seperti apa belum kami tentukan, karena akan segera kami rancang program kerja ini kedepannya.”
Proses seleksi Duta Budaya UGM pun menjadi suatu tantangan dan pengalaman mengesankan bagi Laras dan Yudhistira. Menurut Laras, semua finalis 26 besar adalah saingan yang berat. “Saingan berat itu semuanya, karena 26 besar finalis itu juga finalis yang telah tersaring dari tahap-tahap sebelumnya, dan mereka memiliki kompetensi yang baik.” Dalam proses seleksi, hal yang paling mengesankan bagi Yudhis dan Laras adalah tahap Sekolah Budaya. Tahapan ini tidak terlupakan karena acara tersebut diisi oleh pembicara yang kompeten dan mendapatkan ilmu baru. Materi yang dibawa tidak hanya mengenai kebudayaan, tetapi juga materi public speaking dan langkah menjadi duta yang baik, pemateri pulic speaking dari Eureka Consultant dan Fanbul.
Saat ditanya mengenai perasaan setelah menjadi 5 finalis yang terpilih, gadis ini sempat merasa bingung. “Seneng banget sih, terpilih menjadi 5 besar finalis. Artinya kami menjadi koordinator 26 duta budaya UGM. Tapi merasa menanggung beban yang besar juga sih, karena harus membawakan dan merepresentasikan budaya UGM, yang artinya bukan hanya budaya jawa(lokal) saja tetapi budaya Indonesia keseluruhan,” ungkap Laras menjelaskan perasaannya.
Setelah terpilih menjadi Duta Budaya, berbagai kegiatan untuk mempromosikan kebudayaan di kalangan mahasiswa. “Yang jelas untuk kegiatan dari duta budaya itu sendiri akan nada diskusi rutin kebudayaan dan promosi kebudayaan nasional dan daerah di kalangan mahasiswa. Bentuknya seperti apa belum kami tentukan, karena akan segera kami rancang program kerja ini kedepannya,” jelas Yudhis
Sekali lagi selamat untuk Yudhis dan Laras. Semoga bisa terus membawa harum nama FEB UGM dan menginspirasi mahasiswa FEB lainnya untuk terus berkarya beprestasi!
(Maulidya Putri, Tsuraiyya/EQ)