Penulis : Valerian Deno
“Akuntansi harus dikelola sedemikian rupa sehingga tetap berintegritas, dimulai dari pengaturan, standar, sistem, proses, dan manusia yang melakukannya dengan mengintegrasikan antara IT dan integritas,”
– Prof. Dr. Mardiasmo, M.B.A., Ph.D.
Pernyataan tersebut dikutip dari acara Accounting Talk atau A-Talk yang merupakan salah satu rangkaian acara Gadjah Mada Accounting Days (GMAD). Acara yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Akuntansi Gadjah Mada (IMAGAMA) ini dihelat pada Sabtu (14/03), di Auditorium Pusat Pembelajaran Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Acara tersebut dibagi menjadi dua sesi, yaitu seminar dan talkshow. Tahun ini, A-Talk diisi oleh 6 pembicara beserta satu moderator, dan dihadiri oleh 200 peserta.
Accounting Talk 2020 mengangkat tema Imagineering Audit in Public Sector 4.0:The Evolution of Good Governance by Utilizing Technologies dan dilengkapi dengan dua subtema, yaitu Integration of Audit with Information System to Prevent Fraud and Corruption in Public Sector untuk subtema seminar, dan Building Indonesia’s Readiness to Apply Digital Technology in Constructing Better Public Accountability untuk subtema talkshow. Tujuan utama dari acara ini adalah mengkaji dan mengenalkan kepada masyarakat penggunaan teknologi dalam era revolusi industri untuk perbaikan sistem birokrasi dan tata kelola dalam pemerintahan.
Acara diawali dengan rangkaian sambutan dari Muhammad Ghiffari Faza sebagai Perwakilan Panitia Accounting Talk 2020, Zevan Ricardo sebagai Ketua Panitia GMAD 2020, dan Sony Warsono, MAFIS., Ak., Ca., PhD. sebagai Kepala Departemen Akuntansi FEB UGM. Setelah itu, acara resmi dibuka dengan pemukulan gong secara simbolis. Rangkaian acara pembuka tersebut diakhiri dengan penyerahan plakat beserta sertifikat kepada para pembicara dan moderator seminar.
Selanjutnya, Ade Mulya (Pembawa Berita Metro TV) selaku moderator mengawali sesi pertama dengan memaparkan profil para pembicara yang akan mengisi seminar. Pada sesi pertama ini, Prof. Dr. Mardiasmo, M.B.A., Ph.D. (Wakil Menteri Keuangan 2014-2019) yang juga berperan sebagai keynote speaker memaparkan penjelasan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para karyawan di sektor publik serta menuntut adanya integritas dari para akuntan. Menurutnya, akuntan profesional yang berintegritas harus menggunakan “kepala” dan “hati” dalam bekerja, yang berarti para akuntan harus kompeten serta konsisten dalam menjalankan prinsip, standar, dan kode etik akuntansi. Mardiasmo juga mengingatkan bahwa sistem informasi akuntansi, selain berfungsi sebagai pendeteksi dan pencegah korupsi, juga dapat menjadi alat untuk menyembunyikan tindakan korupsi.
Pembicara kedua, Wiyos Santoso, S.E., M.Acc. yang juga bekerja sebagai Inspektur Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelaskan sistematika pengauditan terhadap pemerintahan. Menurut penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), hampir seluruh kabupaten atau kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapatkan nilai A, yang menunjukkan bahwa sistem pengauditan di DIY sudah baik, tetapi pengawasan tetap harus ditingkatkan untuk mempertahankan hasil yang sudah ada. Direktur Public Sector Governance (PSG) Rusdi Akbar, M.Sc.,Ph.D. juga menambahkan bahwa baik pemerintah maupun warga sipil mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan tata kelola negara yang berintegritas.
Sesi kedua berbentuk talkshow dengan menghadirkan tiga orang pembicara, yaitu Sumiyati, Ak., MFM. (Kepala Komite Standar Akuntansi Pemerintahan), Drs. Haryono, M.Com , Ak., CA. (Kepala Komisioner Bank Perkreditan Rakyat UGM), dan Arief Rahman, S.E., M.Com., Ph.D.(Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia). Talkshow diawali dengan pembawaan materi oleh para pembicara, kemudian dilanjutkan dengan diskusi antara pembicara dan moderator.

Sesuai dengan subtema, sesi ini membahas mengenai implementasi teknologi untuk menciptakan sistem birokrasi yang lebih baik serta berbagai kendalanya. Pembicara pertama, Sumiyati, mengatakan bahwa penerapan standar akuntansi sesuai dengan International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yang lebih modern sudah mulai dilakukan di berbagai institusi, salah satunya adalah Kementerian Keuangan yang menggunakan sistem paperless secara 100% di lingkungan kerjanya. Hal ini juga ditekankan oleh pembicara selanjutnya, Drs. Haryono, mengenai era Revolusi Industri 4.0 yang mengharuskan adanya sistem informasi akuntansi yang terintegrasi dengan teknologi, sembari menunjukkan sistematika informasi di UGM sebagai contoh. Namun, penerapan sistem informasi yang modern, terutama dalam hal pengauditan terhadap sektor publik, masih menghadapi kendala berupa penerapan e-government yang belum maksimal. Menurut Arief Rahman selaku pembicara ketiga talkshow, kendala yang dihadapi antara lain: Masyarakat yang enggan untuk menggunakan teknologi, faktor geografis, dan sulitnya aksesibilitas ke daerah terpencil.
Ketika ditanya, Zevan Ricardo menjelaskan bahwa alasannya untuk membawakan tema Imagineering Audit in Public Sector 4.0: The Evolution of Good Governance by Utilizing Technologies adalah untuk lebih mengenalkan sektor publik kepada masyarakat, terutama mahasiswa jurusan akuntansi. “Mahasiswa kan kebanyakan lebih mengenal isu-isu sektor privat. Kami harap dengan adanya acara ini, mahasiswa dapat lebih terdorong untuk juga memajukan sektor publik,” tutup Zevan.
Discussion about this post