Oleh: Anargha N./EQ
Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi seorang mahasiswa. Namun, tidak menutup kemungkinan mahasiswa memiliki kesibukan lain. Misalnya dengan bekerja paruh waktu (part time) atau berbisnis. Kegiatan ini memang sudah populer di kalangan mahasiswa. Bagian paling menggiurkan dari part time atau berbisnis bagi mahasiswa adalah mendapat penghasilan. Penghasilan ini sangat membantu mahasiswa untuk sekedar menambah uang jajan hingga membayar biaya kuliah mereka. Entah itu sebagai sarana pemenuhan kebutuhan atau hingga pengaplikasian ilmu di ranah profesional.
Beberapa mahasiswa telah mencoba untuk terjun di dunia ini. Banyak cerita yang mereka dapatkan sebagai pengalaman hidup. Beberapa mahasiswa mencoba mengutarakan opini mereka mengenai kegiatan bisnis dan kerja part time mereka. Penasaran dengan kisah mereka? Mari kita simak bersama.
Asyiknya menjadi barista sambil kuliah ala Syarif Nurullah
Sudah sejak 2017 Syarif bekerja part time sebagai barista. Setelah sebelumnya berpindah-pindah tempat, kini ia bekerja di sebuah coffee shop di daerah Pogung. Awal ketertarikannya terhadap kopi bermula saat nongkrong dengan teman-teman SMA. Mereka setiap sore akan pergi ke sebuah warung kopi kesukaan dan menghabiskan waktu disana.
“Ya, untuk menambah uang jajan awalnya,” ujar Syarif saat ditanya apa motivasi utama bekerja sebagai barista. Selain mendapat upah bulanan, biasanya seorang barista mendapat jatah satu kopi setiap harinya. “Daripada kita nongkrong ngopi keluar uang, mending jadi barista. Tiap hari ada jatah satu (kopi).” tambah Syarif.
Saat ini, Syarif bekerja di Maraville. Di sini, ada senior barista yang mampu membuatnya mengeksplorasi lebih jauh mengenai kopi. Nampaknya Syarif sudah terlanjur jatuh cinta dengan profesi ini. Setelah lulus ia ingin pergi ke Bali atau Australia untuk menyeduh biji kopi dan mencari suasana baru di hidupnya.
Mengenai mahasiswa yang juga bekerja part time ataupun menjalankan bisnis, Syarif mengacungkan jempol pada mereka. Ditambah jika kuliah mereka juga tidak kocar kacir. “Memang susahnya di manajemen waktunya. Kalo kuliah itu yang agak sulit itu tugasnya karena kebanyakan di PWK tugas kelompok.” jelas Syarif.
Melirik peluang bisnis kopi bersama Faishal Akbar
“Alasan berbisnis karena aku melihat peluang yang ada sih. Selain itu biar uangnya gak keluar sia sia buat main doang.” kata Faishal atau sering dipanggil Baban. Baban adalah salah satu dari sekian banyak mahasiswa yang merintis bisnis di masa perkuliahannya. Dia dan tiga teman lainnya mulai membentuk sebuah bisnis kopi. Varian kopi dengan kemasan 1 liter menjadi ciri khas produk mereka.
Baban menggambarkan bahwa kopi saat ini sudah sebagai produk primer masyarakat. Agenda ngopi juga dapat digunakan untuk bermacam aktivitas. Ditambah saat pandemi, permintaan kopi literan cenderung naik karena masyarakat enggan keluar rumah. Bisnis yang dijalankan Baban juga mempunyai agenda sosial. Setiap Jumat, Baban dan timnya membagikan makanan dari hasil penjualan satu hari tersebut.
Mengenai kuliah, Baban mengaku masih belajar untuk manajemen waktunya. “Kalau sekarang minimal tidur itu sekitar jam 2,” tegas Baban. Walaupun ia telah mulai berbisnis, ia tetap tidak lupa kewajiban kuliahnya. Baban menambahkan bahwa kuliah tetap menjadi tujuan utamanya saat ini. “Selama bisnis ini, aku masih belajar cara bagi waktu. Sebelum ada bisnis ini aku lebih banyak main sama teman,” imbuh Baban mengenai perbedaan setelah ia menjalankan bisnisnya.
Peluang bisnis pandemi, masker tie dye ala Ukit
Ukit, seorang mahasiswi semester 5 Universitas Gadjah Mada memiliki tiga bisnis yang ia jalankan. Bisnis ini meliputi homestay, kemeja wanita, dan terbaru masker tie dye. Sudah sejak awal kuliah ia merintis bisnis homestay di Jogja. “Karena ada space kosong, aku masukin ke Airbnb dan Traveloka.” jawabnya mengenai alasan memulai bisnis homestay.
Masa pandemi Covid-19 dimanfaatkan dengan baik oleh Ukit. Melalui masker tie dye, ia melihat celah pasar yang bisa dieksplorasi. Bagi kalian yang tertarik dengan model tie dye boleh cek instagramnya @gemstock.id milik Ukit.
Alasan utama Ukit menjalankan berbagai bisnis adalah mencari uang jajan sendiri. Sehingga ia bisa menjadi pribadi mandiri tidak bergantung kepada orang tua. Wah, cocok dijadikan panutan kawula muda sekali.
Terjun ke dunia profesional ala Baptista
Mahasiswi yang pernah bekerja selama satu tahun di coffee shop Lantai Bumi ini mengungkapkan motivasi awalnya bekerja untuk mencari pengalaman kerja. Namun, ia tidak menampik bahwa gaji yang dia dapatkan lumayan untuk menambah uang jajan. Selama setahun bekerja, Bista mengurusi urusan-urusan yang berhubungan dengan pemasaran Lantai Bumi dan Culturehead yang masih berada satu kepemilikan.
Menurutnya, pengalaman yang didapat dari kerja part time banyak sekali. “Pengalaman sih banyak ya ketimbang pengalaman organisasi atau event. Apalagi permasalahan yang dihadapi terasa lebih real,” tegas Bista. Selain itu, ilmu yang didapatkan di kelas kuliah dapat diaplikasikan secara langsung di dunia kerja. Salah satu hambatan yang dirasakan ketika bekerja salah satunya adalah manajemen waktu. “Kadang merasa capek, terus kadang dapat job desc yang tidak sesuai,” lanjut Bista.
Berbisnis ataupun bekerja part time ibarat pisau bermata dua. Ia dapat memberikan pengalaman baru dalam hidup. Di sisi lain, permasalahan manajemen waktu menjadi kendala mayoritas mereka. Seperti Bista sampaikan waktu untuk bekerja harus menyesuaikan jadwal kuliah. Ungkapan ini terasa relevan jika melihat opini dari keempat mahasiswa diatas.
Discussion about this post