Demi memberikan inspirasi dan memberikan gambaran mengenai dunia kerja kepada mahasiswa, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) bersama Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) FEB UGM mengadakan acara Alumni Insight. Acara ini juga menjadi salah satu dari serangkaian acara dalam rangka Dies Natalis FEB UGM ke-62.
Acara yang mengusung tema “Through Hardships to Success” kali ini dilaksanakan pada Sabtu (16/09) di Djarum Hall Pertamina Tower FEB UGM. Empat alumni FEB UGM diundang untuk menjadi pembicara, yakni Tony Prasetiantono selaku Komisaris Independen Bank Permata, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra selaku Direktur Utama PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Eddy Manindo Harahap selaku Direktur Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Dwi Bagus Handoko selaku Chief Executive Officer Karka Group serta salah seorang mahasiswi Ilmu Ekonomi 2014, Tsuraiyya Fadhila, sebagai moderator. Para pembicara diundang untuk membagikan pengalaman, lika liku meniti karir, dan pahit manisnya menyelami dunia kerja.
Pembicaraan diawali oleh Tony Prasetiantono dan Askhara Danadiputra. Pada sesi ini, Tony mengajak para peserta agar berani berkorban untuk mencapai masa depan. Ia mengungkapkan bahwa tanpa ada pengorbanan, baik waktu, tenaga maupun materi, kesuksesan tidak akan bisa dicapai. Pengorbanan yang pernah beliau lakukan adalah sempat menolak beberapa tawaran menjadi Menteri Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas) demi melanjutkan kuliah magisternya (S2) di University of Pennsylvania, USA. Jadi, masa jatuh bangun dalam melakukan suatu proses pasti ada dalam merangkai suatu tujuan.
Sebelum Tony menjadi seorang komisaris Bank Mandiri, ia pernah ditolak sebagai seorang staf ahli menteri Bappenas. Masalahnya adalah tingkat golongan jabatan masih rendah, sedangkan untuk posisi jabatan tersebut diperlukan seseorang dari tingkat jabatan eselon. Rencana yang baik, pasti hasilnya baik pula. Namun, hal ini dirasakan berbeda oleh Tony karena beliau sejak masa muda tidak memiliki rencana detail mengenai masa depannya. Ia merasa bahwa karier dan sukses yang dimiliki adalah dengan produktif dan mampu membidik kesempatan yang ada.
Senada dengan Tony, Askhara setuju bahwa kesuksesannya yang diraih saat ini dilalui dengan merasakan kegagalan terlebih dahulu. Akan tetapi, pria yang kerap disapa Ari ini menambahkan bahwa hidup harus dijalani dengan fun sehingga aktivitas yang dijalankan memang dijiwai dan tidak dibawa beban. “Jika anda terus menerus bergerak di titik yang sama, hidup anda tidak fun,” ungkap Ari. Ketika menjadi Direktur Utama, Ia mencoba terapkan prinsip ini dalam budaya kerja di PT. Pelindo III. Sebagai contoh, ada aturan memperbolehkan para pegawai mengenakan celana jeans mulai dari hari Rabu hingga Jumat. Dengan atmosfer kerja yang fun, ide dan pemikiran baru diharapkan dapat muncul dan mampu memberi kontribusi bagi perusahaan. Selain gembira, Ia menambahkan pentingnya faktor personal brand sebagai nilai tambah bagi para pencari kerja.
Sesi kedua diisi oleh Bagus Handoko dan Eddy Manindo. Bagi Bagus, hidup adalah pilihan. Tanggung jawab dan perencanaan yang matang sangat diperlukan agar masa depan seseorang baik. Ia bercerita, sudah merencanakan bisnis sejak kuliah tingkat satu (tahun pertama) dan berkembang sampai memilki tiga perusahaan setelah ia lulus kuliah. Ia memilih berkarir di bidang bisnis sebagai pilihan hidupnya.
Berbeda dengan Bagus, Eddy Manindo merupakan satu-satunya narasumber yang berasal dari dunia birokrasi. Berdasarkan pengalamannya, ia menyimpulkan bahwa kesuksesan harus dimulai dari bawah. Pada dunia birokrasi atau pemerintahan, sangat jarang terjadi orang yang mampu memperoleh jabatan yang tinggi di awal karirnya. Oleh sebab itu, setiap aparatur yang menempati posisi puncak di instansi tertentu pasti pernah merasakan posisi sebagai staf atau pegawai. Ia bercerita, pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika menjadi staf di Bank Indonesia (BI). Pada awal karirnya di BI, ia menyebut bahwa sebagian besar tugasnya kala itu adalah memfotocopy dokumen. “Karena pengalaman ini (fotocopy), sampai sekarang saya masih cekatan melakukan fotocopy sendiri layaknya petugas fotocopy,” ceritanya sambil mengenang. Ia mengatakan, kesuksesan harus dilalui melalui proses. Salah satu proses yang ia lalui ketika menjadi staf di BI adalah dipercaya untuk memeriksa aturan dan kebijakan BI sebelum ditandatangani oleh Direktur.
Berdasarkan kisah dan pengalaman yang diceritakan, semua narasumber setuju bahwa tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai dengan cara yang instan. Posisi penting yang mereka raih saat ini merupakan buah dari kerja keras selama bertahun-tahun. Mereka berpesan, agar senantiasa menghargai dan menjalankan setiap proses yang ada, terutama saat mengalami sebuah kegagalan. Harapannya, kita tidak takut untuk berkorban demi meraih cita-cita di masa depan. Selain itu, bekal diri berupa ketrampilan, sikap, dan diferensiasi sebagai nilai tambah serta pembeda dengan orang lain juga penting untuk diasah semasa menjadi mahasiswa.
Di akhir acara, PT. Pelindo III mengadakan sesi kuis yang berhadiah beberapa doorprize berupa dua sepeda dan tiga tiket pesawat dengan tujuan kampung halaman. Selain itu, dua orang penanya terbaik juga mendapatkan cinderamata dari panitia. Sebagai bentuk kepedulian alumni terhadap kampus, Angkatan 92 FEB UGM memberikan sumbangan berupa sepeda kepada mahasiswi Ilmu Ekonomi 2016, Eunike Immanuella B. Sepanjang acara berlangsung, respon baik datang baik dari pembicara, peserta, maupun panitia.
(Ayom Purwahadikusuma, Gerardo Gani Perkasa/EQ)