Selasa (12/09), pusat kajian Central for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) kembali menyelenggarakan CEOTalk untuk ketiga kalinya sejak tahun 2016. Acara yang bertempat di Convention Hall Fisipol UGM ini mengusung tema Revolusi Industri 4.0 dan Masa Depan Energi Kita. Tema ini diangkat dengan harapan dapat memberikan wawasan tentang pengaruh perkembangan teknologi di proses produksi dari hulu ke hilir serta distribusi industri energi di Indonesia, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sejalan dengan adanya perkembangan teknologi digital, sektor-sektor strategis dituntut untuk membuat inovasi dan transformasi yang responsif untuk mempertahankan model bisnisnya, khususnya di sektor energi. Berangkat dari fenomena ini, CEOTalk mendatangkan Elia Massa Manik selaku Direktur Utama PT. Pertamina (Persero), BUMN yang menopang kebutuhan energi nasional, untuk memberikan pemaparan secara khusus bagaimana Pertamina merespon gelombang Revolusi Industri 4.0.
Acara yang berlangsung selama 150 menit ini dimoderatori oleh Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto. “Adanya Revolusi Industri mengakibatkan terjadinya perubahan fundamental serta membentuk masyarakat digital. Seluruh aktivitas manusia terkoneksi dan terekam dalam suatu big data,” tutur Erwan mengawali acara.
Elia Massa Manik mulai memaparkan materi dengan menjelaskan konsep energi sebagai key driver kehidupan. Seluruh sektor kehidupan di dunia mulai dari transportasi hingga pertanian semuanya tidak terlepas dari penggunaan energi. Ia pun menjelaskan bahwa pengelolaan energi menjadi kunci kemakmuran sebuah bangsa. Terlebih lagi, minyak dan gas merupakan sumber energi konvensional yang terbatas jumlahnya sehingga diperlukan inovasi berkelanjutan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat.
Revolusi industri 4.0 telah menghantarkan masyarakat pada perkembangan teknologi digital yang pesat. Sejak manusia purba memasuki fase kehidupan yang mulai menetap, teknologi mulai diciptakan guna membantu segala aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan.
Penemuan mesin uap oleh James Watt menjadi cikal bakal adanya Revolusi Industri. Memasuki abad ke-19, produksi massal dilakukan dengan diiringi oleh semakin membaiknya listrik. Kini, pada abad ke-20, teknologi digital mengenalkan konsep “automatic” dan menawarkan kecanggihan yang luar biasa yaitu kehidupan yang berbasis oleh internet, cloud, serta big data. Elia mengungkapkan bahwa teknologi digital membuat seluruh aspek kehidupan menjadi lebih nyaman, mudah, dan efisien.
Merespon fenomena berkembangnya teknologi digital, perusahaan minyak dan gas dunia turut menerapkan teknologi canggih untuk membantu proses pengembangan produksi. Salah satunya adalah produksi Shale Gas dengan teknologi high pressure fracturing yang mencapai 10.000 psi untuk menemukan sumber gas alam yang terperangkap dalam formasi bebatuan. Kini, Shale Gas menjadi manuver energi salah satu produsen migas terbesar dunia, Amerika Serikat, yang turut menyumbang pasokan gas domestik. Produksi ini diproyeksikan akan terus meningkat seiring ditemukannya letak sumber cadangan baru energi terbaharukan sebagai pengganti gas alam konvensional.
“Industri migas mempunyai tiga critical characteristics, yaitu very high risk industry, very high capital intensive, dan high technological exposure,” papar CEO Pertamina yang merupakan Sarjana Teknik Sipil ITB ini. Ia juga menambahkan bahwa perusahaan migas dunia seperti Schlumberger, ExxonMobil, serta Chevron turut memanfaatkan advance technology mulai dari inovasi alat pendukung produksi, temuan ladang eksplorasi baru, proses maintenance, pengelolaan emisi, hingga digital marketing.
Pertamina tidak ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi digital demi mendukung efisiensi dari business process-nya. Penambahan variasi produk seperti pertalite dengan oktan 90 pada BBM, Bright Gas 5,5 yang hemat dan ramah lingkungan, serta pemberitahuan prediksi perawatan yang terautomatisasi pada seluruh area produksi merupakan bukti transformasi yang dilakukan Pertamina. Sementara itu, inovasi berbasis aplikasi dan sistem juga diluncurkan antara lain Pertamina Go, Online Ordering, Channel Engangement Application yang dapat diakses oleh masyarakat Indonesia.
Pria kelahiran Medan ini mengatakan bahwa perkembangan teknologi digital sangat dipengaruhi oleh tim research and development yang akan menentukan masa depan sebuah perusahaan agar bertahan di era revolusi industri 4.0. “Research and development dalam bidang teknologi adalah masa depan kita,” ujarnya. Maka dari itu, Pertamina mulai mempersiapkan seluruh unit operasi secara digitalized mulai dari proses produksi hingga pemasaran. Penggunaan teknologi digital telah diakui mengurangi cost yang harus dikeluarkan perusahaan.
(Cyrilla Wikan, Metha Putri/EQ)
Discussion about this post