Didirikan tahun 1955, hanya satu dekade setelah pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Harvard National Model United Nations (HNMUN) adalah konferensi tingkat internasional yang dikelola sepenuhnya oleh mahasiswa Harvard College. HNMUN membawa lebih dari 3.000 mahasiswa dari perguruan tinggi di seluruh dunia untuk melakukan simulasi sidang PBB. HNMUN menawarkan kesempatan unik untuk mencoba tantangan dalam negosiasi dan diplomasi internasional.
HNMUN 2017 diadakan di pusat kota Boston, dari hari Kamis, 16 Februari hingga Minggu, 19 Februari 2017. Sepanjang konferensi, para delegasi akan mendapatkan informasi tentang cara kerja PBB dengan aktif berpartisipasi dalam penyelesaian isu-isu global. Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi salah satu perwakilan Indonesia dengan mengirimkan sembilan delegasi. Kesembilan delegasi tersebut merupakan anggota UGM MUN Community yang telah melewati seleksi ketat, mengalahkan anggota lainnya.
Berbagai kegiatan dilakukan dalam HNMUN, antara lain drafting resolution-resolusi yang diberikan PBB pada akhir sidang dalam rangka menanggapi sebuah isu global-, pidato, lobi dan debat. Pada kesempatan ini, delegasi UGM bertanggung jawab untuk mengangkat isu-isu global yang berkembang di Negara Kamboja. Sembilan delegasi tersebut dibagi ke dalam lima dewan yang berbeda dari total 27 dewan. Kelima dewan tersebut; Disarmament and International Security Committee (Diasec); Social, Humanitarian, and Cultural Committee; Legal Committee; Historic General Assembly; dan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Amanda Dara Amadea sebagai ketua delegasi UGM menjadi orang pertama dari Indonesia yang masuk dalam dewan agensi spesial. Setiap delegasi berlomba secara individu untuk memperebutkan tiga penghargaan, yaitu best delegation, outstanding delegation, dan honorable mention yang akan diberikan pada setiap dewan.Walaupun para delegasi datang sebagai tim, mereka berlomba mewakili individu masing-masing.
Ketika ditanyai mengenai persiapan, Muhammad Fakhri Abdurrohman menjawab bahwa persiapan dimulai pada akhir November 2016. “Kita mulai November akhir, ya (hal itu) karena masing-masing anggota punya agenda. Selain itu, persiapan jauh-jauh hari banget kan tidak bagus juga, bisa-bisa demotivasi,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa anggota delegasi harus merelakan sebagian waktu libur semesternya untuk latihan yang dilakukan setiap hari selama 6 jam di luar latihan tambahan. Latihan yang dilakukan, antara lain, research, menyiapkan position paper-diajukan kepada juri untuk mengetahui posisi delegasi mengenai solusi yang akan ditawarkan pada topik tersebut-, dan debat diplomatik dengan topik bebas. Dalam latihan, mereka juga mendapat bantuan dari beberapa alumni UGM MUN Community.
Menurut Fakhri dan Rayyan, kendala utama dalam mengikuti HNMUN adalah dukungan finansial. Untuk mengatasi kendala tersebut, delegasi mencari sponsor untuk membantu mereka. Fakhri dan Rayyan juga mengungkapkan, meskipun UGM belum dapat memberi bantuan dalam pendanaan, bantuan publikasi yang diberikan sangat berarti.
Pada HNMUN 2017 ini, tim UGM belum dapat membawa pulang penghargaan. “Untuk UGM belum ada yang dapat award. Meskipun ada beberapa (delegasi) yang telah mendapatkan attention (perhatian) dari chair (juri),” ungkap Fakhri. Kekurangan pada HNMUN ini akan dijadikan evaluasi bagi UGM MUN Community agar dapat membawa penghargaan pada HNMUN selanjutnya.
Selain UGM, terdapat beberapa universitas lain yang mewakili Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Universitas Diponegoro (Undip). Akan tetapi, Fakhri mengatakan bahwa belum ada komunitas yang menaungi MUN se-Indonesia sehingga setiap universitas masih berjalan sendiri-sendiri.
“Menurut kami (para anggota UGM MUN Community), karena harus melakukan riset mendalam untuk merepresentasi suatu negara, MUN bukanlah suatu lahan yang hanya dapat dikuasai oleh anak-anak HI (hubungan internasional). Semua jurusan dapat berkompetisi dan mengkritisi isu bersama-sama,” tutup Fakhri.
(Anindya Kupita, Graini Annisa, Mersia Mursalina/ EQ)
Discussion about this post