Ketika memasuki sekolah menengah pertama, ini kali pertamanya aku mengagumi seorang laki-laki. Laki-laki yang tidak terlalu tampan, tetapi mempesona. Senyumnya membuatku semakin mengaguminya. Sayangnya, selama dua tahun mengaguminya aku tidak pernah bisa menatapnya dan mengaguminya dari dekat. Laki-laki itu berada satu tingkat di atasku sehingga kita tidak pernah satu kelas sampai ia lulus sekolah.
Tiga tahun sekolah menengah pertama usai. Masuk ke sekolah menengah atas ternyata kita masih berada di sekolah yang sama. Hatiku bersorak gembira. Ya, bahagia karena aku masih bisa mengaguminya walau dalam diam. Di tahun kedua tak disangka-sangka kami disatukan dalam sebuah kepanitiaan acara. Sejak itu langkahku setapak lebih maju. Aku dapat melihatnya setiap hari dengan lebih dekat.
Hingga pada suatu hari ketika aku berjalan dengan sahabatku di koridor sekolah, kita, aku dan dia, berpapasan. Dia tersenyum dan memanggil namaku. Sungguh! Hatiku berdebar-debar. Mulutku tidak dapat berkata-kata. Satu kata saja. Bahagia.
Sejak kejadian siang itu tiap malam aku selalu terbayang-bayang akan dirinya. Sekolah selalu menjadi tempat yang membahagiakan karena kehadirannya. Hari-hariku menjadi sangat bahagia semenjak mengaguminya. Senyum dan tingkahnya membuatku semangat.
Oh, Tuhan, aku hanya bisa mengaguminya dalam diam. Aku juga hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Aku yang hanya pengagum rahasia ini selalu berdoa dan berharap agar suatu saat dapat dipertemukan dan dipersatukan olehnya.
(Hilda Citra P.)
Discussion about this post