Pernahkah orang lain mengatakan sesuatu kepadamu yang mengakibatkan, mau tidak mau, sadar atau tidak sadar, kamu jadi mempertanyakan kewarasanmu sendiri?
Apakah dengan begitu kamu jadi ragu terhadap ingatan dan persepsimu tentang realitas itu sendiri?
“Ah, kamu terlalu melebih-lebihkan sesuatu.”
”Semuanya hanya terjadi di imajinasimu.”
“Kamu jangan menuduh, aku tidak pernah mengatakan semua hal yang kamu tuduh.”
Jika terbesit satu atau bahkan lebih peristiwa yang familier dengan percakapan di atas terjadi padamu, ada kemungkinan bahwa kamu adalah korban gaslighting.
Gaslight, istilah ini cukup sering kita temui di berbagai kanal media sosial. Saking populernya frasa ini, Oxford Dictionaries menobatkannya sebagai salah satu dalam The Most Popular Words of 2018. Frasa ini diambil dari drama yang ditulis oleh Patrick Hamilton dengan judul Gaslight pada 1938 silam, kemudian diadaptasi menjadi film bergenre thriller-psikologi yang populer pada 1944. Pada film tersebut, diceritakan Paula (Ingrid Bergman) secara sengaja dimanipulasi oleh suaminya, Gregory (Charles Boyer), untuk percaya bahwa dia gila dan butuh bantuan medis. Gregory mengincar perhiasan pertama milik mendiang bibi Paula yang tersembunyi di rumah mereka. Dengan membuat Paula dinyatakan gila, Gregory dapat mencari perhiasan tersebut dengan damai.
Pada salah satu adegan, dijelaskan taktik utama Gregory dalam memanipulasi istrinya adalah dengan menyebabkan lampu gas di rumah mereka berkedip. Setiap menyelinap ke loteng untuk mencari permata, dia menyalakan lampu di rumah itu. Hal ini menyebabkan semua lampu lainnya akan berkedip dan redup. Sekembalinya Gregory kepada Paula, dia menyangkal semua fakta ini dan bersikeras bahwa hal itu hanya terjadi di pikirannya, yang kemudian membuat Paula menjadi mempertanyakan kewarasannya. Maka dari itu, lahirlah frasa “gaslighting”.
Pengertian gaslight merujuk pada salah satu jenis manipulasi tertentu, yaitu manipulator (selanjutnya akan disebut sebagai gaslighter) mencoba membuat orang lain (atau sekelompok orang) mempertanyakan realitas dan persepsi mereka sendiri dengan menyangkal fakta yang terjadi. Tujuan gaslighting adalah untuk memperoleh kekuasaan, mendominasi, dan memenuhi kepentingan pribadi si pelaku. Imbasnya, korban menjadi dependen dan lebih terikat pada pasangannya dibanding sebelumnya. Hubungan interpersonal dengan gaslighter yang narsistik ini tentunya tergolong toxic dan membahayakan kesehatan mental si korban karena memungkinkan korban secara tidak sadar mengalami trauma.
Kemenangan Gaslight dalam menyabet penghargaan Oscar Best Actress memiliki kaitan yang erat dengan kemudahan kita menjumpai fenomena serupa di dunia nyata. Pada praktiknya, sangat mungkin kita pernah di-gaslight bahkan oleh tokoh pejabat politik atau tokoh masyarakat yang tidak kita kenal. Akan tetapi, tingkat damage yang dihasilkan mungkin tidak sebesar yang dilakukan oleh kerabat atau seseorang yang lebih dekat dengan kita. Setiap orang tentu memiliki masalah hidupnya sendiri-sendiri. Untuk meminimalkan dampak psikologis yang dapat ditimbulkan, penting untuk mempelajari cara mengenali, menghentikan, dan menghindari teknik gaslighting.
Tanda-tanda yang perlu kamu waspadai bahwa gaslighting sedang terjadi adalah sebagai berikut: Kamu berkali-kali mempertanyakan apakah kamu sudah cukup baik bagi pasanganmu, membenarkan perilaku pasanganmu, dan bersedia menjadi pihak yang disalahkan untuk menghindari pertengkaran meskipun kamu tidak tahu kesalahan apa yang kamu perbuat. Gejala ini mungkin cukup umum dirasakan bagi sebagian besar orang, tetapi yang membedakan adalah korban akan mengalami perasaan tadi hanya dengan satu orang tertentu saja.
Bukan hal yang mudah untuk mengeluarkan korban dari pengaruh gaslighter, tetapi mungkin untuk dilakukan. Korban perlu berlatih untuk meningkatkan kesadaran emosionalnya. Kesadaran emosional ini nantinya memungkinkan kepercayaan dan kemandirian korban dapat kembali lagi sehingga kebutuhan akan validitas dari orang lain bukan hal yang krusial untuk dilakukan. Pertama, kamu perlu menyadari terlebih dahulu bahwa ada sesuatu yang salah terjadi di hubunganmu. Kemudian, kamu bisa membicarakan permasalahan ini ke pihak ketiga yang kamu percaya dan meminta pendapat mereka untuk mengecek realitas yang terjadi. Kamu juga perlu memanusiakan dirimu sendiri dengan mengizinkan dirimu merasakan perasaan yang selama ini kamu sangkal demi kebahagiaan pasanganmu. Sudah saatnya kita mengupayakan apa yang terbaik untuk kesehatan dan kebahagiaan mental kita masing-masing.
Penting bagi kita untuk menggarisbawahi bahwa tidak semua konflik yang terjadi dalam hubungan adalah ulah gaslighter. Konflik yang melibatkan gaslighting terjadi ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik. Hanya ada satu pihak yang bersedia mendengarkan, sedangkan yang lain bersikeras menjatuhkan pemahaman dan persepsi realitas korban.
(Rossa Ratri/EQ)
Discussion about this post