Seminar CEO Talk the Walk kali ini digelar di Auditorium BRI, Gedung Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) pada hari Kamis, 18 Februari 2016 lalu. Acara diawali dengan sambutan dari Wihana Kirana Jaya selaku Dekan FEB UGM dan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan bagi pembicara. Seminar ini menghadirkan pembicara yang hebat, yaitu Sandiaga Uno. Ia tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia yang telah puluhan tahun berkarir di bidang bisnis dan kini tengah memasuki bidang politik.
“Kaum muda adalah kaum yang gelisah. Nafasnya perubahan. Gerak langkahnya memburu pembaharuan. Matanya tajam menatap masa depan. Masa depan yang harusnya lebih cerah dari masa kini. Hari depan haruslah lebih baik dari hari ini dan hari ini haruslah lebih baik dari kemarin,” tutur Sandiaga Uno mengawali pembicaraannya. Lahir di Pekanbaru, 28 Juli 1969, Sandiaga Uno mengatakan bahwa ia telah dibiasakan untuk bersikap disiplin dan dididik secara keras sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Jalan hidupnya yang penuh dengan gejolak dan rintangan menjadikannya seorang pribadi yang tangguh dan pantang menyerah.
Sandiaga Uno turut menceritakan pengalamannya jatuh bangun saat memasuki dunia kerja. Lulus S1 dengan predikat cumlaude serta mendapat IPK 4.00 saat lulus S2 membawa ia bekerja dengan gaji pertama Rp 450.000,00. Ia sudah menduduki jabatan Chief Financial Officer (CFO) pada usia 27 tahun yang menjadikannya CFO termuda dari Indonesia di kawasan Asia. Namun, pada tahun 1997 ia mengalami PHK karena situasi perusahaan saat itu sedang krisis. “Padahal saya membayangkan akan terus bekerja di situ, menjadi CEO, dan live happily ever after,” ungkapnya jujur. Dengan ‘terpaksa’, ia akhirnya mulai mendirikan perusahaan konsultan keuangan dengan temannya semasa SMA. Sempat tidak mendapatkan klien selama tiga bulan, akhirnya klien pertama didapat dengan tawaran free service dan konsep “No cure, no pay”. Sungguh mengagumkan, kini perusahaan miliknya telah memiliki 50.000 karyawan.
Dalam seminar ini turut dijelaskan juga tiga hal yang harus diperhatikan saat akan memulai usaha. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat business plan. “A good business is a business with a plan,” tutur Sandiaga Uno. Hal kedua yaitu memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar kita. Sebuah ironi diungkapkan olehnya, dimana Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang ketiga di dunia tetapi hingga kini masih mengimpor garam dari luar negeri. Hal terakhir yang harus diperhatikan yaitu memanfaatkan perubahan teknologi yang kian pesat dewasa ini.
Terkait dengan langkahnya di bidang politik, Sandiaga Uno sempat bercerita bahwa pada awalnya ia tidak ingin berkarir di bidang politik. “Kita ini surplus politisi tapi defisit pengusaha,” ungkapnya. Namun, setelah menolak beberapa kali tawaran yang datang, berbekal restu sang ibu, ia pun memutuskan untuk mundur dari 18 posisinya di perusahaan dan berpindah ke bidang politik. Ia juga sempat berpesan kepada generasi muda untuk melihat politik sebagai institusi yang harus dirangkul karena generasi muda harus mengawal kebijakan politik yang akan berpengaruh pada visi dan misi mereka terhadap bangsa ini.
Satu prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Sandiaga Uno: Kerja 4AS. Kerja 4AS mencakup kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. “Yang bisa kita kontrol hanya usaha dan doa, sedangkan rezeki tidak akan pernah tertukar,” tuturnya bijak. Di akhir acara, Sandiaga Uno sempat memberikan challenge kepada mahasiswa untuk mencari permasalahan di suatu UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) di sekitarnya, memberikan solusi, memonitor hasilnya, kemudian memuatnya di twitter dengan mention @sandiuno atau di facebook Sandiaga Salahuddin Uno. “Saya percaya sebagian besar pengusaha sukses lahirnya dari kampus,” ungkapnya.
(Bening Mahesti, Clarisa Oktaviana/EQ)
Discussion about this post