Oleh: Mila Nadia/EQ
Saat ini, tren incubator platform tengah digandrungi oleh mahasiswa. Incubator platform adalah lembaga yang menyediakan proses pembinaan bagi usaha kecil atau produk baru. Di Indonesia sendiri, awal kemunculan incubator platform merebak seiring dengan bertambahnya angka pengguna internet yang didukung oleh kualitas jaringan yang meningkat sehingga banyak bermunculan inovasi bisnis. Selain itu, adanya regulasi dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (Kemenristek/BRIN) yang menyebutkan bahwa perguruan tinggi wajib mempunyai inkubator, juga mendorong program ini lahir di lingkungan perkuliahan.
Umumnya, proses inkubasi bisnis terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, pengembangan, lanjutan hingga pascainkubasi. Dilansir dari wartaekonomi (19/3/19), sebanyak 87% bisnis yang mengikuti program inkubasi dapat bertahan lebih baik dibandingkan yang lainnya. Di Universitas Gadjah Mada terdapat incubator platform yang bernama Innovative Academy. Kemudian ada juga inkubator-inkubator kecil yang mulai tumbuh seperti hebe yang merupakan platform jebolan alumni mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).
Berangkat dari keresahan akan banyaknya ide bisnis yang terhenti tanpa adanya realisasi, Kristoforus Aditya atau yang lebih akrab disapa Kris, bersama dua pendiri lainnya mantap untuk membangun hebe. Berbeda dengan inkubator lain, hebe memilih anggapan sebagai rekan bisnis. “Untuk sekarang, kami masih bagi menjadi dua sektor, yaitu mentoring dan pendanaan serta mentoringnya saja,” jawab Kris. Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa saat kelompok bisnis tersebut butuh mentoring dan pendanaan, maka hebe akan ikut berinvestasi di dalamnya. Kemudian, bagi mereka yang hanya membutuhkan mentoring saja, hebe akan memfokuskan pada strategi dan operasional bisnis.
Selama pembentukan hebe, Kris mengaku banyak suka duka yang dialami. Sejak awal pembentukan hebe, feedback yang diberikan oleh orang-orang sangat baik. Hal ini membuat dia dan rekannya semakin mantap dan yakin untuk membangun hebe. Namun, ia pun mengungkapkan kesedihannya karena saat ini cukup sulit untuk berinteraksi secara langsung dengan hebe family karena Corona. Meskipun demikian, program tetap berjalan secara daring melalui media sosial hebe. “Kami juga aktif di berbagai media, seperti Instagram, LinkedIn, Facebook, dan lain-lain. Jadi, buat teman-teman yang penasaran bisa terus ikuti kami disitu,” pungkasnya.
Dari perspektif seorang mahasiswa yang mengikuti program inkubasi bisnis, program ini cukup memberikan manfaat. Hal tersebut diungkapkan Fanan, mahasiswa manajemen 2018 FEB UGM. “Senang karena tambah relasi dan pengalaman juga. Terakhir kami belajar Social Business Model Canva (SBMC) di Creative Hub (incubator platform yang diikuti),” tutur Fanan singkat dan jelas. Kelas tersebut masih tergolong di tahap awal karena ia dan rekan-rekannya baru satu bulan bergabung.
Ia juga menambahkan bahwa program inkubasi ini berlangsung selama satu semester hingga satu tahun lamanya. Selama kurun waktu tersebut, kelompok-kelompok bisnis akan terbagi ke dalam beberapa kelas materi dengan anggota kelompok yang ikut berjumlah 2-3 orang perkelompok. Mengenai alasan ketertarikannya dengan incubator platform, ia berkata, “Adanya program seperti ini, menjadi jalan bagi kami yang ingin mencoba pengalaman baru di bisnis.”
Pandangan lain pun ikut diberikan oleh Rangga Almahendra, dosen aktif FEB UGM. Menurutnya, program inkubasi bisnis ini sesuai dengan misi FEB, yaitu to develop leaders. “Kepemimpinan itu luas artinya, bisa kepemimpinan intelektual, manajerial, sosial, dan lain sebagainya. Untuk inkubasi bisnis sendiri lebih cocok untuk melatih kepemimpinan berwirausaha,” jelas Rangga, “bukan hanya enterpreneurship saja, tapi juga socialpreuneurship-nya harus ada.“
Rangga juga menjelaskan bahwa saat ini Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) mempunyai standar kurikulum baru yang mengarah pada Competency Based Education (CBE). Oleh karena itu, program seperti ini dapat melatih kompetensi mahasiswa setelah lulus dari perkuliahan. “Kalau bisa jangan hanya interdisipliner saja tapi juga harus coba multidisipliner dengan teman-teman dari fakultas lain,” ujar Rangga. Pernyataan ini didasarkan pada realita di dunia kerja yang sebenarnya. Mengenai kriteria mahasiswa yang ideal untuk ikut program, ia menyampaikan bahwa semua bisa ikut selama ada panggilan untuk mau bermanfaat bagi masyarakat. Ia mengatakan bahwa passion inilah yang harus ditanam sejak menjadi mahasiswa baru FEB.
Dengan demikian, adanya program Inkubasi bisnis ini ternyata bermanfaat bagi mahasiswa yang tertarik dengan bisnis. Bagi mahasiswa yang serius ingin menekuni dunia bisnis, kegiatan ini dapat dikatakan sebagai pelengkap perkuliahan untuk menunjang minatnya tersebut. Beberapa tips yang dapat diambil sebelum dan saat ingin bergabung ke dalam incubator platform antara lain: punya niat dan keinginan untuk ikut, cari rekan tim yang memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, pilih inkubator yang latar belakangnya baik serta dapat menambah nilai bagi kelompok bisnis, dan terakhir jangan pernah merasa takut atau ragu.
Discussion about this post