Keadaan bumi pertiwi semakin hari semakin menangis. Para penghuninya tak lagi peduli, hanya mementingkan kepraktisan untuk mendukung aktivitas mereka sendiri, salah satunya penggunaan plastik. Penggunaan plastik kian menumpuk dan pengolahan limbah kian tak terkendali. Akan tetapi, ternyata masih ada orang yang peduli dan menyuarakan ke publik. Adalah Whitespace dan Rumah Budhe, salah dua contoh kafe yang menerapkan konsep eco-friendly.
Tren kafe dengan konsep eco-friendly di Yogyakarta memang sedang cukup berkembang. Menurut Minan selaku barista Whitespace, kafe yang berada di Yogyakarta sebagian besar sudah mengurangi penggunaan plastik. “Kafe-kafe kebanyakan sudah menerapkan eco-friendly, kayak di Simetri sudah mulai mengurangi penggunaan plastic straw dan di Hayati juga begitu. Rata-rata sudah kayak begitu semua,” ungkap Minan. Tentunya ini menjadi berita baik karena ternyata masyarakat sudah mulai peduli mengenai hal ini.
Penyebabnya dijelaskan Minan. “Perkembangan kafe eco-friendly yang saya tahu, untuk saat ini sudah mulai rame banget karena kampanye-kampanye mengenai eco-friendly semakin banyak. Untungnya masyarakat di sini juga merespon positif tentang mengurangi penggunaan plastik dan sebagainya,” jelas Minan perihal menjamurnya kampanye ini. Senada dengan Minan, Eggi selaku barista Rumah Budhe juga sependapat mengenai hal tersebut. “Perkembangan restoran eco-friendly cepat karena memang sedang hype di kalangan masyarakat,” jelas Eggi.
Eco-friendly ala Whitespace dan Rumah Budhe
Whitespace merupakan kafe di Yogyakarta yang mendukung konsep eco-friendly. Sesuai namanya, Whitespace memiliki warna tema putih yang dipadu dengan tanaman dan interior kayu sehingga bangunan tersebut seakan mendukung konsep ramah lingkungan pula. Konsep eco-friendly yang diterapkan oleh Whitespace dimulai dengan meminimalisir penggunaan plastik sebagai wadah sekali pakai. “Whitespace sudah mulai menggunakan paper straw dan stainless straw,” jelas Minan. Namun, Whitespace mengaku masih menggunakan plastik dalam kondisi tertentu, yakni gelas plastik untuk kemasan take away.
Langkah ampuh kampanye ramah lingkungan ini dilakukan dengan memberikan diskon 50% pada semua menu setiap hari Rabu. Syaratnya adalah membawa tumbler untuk pembelian. Hasilnya pun signifikan. Pelanggan pada hari Rabu menjadi lebih ramai dengan diberlakukannya promo tersebut.
Di sisi lain, Rumah Budhe menawarkan konsep restoran eco-friendly dengan mengurangi penggunaan plastik dalam menyajikan kepada pelanggan. Peralatan yang mereka gunakan ramah lingkungan, seperti nampan kayu dan gelas kaca. Uniknya, Rumah Budhe sengaja tidak bekerja sama dengan fitur tersebut. Hal ini karena harus menyediakan kemasan antar plastik yang tidak sesuai dengan konsep restoran ini. Jadi, pendapatan mereka murni dari pelanggan yang datang.
Dalam pengolahannya, Rumah Budhe masih dikatakan semi-eco-friendly karena dalam pengolahan limbahnya masih sama dengan restoran pada umumnya. Selain itu, restoran ini masih menjual minuman botol plastik dan menyediakan tisu. Mengenai minuman kemasan yang dijual, Rumah Budhe juga telah menyediakan dispenser air putih gratis.
Kafe Eco-friendly: Kendala dan Inovasi
Patut dipahami bahwa penerapan kampanye ramah lingkungan memiliki kendala dari segi biaya yang melonjak. Biaya yang dibutuhkan untuk penerapan eco-friendly tentunya lebih besar. “Saat memulai usaha membutuhkan modal yang lebih besar karena harus pengadaan peralatan lebih banyak. Barang-barang tersebut juga membutuhkan perawatan yang lebih agar bisa digunakan lebih awet,” jelas Eggi. Minan pun mengamini hal yang sama. “Biaya untuk restoran eco-friendly lebih besar karena harganya bisa 2-3 kali lipat dari plastik.” Hal ini jelas menjadi tantangan bagi Whitespace, Rumah Budhe, maupun kafe lain untuk menerapkan eco-friendly.
Selain itu, barista maupun karyawan dari restoran tersebut harus memberi perhatian yang lebih besar pada alat-alat yang mereka gunakan. “Dampaknya kepada treatment barista karena mereka harus bekerja lebih. Restoran yang menggunakan gelas mengharuskan karyawan mencuci dan merawat peralatan yang rentan pecah dengan lebih hati-hati,” jelas Eggi lebih lanjut.
Namun, kendala yang terjadi tidak membuat kedua kafe ini berhenti melakukan inovasi. Inovasi yang akan diterapkan Whitespace ke depannya adalah dengan menghentikan penggunaan kantong plastik dan gelas plastik. Whitespace berharap mereka bisa menemukan alternatif yang lebih baik untuk melayani pelanggan take away ke depannya. Untuk Rumah Budhe, mereka akan berfokus pada peningkatan visual dan pelayanan pada konsumen.
Semua usaha serta inovasi yang dilakukan akan sia-sia jika hanya didengar tanpa dipraktikkan. Tidak melulu harus melakukan hal besar, memulai dari hal kecil adalah langkah yang baik. Bumi telah baik dan peduli kepada kita yang menumpang, apakah ucapan terima kasih dilakukan dengan membuatnya semakin tersiksa?
(Aning Era Reformasi dan Alfryda Nabila Permatasari/EQ)
Discussion about this post