Branding adalah merk, identitas, dan harusnya unik. Personal branding tidak boleh konformis (sama dengan yang lain) sehingga diri kita bisa stand out in the middle of the crowd. Namun, itu pun belum cukup untuk memperbesar peluang kita diterima kerja karena personal branding adalah langkah awal dalam penyortiran,” tandas Wie Tjung Sudarma pada AHM Youth Days 2016 di Kantor Pusat Fakultas Teknik, Minggu 24 April 2016 lalu.
Salah satu komponen yang berperan dalam sukses atau tidaknya seseorang diterima di suatu pekerjaan adalah personal branding. Perusahaan tidak lagi dapat bergantung pada curriculum vitae (CV) tetapi penting juga untuk menilai personal branding si pelamar. Metodenya bisa bermacam-macam, mengumpulkan data pelamar menggunakan big data atau bertemu langsung. Wie Tjung menjelaskan di depan para peserta seminar bahwa kesuksesan dalam personal branding tidak berbanding lurus dengan peluang diterima. Akan tetapi, untuk maju ke tahapan setelahnya, tentunya personal branding seseorang menjadi hal penting.
Wie Tjung Sudarma, Human Capital and General Services (HCGS) Division Heads PT. Astra International Toyota Sales Operation berkesempatan mengisi seminar AHM Youth Days 2016 yang bertemakan ‘How to Brand Yourself’. Seminar diawali dengan quotes apik dari Jeff Bezos, CEO sekaligus pendiri Amazon.com, bunyinya ‘A brand is what people say about you when you’re not in the room’. Pertanyaannya: Sudahkah personal branding kita bangun? Atau jika sudah, mungkinkah selama ini mahasiswa cenderung konformis? Bukankah mahasiswa cenderung bertanya ketika teman sebelahnya sudah bertanya?
Wie Tjung yang sudah hampir 24 tahun berkecimpung di dunia Human Resources Development (HRD) di perusahaan Astra lebih jauh mengulik langkah-langkah personal branding. Ia menganjurkan kepada mahasiswa bahwa seharusnya sejak semester 1 telah berpikir ke mana mereka akan bekerja. Hal itu disebabkan personal branding bukan pekerjaan yang bisa semalam jadi, tetapi perlu proses.
Anggaplah kita sama-sama tidak memiliki personal branding sebelumnya. Maka, langkah untuk memiliki personal branding kira-kira begini: pertama, kontemplasi. Pertanyaan ini akan mengarahkan diri, khususnya terkait brand spesifik yang akan dibangun. Pada proses kontemplasi ini, sang pencari harus tahu passion dalam diri. Taruhlah passion-nya adalah mendengarkan orang curhat serta memberi solusi. Berarti, pekerjaannya esok yang membuat dia menikmati adalah hal-hal yang berhubungan dengan itu. Jika tidak sesuai passion, maka pekerjaannya esok, berbalik menjadi sesuatu yang menyiksa dan menekan.
Kemudian, identifikasi perilaku yang tidak sesuai dengan personal branding yang akan dibangun. Semisal, kita sudah menetapkan akan memiliki personal branding sebagai seseorang dengan kemampuan public speaking yang baik. Namun, kenyataannya masih terbata-bata berbicara di depan umum. Berarti hal ini harus diperbaiki.
Langkah selanjutnya adalah konsisten berperilaku tertentu. Berkaitan dengan kasus di atas, konsistensi dapat diraih dengan mengambil berbagai kesempatan sebagai Master of Ceremony (MC), selalu melakukan presentasi dengan baik dan masih banyak lagi.
Terakhir, ketika personal branding sudah berjalan, jangan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan awal. Bahkan, untuk kasus sepele seperti memasang foto alay di media sosial. Hal tersebut dapat merusak personal branding yang telah lama kita bangun. Alasannya adalah di masa depan, perusahaan mudah sekali melacak kebiasaan melalui foto pelamar dan situs-situs yang sering dibuka pelamar dengan teknologi big data.
Jadi, apa personal branding yang akan kamu rencanakan?
(Dhany Putri Ekasari/EQ)