Pada Selasa (7/3), terdapat pemandangan berbeda yang terlihat di Jalan Olahraga. Jalan yang biasanya terlihat lengang untuk dilewati ini kini mulai terlihat ramai oleh tumpukan kendaraan. Hal itu dikarenakan mulai diberlakukannya sistem karcis kuning oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) selaku pengelola jalan tersebut. Maksud dari diterapkannya sistem karcis kuning ini adalah memberikan tanda pada setiap kendaraan yang masuk ke lingkungan UGM. Karcis kuning ini diberikan kepada masyarakat, sedangkan untuk civitas academica UGM hanya perlu menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) atau kartu pegawai. Sebelumnya, sistem karcis kuning ini diterapkan di portal UGM yang terletak di utara Masjid Kampus UGM.
Kepala bidang keamanan dari Pusat Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (PK4L), Nursulistiyo, mengklaim bahwa uji coba yang dilakukan pada hari Selasa terbilang lancar. Meskipun pada pelaksanaannya terdapat sedikit kendala seperti adanya demo dan arus kendaraan sedikit tersendat, menurutnya hal tersebut termasuk wajar untuk penerapan kebijakan baru. “Itu wajar, kan wajib dicoba. Akan tetapi harus ada perbaikan. Hari ini (8/3), kan lebih baik daripada kemarin,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa apabila terjadi kemacetan, PK4L telah menangani hal tersebut dengan mempersilakan setiap kendaraan untuk masuk tanpa karcis kuning. Akan tetapi, pengendara wajib menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) ketika kendaraan hendak keluar dari lingkungan kampus.
Pemindahan portal masuk UGM ini bertujuan untuk menertibkan dan meningkatkan kenyamanan dari civitas academica UGM. Selain itu, kebijakan ini diterapkan untuk meningkatkan keefektivitasan dari adanya karcis kuning sehingga kendaraan yang masuk ke lingkungan UGM lebih terkendali dan mengurangi risiko tindakan kriminal yang dapat terjadi. Menurut Nursulistiyo, jalan di utara Masjid Kampus (portal sebelumya) lebih luas sehingga memerlukan tenaga ekstra untuk melakukan pengawasan daripada portal terletak di Jalan Olahraga.
Dengan kebijakan baru tersebut, UGM terkesan ingin mengekslusifkan diri demi mencapai cita-citanya menjadi kampus “educopolis”. Kampus educopolis adalah kampus dengan kondisi lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan sinergi interdisiplin dan tanggap terhadap isu ekologis. Demi mencapai cita-cita tersebut, UGM terkesan mengesampingkan kepentingan masyarakat dan seakan lupa mengenai sejarah dari tanah UGM. Akan tetapi, Nursulistiyo membantah hal tersebut. Ia mengatakan bahwa mungkin salah satu tujuan dari adanya pemindahan portal ini adalah demi terwujudnya kampus educopolis, tetapi UGM tidak pernah lupa akan asal-usulnya. “UGM tidak pernah lupa (asal-usulnya), masyarakat sekitar dibantu (perekenomiannya) oleh (keberadaan) UGM,” jelas Nursulistiyo.
(Graini Annisa & Made Lanang Ray / EQ)
Gambar/ilustrasi: bulaksumur.ugm.com
Discussion about this post