Penulis: Raditya Isnanda dan Valerian Deno/EQ
Ilustrasi: Yohanika Kurnia/EQ
Foto: Annisa Mutiara, M. Buchari/EQ
“I want to ride my bicycle…”
Sebuah petikan lirik lagu “Bicycle Race” karya Queen seakan menggambarkan keadaan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.
Kegiatan bersepeda sedang menjadi tren di masa pandemi Covid-19. Bertambahnya waktu luang yang dimiliki oleh masyarakat karena imbauan work from home menjadi salah satu alasannya. Mereka membutuhkan kegiatan untuk mengatasi kejenuhan akibat work from home sekaligus menerapkan pola hidup sehat, tetapi tetap bisa menjaga jarak satu sama lain. Alhasil, pengayuh sepeda dari berbagai golongan bertambah di jalan.
Meningkatnya penggunaan sepeda terlihat dari bertambahnya jumlah penjualan sepeda di Indonesia. Melalui wawancaranya dengan Kompas.com, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia, Eko Wibowo Utomo, mengatakan bahwa permintaan sepeda pada masa pandemi Covid-19 naik tiga sampai empat kali lipat dibandingkan sebelumnya. Ia menyebutkan bahwa kenaikan permintaan ini dikarenakan bersepeda dapat menjadi aktivitas rekreasi dan sarana transportasi yang aman. Seiring dengan peningkatan jumlah permintaan, penjualan sepeda melalui toko daring atau online shop turut mengalami peningkatan. Beberapa marketplace terkemuka di Indonesia, seperti Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak, mengonfirmasi adanya kenaikan penjualan dibandingkan dengan keadaan sebelum pandemi.
”Tren pembelian sepeda meningkat sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar,” ujar Vice President of Sports Blibli, Elsa Maria Pattie, dalam wawancaranya dengan Kompas.com. Ia menambahkan bahwa penjualan sepeda sejak Maret hingga pertengahan Juni 2020 meningkat 2,5 kali lipat.
Kenaikan penjualan sepeda juga dialami oleh Marketplace Bukalapak. “Memasuki bulan Juni ini, Bukalapak mencatat kategori handphone, sepeda, beserta hobi dan koleksi menjadi produk-produk yang paling banyak diminati,” ucap Vice President of Merchant Bukalapak, Kurnia Rosyada, melalui wawancara dengan Kompas.com. Sementara itu, Marketplace lainnya yaitu Tokopedia mencatat kenaikan penjualan hingga 40 persen pada Mei 2020
Bagaimana dengan masyarakat yang ingin bersepeda, tetapi tidak memiliki sepeda? Apakah mereka harus turut membeli sepeda? Tentu tidak. Mereka yang ingin ikut bersepeda juga dapat memanfaatkan bisnis bike sharing.
Bike Sharing: Layanan Peminjaman Sepeda
Bike Sharing adalah layanan penyedia sepeda untuk dipinjam atau disewa oleh khalayak umum. Sistem yang digunakan bisa dengan atau tanpa dock (dockless). Dock sendiri adalah rak yang berguna sebagai tempat penyimpanan sepeda untuk dipinjamkan sekaligus menjadi tempat pengembalian. Dock ini dikunci dan hanya bisa dibuka dengan sistem kendali dari komputer. Perbedaan sistem dock dengan tanpa dock adalah dari mekanisme kuncinya. Peminjaman sepeda tanpa dock memiliki kunci sendiri yang langsung terintegrasi pada unit sepedanya. Bike Sharing, dengan maupun tanpa dock, biasanya diaktivasi melalui suatu aplikasi di ponsel pintar yang mengharuskan penggunanya memasukkan beberapa informasi yang dibutuhkan seperti informasi pembayaran jika peminjaman tersebut berbayar.
Konsep awal bike sharing sendiri dapat ditelusuri hingga era 1960-an. Pencetusnya adalah Lund Schimmelpennink, seorang berkewarganegaraan Belanda. Ia bersama dengan kelompok Provo mengecat putih beberapa sepeda di Amsterdam, kemudian meletakkannya di tempat umum untuk digunakan oleh siapa saja secara gratis. Tindakan ini dilakukan dalam rangka menentang bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di kota tersebut. Namun, moda bike sharing secara terorganisir baru terbentuk pada tahun 1995 di Kopenhagen, Denmark.
Konsep dan teknologi bike sharing terus mengalami perkembangan hingga muncul sistem dengan dan tanpa dock seperti sekarang ini. Fenomena terbesar bike sharing ini bisa dilihat di Tiongkok. Ada lebih dari 40 startup aplikasi bike sharing tanpa dock seperti Ofo dan Mobike yang menjadi operator bike sharing terbesar di dunia dengan jutaan sepeda yang beroperasi di lebih dari 100 kota.
Ofo dan Mobike sendiri sebagai operator bike sharing telah menjadi perusahaan yang bernilai lebih dari satu miliar dolar. Diketahui daya tarik investor terhadap kedua startup ini bukanlah model bisnis mereka, melainkan akses kedua penyedia layanan tersebut terhadap jutaan pengguna. Tidak heran banyak warga memilih menggunakan layanan peminjaman sepeda untuk melewati kemacetan di kotanya. Harga penyewaan sepeda yang relatif murah dan kepraktisan yang diberikan oleh kedua perusahaan startup tersebut menjadi alasan utamanya.
Bike Sharing di Indonesia
Sistem bike sharing baru tiba di Indonesia pada tahun 2012 di Bandung, Jawa Barat dalam program Public Bike Sharing yang merupakan hasil kolaborasi antara penduduk lokal dan Bandung Creative City Forum. Program ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersepeda. Tidak lama kemudian, program ini direplikasi oleh kota-kota besar lain seperti Jakarta dan Solo, serta beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Sekarang, sebagian besar program bike sharing di Indonesia menggunakan sistem dockless bike sharing berbasis aplikasi.
Beberapa contoh penerapan program bike sharing yang ada di Indonesia antara lain Migo (beroperasi di Jakarta dan Surabaya), Boseh (khusus di Kota Bandung), dan Jogjabike (khusus di Kota Yogyakarta).
Sarana Bersepeda Gratis di Tengah Pandemi
Saat ini, beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Bandung memberikan fasilitas bike sharing gratis untuk masyarakat. Pemberian fasilitas ini bertujuan untuk memadai antusiasme masyarakat dalam bersepeda di tengah pandemi Covid-19. Untuk peminjamannya, setiap tempat memiliki syarat dan ketentuan masing-masing.
Sistem bike sharing gratis di Jakarta dapat dilakukan dengan mengunjungi kantor Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) di Jalan Johar, Jakarta Pusat dengan mengisi formulir data diri. Sepeda dapat dikembalikan di tempat yang sama atau Stasiun MRT Bundaran HI. Sementara itu, bike sharing di kota Bandung dapat dilakukan melalui situs Boseh dan mengambil serta mengembalikan sepeda di titik-titik yang tersedia.
Tidak bisa dipungkiri, kegiatan bersepeda menjadi pilihan banyak orang untuk mengisi waktu luang di masa pandemi ini. Selain sebagai sarana transportasi, bersepeda juga dijadikan olahraga yang menyenangkan. Tidak asing juga kita melihat masyarakat membagikan keseruan mereka bersepeda di berbagai akun media sosial. Lantas, seusai pandemi, apakah sepeda-sepeda tersebut akan tetap memenuhi jalanan atau kembali menjadi pajangan di dalam garasi rumah?
Discussion about this post