Oleh: Gita Mulda Ningsih (Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Ilmu Hadis)
Covid-19 adalah singkatan dari coronavirus disease-2019. Covid-19 adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang berasal dari Wuhan, Cina. Penyakit ini adalah penyakit baru yang mudah menular dan belum pernah ditemukan dan mewabah di Cina. Kemudian menjadi pandemi bagi seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.
Penularan virus corona dengan cepat ke berbagai belahan dunia ini merupakan salah satu bentuk dari arus globalisasi. Arus globalisasi merupakan integrasi interkoneksi antar negara dengan mudah. Terjadi karena adanya kesamaan minat dan kesamaan pikiran antar anggota negara. Hal ini menyebabkan pertukaran pemikiran, juga pertukaran produk antar negara sehingga terjadi kegiatan ekspor dan impor.
Arus globalisasi mempunyai dampak yang sangat besar pada kehidupan manusia dari berbagai aspek, seperti aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Tentunya arus globalisasi ini memberikan dampak positif dan negatif bagi manusia dan dunia. Dampak positif dari arus globalisasi itu sendiri adalah berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dan kehidupan sosial ekonomi yang meningkat. Sehingga hal inilah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para generasi muda Indonesia agar tidak tertinggal oleh negara lain. Selain dampak positif tentunya arus globalisasi juga mempunyai dampak negatif. Dampak ini berpengaruh sangat besar bagi manusia dan dunia disetiap aspeknya. Contohnya kehilangan jati diri bangsa, terbentuk pola hidup konsumtif, munculnya sikap individualistis, pragmatisme, materialisme, hedonisme, dan sifat konsumerisme pada diri seseorang.
Arus globalisasi yang berkembang pesat ini akan menjadi malapetaka dan bahaya apabila tidak digunakan sebaik mungkin dan apabila tidak ditempatkan di tempat yang seharusnya. Misalnya, virus corona yang sedang menjadi trending topic ini. Virus corona yang datang ke Indonesia bisa disebutkan sebagai bahaya dan malapetaka dari pengaruh globalisasi yang tidak terkendali. Sebagai salah satu sumber penyebaran virus corona, transportasi menjadi ancaman terbesar bagi kelanjutan hidup bangsa ini. Keterlambatan pemerintah Indonesia dalam pencegahan virus corona menjadi hal yang sangat disayangkan. Jauhnya letak Indonesia dengan tempat asal munculnya corona seharusnya memungkinkan Indonesia untuk mencegah kedatang virus tersebut apabila dilakukan lockdown dengan negara lain sejak awal munculnya virus. Akan tetapi, sekarang virus tersebut telah masuk ke Indonesia dan telah memakan ribuan korban di Indonesia. Maka hal yang dapat kita lakukan sekarang hanyalah berdoa dan tetap dirumah saja untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang belum ditemukan vaksinnya ini.
Kedatangan virus corona juga memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan sosial budaya dan agama. Rutinitas sehari-hari seperti mencari mata pencaharian bagi pedagang, nelayan, ataupun para pegawai dan orang-orang yang keluar rumah untuk bekerja setiap hari, harus berdiam diri dirumah. Demi mematuhi peraturan pemerintah agar dapat terhindar dari virus tersebut. Bahkan tidak sedikit pegawai-pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dampak dari wabah virus corona. Para pelajar yang seharusnya menuntut ilmu dengan datang ke sekolah harus belajar dirumah saja. Jalanan pun yang biasanya dipadati oleh kendaraan yang berlalu lalang, para pedagang, ataupun para pejalan kaki kini lenggang tidak ada yang beraktifitas disana. Dengan datangnya virus corona ini sikap individualistis dalam diri manusia semakin meningkat. Bahkan hanya untuk bertegur sapa pun sangat sulit dilakukan.
Virus corona memberi pengaruh yang sangat besar pada agama, khususnya bagi kita umat muslim dan juga umat beragama lainnya. Bagi umat muslim yang sekarang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, tentu Ramadhan tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi untuk yang sedang merantau jauh dari kampung halaman. Kebiasaan mudik lebaran bertemu sanak saudara menjadi hal yang dilarang sekarang. Dulu, pelukan dari orang tersayang seperti orang tua merupakan bentuk kasih sayang. Akan tetapi sekarang berjauhan bahkan untuk tidak bersalaman pun merupakan bukti cinta dari orang tersayang. Kebiasaan sholat tarawih dimasjid yang sering dinantikan para mu’min pun sangat berbeda di tahun ini. Kini, sholat tarawih tidak boleh dilakukan di masjid, dan dianjurkan untuk sholat tarawih di rumah masing-masing. Kebiasaan lain yang telah menjadi budaya umat muslim di Indonesia seperti ngabuburit, atau bukber (buka puasa bersama). Sekarang, menjadi hal sangat tidak diperbolehkan.
Bagi umat kristiani pun tidak jauh berbeda. Mereka yang biasa menjalankan ibadah di gereja pada hari-hari tertentu harus digantikan dengan ibadah online. Bahkan di hari paskah yang jatuh pada 12 April 2020. Biasanya gereja-gereja dipenuhi umat yang beribadah. Akan tetapi tahun ini kosong dan mereka dianjurkan untuk tetap beribadah di rumah. Hal ini pun mungkin akan terjadi pada umat muslim. Pada saat perayaan lebaran, sholat idul fitri biasa dilakukan di lapangan terbuka. Untuk tahun ini, belum tentu akan seperti apa. Karena sholat tarawih di masjid pun sudah dilarang. Apa lagi dengan sholat ied yang bisa mencapai ratusan orang disetiap jama’ahnya. Maka kemungkinan besar untuk sholat ied di daerah yang berzona merah tahun ini akan ditiadakan dan digantikan dengan solat ied di rumah saja.
Sebagai makhluk sosial dan umat beragama, yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa agar terhindar dari virus ini. Semoga virus tersebut segera lenyap dari muka bumi sehingga kita dapat melakukan hal yang biasa kita lakukan. Apabila mempunyai rezeki lebih hendaklah kita bersedekah dengan membantu orang sekitar yang kurang mampu. Karena di saat pandemi ini banyak orang yang kehilangan pekerjaannya karena terkena PHK masal atau dirumahkan. Banyak pula pedagang yang tidak bisa berdagang karena situasi yang tidak memungkinkan. Sehingga bagi mereka untuk makan sehari-hari pun sangat susah.