Sabtu lalu (8/10) di luar Auditorium Koinonia Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta terlihat kerumunan anak-anak muda yang saling berkenalan guna memperluas relasi. Mereka ternyata tengah mengikuti rangkaian acara IMPACT Jogja, sebuah program rutin komunitas Young On Top (YOT) berbentuk seminar yang bertujuan untuk menginspirasi generasi muda di seluruh Indonesia agar sukses saat usia muda. Senada dengan tujuan IMPACT, menjaring relasi seluas mungkin dipercaya oleh Billy Boen, Founder YOT sebagai kunci sukses anak muda untuk meraih kesuksesan.
Billy Boen menjelaskan bahwa latar belakang ia mendedikasikan dirinya untuk kesuksesan anak muda adalah karena antusiasme pembaca buku pertamanya yang berjudul Young On Top begitu besar, dengan begitu ia yakin ada banyak anak muda yang ingin meraih kesuksesan di usia dini. Namun, untuk meraih kesuksesan tidaklah seperti membuka keran lalu keluar uang, melainkan harus diupayakan dengan langkah konkret. “Terlalu banyak anak muda yang hanya bermimpi dan omdo (ngomong doang). Yang kami (komunitas YOT) undang di sini (anak muda) yang mau berjuang dan punya mimpi. Diharapkan teman-teman benar-benar mengambil langkah konkret setelah mendengar kisah para pembicara nantinya,” pungkas Billy.
IMPACT Jogja merupakan acara IMPACT ke-9 yang sebelumnya telah dilaksanakan di 8 kota besar lainnya. Tiga pembicara inspiratif yang mengisi acara ini adalah Founder YOT sendiri, Billy Boen, Owner Franchise Babarafi, Nilam Sari, Founder PicMix, Calvin Kizana dan turut mengisi acara, (Bung) Tities Widyatmiko selaku Redaktur Eksekutif Brilio.Net. Mereka telah melalui proses yang panjang untuk mencapai kesuksesannya baik itu di dunia wirausaha maupun dunia profesional.
Calvin Kizana memberikan pengalamannya saat pertama kali menemukan passion di bidang entrepreneurship. Ia bercerita bahwa passion ini sudah muncul sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) ketika ia mulai membuka taman bacaan. Beranjak ke bangku SMA, ia pernah meretas komputer sekolah dengan menyebarkan virus rakitannnya sendiri. Gurunya menyadarkannya bahwa ia memiliki kemampuan di bidang TI (Teknologi Informasi) dan menyarankan untuk mengembangkan bakat tersebut untuk hal yang berguna. Lalu ia terinspirasi untuk membuat program pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) pertama yang menggunakan program komputer, di sinilah ia menyadari bakatnya di bidang TI.
‘Build your skill first before your passion’ (Bangun keterampilanmu dahulu sebelum mengejar apa yang kamu sukai), merupakan kunci yang mengantarkan Calvin untuk berkuliah di jurusan Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara (BINUS). Untuk membiayai kuliahnya ia bekerja sebagai freelancer di berbagai perusahan berbau TI, salah satunya Apple Indonesia.
Setelah itu ia beralih menciptakan perusahaan kecil yang membuka jasa programming bagi mahasiswa BINUS bersama teman-temannya. Namun karena kesibukan masing-masing, perusahaan ini tidak bertahan lama. Hal ini juga terjadi pada dua perusahaan lain yang pernah ia dirikan. “Tiga perusahaan pertama di awal karier saya gagal. Tapi saya belajar banyak hal terutama cara mengatur founder, mencapai ekspektasi client dan mengatur waktu,” ucapnya.
Seusai meraih gelar sarjana Calvin hijrah ke Singapura dan Amerika untuk bekerja sebagai karyawan profesional lalu kembali ke Jakarta. Melihat bahwa ilmu dan pengalamannya sudah cukup terkumpul maka ia kembali membuat sebuah perusaan out-sourcing bernama Elasitas. Elasitas didirikan pada tahun 2002 untuk membantu mobile company dalam menyediakan dan mengembangkan aplikasi-aplikasi mobile. Elasitas sukses bertahan selama 10 tahun di bawah pimpinan Calvin, lalu ia menjual perusahaan ini dan mulai mendirikan PicMix.
PicMix merupakan aplikasi media sosial sejenis Instagram yang diluncurkan di Blackberry Store. Aplikasi ini viral dengan 1 juta pengguna hanya dalam dua bulan. Ia mengaku bahwa kesuksesan ini merupakan 50% keberuntungan dan 50% hasil riset terhadap permintaan pasar (2012 selfie mulai digemari). Berkat kesuksesannya PicMix berhasil menyabet berbagai penghargaan termasuk EY Technology and Digital Entrepreneur of The Year 2014 Award oleh Ernest and Young. Terlepas dari kesuksesannya saat ini, Calvin dan para Co-foundernya telah melalui berbagai kegagalan tetapi mereka tetap berjuang. “If you fail, fail better (Jika kau gagal, gagal dengan lebih baik),” tuturnya.
Pembicara selanjutnya adalah Bung Tities. Pria yang terkenal dengan jargon “Salam olahraga” ini kini menjadi redaktur eksekutif di Brilio.net. Tities mengatakan bahwa kesuksesan Brilio.net meraih 100 juta page views pada September 2016 ini dikarenakan nilai konten yang disuguhkan oleh Brilio. “It is all about being viral,” ujarnya. Untuk menghasilkan konten bacaan maupun video viral maka wartawan Brilio dituntut untuk menghasilkan bacaan yang dapat memahami situasi (yang menarik), membangkitkan emosi orang, mengandung cerita inspiratif, memuaskan rasa ingin tahu pembaca serta memuat konten lucu.
Pembicara ketiga adalah Nilam Sari, ia menceritakan pengalamannya membangun usaha Kebab Turki Baba Rafi bersama dengan suaminya, Hendy Setiono. Menikah di usia cukup muda (19 tahun), Nilam bersama suaminya dituntut agar dapat menghasilkan uang tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Terinspirasi dari seorang teman yang membangun usaha gerobakan yang sukses, ibu dari tiga anak ini pun mencoba hal serupa dengan membuka usaha makanan, burger.
Pada awalnya usaha burger ini berhasil. Namun, munculnya pesaing dengan menawarkan konsep yang sederhana tetapi dari sisi logistik, bahan baku, dan pemasaran yang lebih unggul dari usaha burger Nilam, serta keadaan ekonomi yang tidak baik membuat usahanya terpaksa gulung tikar.
Pada saat ke Qatar, Nilam mendapatkan inspirasi untuk membuka usaha kebab. Ia dibantu oleh nanny mencoba menyesuaikan resep kebab dari Qatar agar mempunyai cita rasa lokal. Setelah mendapat respons positif dari tetangga, ia pun membuka satu gerobak di dekat rumahnya. Pada awalnya banyak masyarakat yang mengira bahwa usahanya ini adalah usaha jualan martabak atau lumpia. Oleh karena itu, Nilam mencoba sesuatu berbeda agar masyarakat lebih mengenal usahanya seperti perubahan warna gerobak, memberi logo kebab, dan brand. Dari sinilah usahanya mulai berkembang sehingga melebar hingga ke 9 negara lainnya.
Agar masyarakat lebih mengenal produk yang ia hasilkan, ia pun memanfaatkan SEO (Search Engine Optimalization). “Pada zaman sekarang, kita tidak perlu lagi mempromosikan produk dengan mengikuti expo ke luar negeri, cukup dengan menjadi number one di webpage (Google),” jelasnya. Dalam pemasaran, ia juga memanfaatkan trend anak muda saat ini yang selalu update dengan memberikan diskon kepada konsumen yang telah meng-update mengenai tempat usahanya. Selain itu, pembuatan iklan melalui video lucu juga menjadi salah satu strategi pengembangan usahanya.
“It’s all about packaging” merupakan kunci yang ia pegang agar konsumennya tetap nyaman dalam mengonsumsi kebabnya. Selain itu, harga yang relatif murah dibandingkan dengan kompetitor lainnya pun menjadi nilai tambah dari Kebab Turki Baba Rafi. Ia juga selalu menyesuaikan selera dari konsumen. “It’s all about tempat nongkrong, sesuatu yang berbau anak muda merupakan konsep kami,” ujarnya.
Berkat kesuksesan dari Kebab Turki Baba Rafi, Nilam berhasil mendapatkan penghargaan dari Ernest & Young dengan kategori The Youngest Enterpreneur of The Year pada tahun 2008. Selain penghargaan tersebut, ia juga pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden dan BRI.
Billy Boen, menjadi pembicara terakhir dari rangkaian acara IMPACT Jogja. Penulis buku Young On Top ini menyampaikan materi mengenai Shaping The Future (membentuk masa depan). Menurut ia, pada saat ini kendala modal dalam membangun usaha dapat dikurangi. “Sekarang sudah zamannya sharing economy. Dalam kasus Freelancer.com misalnya, kita tidak perlu menggaji para freelancer,” ujarnya.
Billy sependapat dengan Calvin Kizana bahwa untuk menjadi entrepreneur, seseorang harus tahu passion diri sendiri. Akan tetapi hal itu saja tidak cukup, untuk menjadi enterprenur seseorang harus mampu menemukan masalah dan mencari solusi dari masalah tersebut. “Entrepreneur hanya akan ada apabila seseorang mampu mengubah masalah menjadi kesempatan. Problem is opportunity,” terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa dalam membangun usaha tidak perlu mengerjakan segala sesuatunya sendiri karena hal itu tidak efektif. Seorang entrepreneur membutuhkan partner untuk bekerja. “Sekarang ini, it’s all about partnership and it’s all about collaboration. Jangan takut berbagi ide kepada orang lain, ide itu murah, yang mahal itu adalah eksekusinya,” jelasnya. Dia pun menerangkan bahwa sangat penting untuk membangun relasi, rekam jejak, dan kredibilitas.
Setelah Billy Boen memaparkan materi dan menjawab pertanyaan, acara pun ditutup dengan bagi-bagi hadiah. Riki Sonjaya, General Manager YOT mengungkapkan bahwa ia sangat senang atas animo muda-mudi Jogja terhadap acara ini. Ia percaya seseorang yang mau menginvestasikan waktu dan uangnya untuk acara bermanfaat seperti ini lebih baik daripada menghabiskannya untuk hal lain. “Saya percaya bahwa orang yang berusaha lebih (keras) daripada orang lain, akan mendapatkan hal yang lebih juga,” ujarnya.
“Acara ini menarik, banyak sekali hal baru yang didapat. Acara ini mengajarkan bahwa dalam memulai usaha, kita butuh berjuang karena tidak ada yang instan. Menurut saya pembicara yang paling berkesan adalah Mba Nilam. Kalau ada acara IMPACT lagi mungkin dapat ikut lagi,” pungkas Dony, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
(Mersia Mursalina, Graini Annisa/ EQ)
Discussion about this post