Perdebatan panjang mengenai pembangunan kilang Blok Masela akhirnya tuntas juga. Pada Rabu (23/3), Presiden Joko Widodo memutuskan kilang pengolahan gas Blok Masela dibangun di darat. Sebelumnya, perdebatan mengenai pembangunan kilang Blok Masela terjadi antara Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Sudirman Said, dengan Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli. Pendapat yang berseberangan sering terjadi antara keduanya. Rizal Ramli condong mendukung pembangunan kilang pengolahan gas di darat (onshore), sedangkan Sudirman Said mendukung pembangunan di laut (offshore). Tak pelak keputusan presiden ini dinilai sebagai kemenangan Rizal Ramli.
Setelah pengumuman dirilis oleh Presiden Jokowi, Rizal Ramli kebanjiran SMS masuk berupa ucapan terima kasih dari masyarakat Maluku. Rizal Ramli mengatakan bahwa pembangunan kilang tersebut akan bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat Maluku. Keputusan Presiden Jokowi juga mendapatkan apresiasi dari Gubernur Maluku, Said Assagaff. Said Assagaff juga sependapat dengan Rizal Ramli bahwa pembangunan kilang di darat akan membawa kesejahteraan bagi rakyat Maluku. Ditetapkannya pembangunan kilang gas Blok Masela di darat meningkatkan optimisme warga Maluku akan masa depan Maluku. Selain berpotensi menghasilkan keuntungan miliaran rupiah, pembangunan di Maluku juga diprediksi akan semakin berkembang mengejar ketertinggalan pembangunan dengan pulau besar lainnya seperti Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Untuk membangun kilang, dibutuhkan infrastruktur yang memadai seperti jalan raya dan pelabuhan. Efeknya, kualitas infrastruktur di Maluku akan meningkat sehingga dapat meminimalisir biaya distribusi. Di Indonesia, biaya distribusi menjadi mahal karena buruknya akses yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Selain pembangunan infrastruktur, pembangunan kilang gas Blok Masela juga berpotensi untuk mengembangkan dunia industri. Industri membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitasnya. Gas alam merupakan salah satu bahan baku energi. Dengan kilang pengolahan gas tersebut dapat menambah stok energi yang dimiliki. Apalagi gas yang terkandung di Maluku sangat besar. Jika pengolahan berhasil maka akan menghasilkan keuntungan yang besar. Namun, pembangunan kilang di darat ini tidak sepenuhnya tanpa hambatan. Kemungkinan Indonesia bisa kehilangan dua investor proyek pembangunan kilang yaitu INPEX (Jepang) dan Shell (Belanda). Kedua perusahaan tersebut sebelumnya mengajukan skema kilang lepas pantai. Padahal kerjasama dengan kedua perusahaan tersebut sudah dilakukan sejak 1988. Hal ini menimbulkan kesan pemerintah tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), proyek Blok Masela direncanakan dengan skema kilang lepas pantai.
INPEX dan Shell telah menyusun rencana pengembangan (Plan of Development) untuk pembangunan kilang lepas pantai. Keputusan yang diambil oleh Presiden Jokowi tak pelak membuat kedua investor tersebut mengkaji ulang rencana pembangunannya. Sebelumnya mereka sudah memberikan perhitungan biaya bahwa kilang lepas pantai-lah yang lebih murah dibandingkan dengan kilang darat.. Timbul kekhawatiran akan terjadi penurunan kepercayaan investor terhadap Indonesia. Penyusunan rencana pengembangan akan dimulai dari awal lagi karena rencana pengembangan yang sudah jadi diperuntukkan bagi kilang lepas pantai. Penyusunan ini akan memakan waktu yang lama dan merugikan investor. Belum lagi waktu untuk melakukan pembangunan kilang yang akan molor. Pembangunan kilang yang mundur menyebabkan operasi pengolahan gas juga ikut mundur. Dampaknya Indonesia akan mengalami kerugian karena pengolahan gas yang tidak segera terealisasi. Penerimaan yang harusnya segera diperoleh Indonesia akan tertunda. Belum lagi pengaruh inflasi.
Harga minyak yang berfluktuasi seharusnya menjadikan gas sebagai alternatif energi yang menjanjikan. Namun, pembangunan kilang yang tertunda akan menyebabkan energi alternatif baru bermunculan. Permasalahan lain yang muncul pada pembangunan kilang darat blok Masela adalah pembebasan lahan. Berbeda dengan kilang lepas pantai yang kepemilikan lautnya tidak bisa diakui oleh swasta, kepemilikan tanah bisa diakui oleh swasta. Hal itu menyebabkan pembebasan lahan bisa menelan biaya yang besar. Belum lagi lamanya melakukan negosiasi dengan tuan tanah.
Ada isu berhembus bahwa tanah yang akan dijadikan lokasi proyek kilang blok Masela telah dibeli secara bertahap oleh beberapa pembesar setempat. Mereka membeli tanah dari warga dengan alasan untuk mengembangkan usaha mereka. Tanah yang mereka beli telah diberi patok sebagai penanda. Dengan diputuskannya pembangunan kilang darat, dikhawatirkan para pembesar setempat membeli lagi tanah di sekitar lokasi proyek. Sudah pasti harga tanah yang dijadikan lokasi proyek kilang darat akan meningkat karena proyek tersebut sangat strategis dan potensial. Namun, dengan berbagai pertimbangan tersebut, proyek blok Masela tetaplah menjanjikan. Apakah keputusan yang diambil oleh Presiden Jokowi sudah tepat? Pertanyaan tersebut akan terjawab belasan tahun ke depan.
(Bernadus Ade Febrianto Nugroho/EQ)
Sumber gambar: CNNIndonesia
Referensi:
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/23/13501001/Presiden.Putuskan.Blok.Masela.Dibangun.di.Darat
http://regional.kompas.com/read/2016/03/23/15523111/.Terima.Kasih.Pak.Presiden.Keputusan.Tepat.untuk.Blok.Masela.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/24/164424726/Blok.Masela.Jadi.Dibangun.di.Darat.Rizal.Ramli.Kebanjiran.SMS
http://ekbis.sindonews.com/read/1095781/34/pemerintah-akan-kerepotan-bangun-kilang-blok-masela-di-darat-1458895933
http://ekbis.sindonews.com/read/1095764/34/dpr-nilai-pemerintah-tidak-konsisten-soal-blok-masela-1458891561
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160324_indonesia_migas_masela