Kemajuan teknologi dan komunikasi dewasa ini kian mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Penggunaan gawai yang tidak pernah lepas dari genggaman manusia juga mengubah perilaku manusia yang dulunya melakukan segala sesuatu dengan manual belinya menjadi digital. Sektor pariwisata pun tidak lepas dari dampak kemajuan tersebut. Sektor pariwisata Indonesia memiliki potensi sangat besar karena kekayaan budaya dan alam menjadi salah satu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini senada dengan dukungan Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo, yang mengatakan bahwa pariwisata adalah leading sector perekonomian Indonesia sehingga perlu menjadi fokus masyarakat.
Hal tersebut yang coba diulas lebih dalam oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Sektor Pembangunan (Himiespa) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dengan menyelenggarakan Economics Talk 2018. Mengangkat tema “Development of Tourism Sector in the Digital Economy Era”, Economics Talks 2018 membahas mengenai potensi pariwisata di dunia modern yang mampu mengangkat perekonomian Indonesia.

Acara dibuka oleh General Manager Hotel Hyatt Regency Yogyakarta, Nurcahyadi, yang memberikan penjelasan singkat tentang pariwisata, khususnya di bidang perhotelan. Sepuluh tahun lalu, pariwisata Indonesia mengharuskan adanya keberadaan travel agent untuk membantu semua proses pemenuhan akomodasi, baik untuk memesan kamar hotel, mencari destinasi wisata, maupun transportasi. Saat ini, kemajuan teknologi dan komunikasi memungkinkan adanya Online Travel Agent (OTA) yang sudah terintegrasi dengan sistem hotel untuk mengurus segala kebutuhan pengunjung. Dahulu, konsumen memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai akomodasi dan lokasi wisata. Keterbatasan itu kini teratasi dengan adanya OTA.

Perkembangan pariwisata Indonesia tidak dapat terjadi begitu saja, harus ada dorongan dan bantuan dari pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Menurut Popi Irawan, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), masyarakat harus ikut menjadi subjek pariwisata. Peran sebagai subjek pariwisata dapat dilakukan melalui pengembangan wilayahnya, penyebarluasan kegiatan dan budaya serta kondisi alam baik melalui media sosial maupun OTA, serta pemberian pelayanan yang terbaik kepada pengunjung. Pariwisata tidak terbatas pada daerah perkotaan saja, pedesaan juga memiliki potensi besar menjadi destinasi pariwisata. Desa wisata yang dikembangkan oleh warganya mampu menjadi salah satu cabang ekspor untuk membantu perekonomian Indonesia.
Menurut Khairil Anwar, Manajer Komunikasi Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, pariwisata harus terintegrasi satu sama lain. Saat suatu wilayah sudah terintegrasi dengan baik, maka pariwisata akan berkembang dengan baik dan mampu menyejahterakan warga sekitar. Hal itu sesuai dengan target Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang menginginkan pendapatan dari sektor pariwisata sebesar Rp20 miliar pada tahun 2019 mendatang.
Media sosial menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan sektor ini. Bermodalkan gawai, baik perhotelan maupun desa wisata mampu melakukan promosi yang tidak terbatas waktu dan tempat. Seperti yang dilakukan Hotel Hyatt Regency dan Royal Ambarukmo, saat ini berbagai desa wisata di Yogyakarta juga sudah mulai mengembangkan sayapnya ke area yang lebih luas dengan mengunggah di berbagai media sosial.
(Farra Amalia/EQ)